"Dia siapa?"
"Pacar … Yunbi."
"Cowok yang tadi dateng ke kelas?" tanya Rean memastikan.
"Iya. Dia marah pas Yunbi dua kali bareng gue, dikira gue ada hubungan sama Yunbi," jelas Josen yang membuat Rean sedikit bingung.
"Dua kali? Kapan? Perasaan Yunbi pas dateng, lo belum dateng. Dan tadi lo telat, bego!" ketus Rean menatapnya dingin.
"Iya, gue sengaja. Tadi gue ke kantin buat sarapan dulu."
Rean menghela napas, ia bingung kenapa ia mempunyai teman sebodoh dia. Dengan cepat ia menyelesaikan, dan bermain game kembali. Josen menatap seisi kamar Rean yang bisa di bilang cukup bersih, juga rapi. Karena Josen pikir, semua kamar cowok pasti akan berantakan, namun tidak untuk Rean yang kamarnya rapi, sangat rapi.
Saat bola matanya bergerak ke atas meja, ia tersenyum simpul melihat foto dua orang anak kecil disana. Rean yang melihat Josen tersenyum langsung menatapnya bingung, ia mengikuti tatapan mata Josen. "Itu gue sama Rena, kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Rean yang membuat Josen langsung melihat ke Rean kembali.
"Lo sedeket itu sama Rena? Sampe sekarang?" tanya Josen yang membuat Rean mengangguk.
"Kenapa?"
"Hm, salah satu diantara kalian pasti saling suka. Gue yakin itu," ucap Josen yang membuat Rean seketika terdiam. Josen tersenyum menggoda. "Jangan bilang … lo yang suka Rena?" tanya Josen yang mendekatkan wajahnya kepadanya.
Rean menjauhkan wajahnya dengan mendorong tubuh cowok itu sampai ia terjatuh dari tempat duduknya. "ADUH! Kok lo dorong gue si? Sakit bego!" rintih Josen yang berdiri dari jatuhnya.
"Gue pamit pulang aje lah."
"Bagus, itu memang rencana gue," ucap Rean tersenyum menyeringai.
"Sialan lo! Hm, kalau emang lo suka Rena, kita saingan!" ucap Josen yang langsung berjalan dari keluar kamar Rean tanpa menunggu jawaban dari cowok itu.
Rean tersenyum tipis, ia menggeleng pelan, dan bangkit dari duduknya untuk menutup pintu yang tidak ditutup oleh Josen. Dan ia berjalan ke meja, tangannya bergerak meraih pigura, bibirnya bergerak membentuk senyuman saat melihat wajah Rena yang sangat menggemaskan saat masih kecil dulu. Bahkan sampai sekarang.
"Kalau emang gue suka sama Rena … apa dia juga ngerasain apa yang gue rasain?" gumam Rean meletakkan kembali foto itu, dan kembali bermain game yang tertunda karena Josen.
***
Rena duduk di kantin kantor seorang diri, ia sebenarnya memilih ingin pulang, tapi ia tak mau kalau Ryu sampai memohon seperti tadi di depan rumahnya, ia tak mau Rean mengetahui hal ini, bisa-bisa mereka berdua bertengkar. Rena menghela napas panjang, tangannya mengaduk-aduk minumannya menggunakan sedotan, bahkan minum itu belum ia minum sedikitpun.
Hari ini adalah hari yang membuat Rena merasa aneh, sangat aneh. Ryu yang tiba-tiba memohon seperti itu, memberikan jaket untuknya, dan mengantarkannya ke kantor ini. Kenapa ia mendadak curiga? Apa ada hal yang di sembunyikan? Pikir Rena.
"Apa jangan-jangan … dia taruhan sama temennya?!" gumam Rena yang tanpa disadari menggebrak meja pelan. Saat itu juga, Rena menggeleng pelan. "Nggak, nggak mungkin. Tadi jelas-jelas mantannya dateng, dan dia juga nggak bahas ini di sekolah, jadi dia beneran minta tolong kan?" ucap Rena memegang dagunya.
"Kalau emang lo di jadiin taruhan, bilang gue!" Suara berat itu membuat Rena terlonjak kaget, ia sangat kaget. Ia langsung menoleh ke sumber suara, dan benar saja, ada Riel yang duduk di belakangnya. Kenapa ia tak menyadari?!
"Se-sejak kapan disini?" tanya Rena yang terbata-bata.
"Sejak lo diem, dan sampai lo bilang taruhan," jawabnya dengan tersenyum manis.
"Sial, itu dari awal bego!"
Riel tertawa kecil melihat ekspresi Rena. "Kenapa? Ada masalah?" tanyanya yang bangkit dari duduknya, dan pindah duduk di hadapan Rena dengan membawa minuman dan makanan miliknya, dan itu membuat Rena melongo.
"Lo kenapa pindah?"
"Dari pada lo bengong, mending ngobrol sama gue. Sebelum gue balik kerja lagi."
Rena memutar bola matanya malas. "Gue nggak mau ngobrol sama lo, jelas-jelas kita beda."
"Heh! Gue sama lo juga beda dua tahun!"
Riel adalah teman baru Rena di kantor ini, dan cowok itu adalah pegawai tetap termuda di perusahaan bundanya, cowok ini bisa di bilang dingin saat berada di dalam kantor, dan hanya bersama Rena ia seperti ini. Tak ada wajah dingin. Bahkan beberapa pegawai lainnya bertanya cara melelehkan es batu itu.
Ya, mereka semua memberikan julukan Riel, es batu. Karena emang dia dingin, dan irit bicara. Kinerjanya sangat bagus, bahkan dia sering mendapatkan pujian dari klien.
"Mending lo masuk, lanjutin kerja. Di kantin ini cuma ada lo," ucap Rena yang menyeruput minumnya.
"Ngusir? Lagian gue makan disini juga di suruh nyokap lo, bentar lagi rapat, gue belum sarapan."
Rena membulatkan matanya. "Sarapan? Ini udah sore! Udah nggak sarapan lagi bego!"
"Hm, soalnya gue terakhir makan kemarin sore."
"Hah? Pantes aja si," ucap Rena tersenyum jahil.
"Pantes apaan?"
"Kerempeng," ucap Rena yang diakhir dengan tertawa.
"Sialan lo!"
Rena semakin tertawa puas saat Riel menatapnya dengan datar. "Jadi bentar lagi rapat? Mending gue balik sendiri aje lah, kenapa bunda nggak bilang sih. Oh iya, bilangin bunda, gue balik duluan," ucap Rena beranjak dari duduknya.
"Mau gue anter?"
"Nggak perlu, gue bisa sendiri. Oh, iya—"
"Apa lagi?"
Rena menyengir. "Ini minuman belom gue bayar, jadi bayarin sekalian ya. Minta ganti bunda, okeh? Gue balik dulu, thanks!" ucap Rena tersenyum menepuk pundak Riel pelan, dan langsung berjalan meninggalkan dia.
Riel tersenyum tipis menatap punggung Rena yang semakin jauh. "Gue nyaman banget deket sama lo, Ren."
***
"Gimana? Berhasil nggak?" tanya cowok itu merangkut temannya yang baru saja datang.
"Berhasil dong! Gampang itu mah, bisa di atur," jawabnya tersenyum miring,
"Good! Masih ada satu permainan lagi kan?"
Cowok itu tertawa kecil dengan menepuk pundaknya pelan. "Ada dong, tinggal tunggu tanggal mainnya," jawabnya.
"Victor mana?" tanyanya yang tak melihat Victor ada disana.
"Dia belum dateng, mungkin nggak dateng. Lagi ada masalah dia, samperin aja di rooftop gedung biasanya," jawabnya yang hanya di jawab dengan satu anggukan. Cowok itu kembali berjalan keluar karena ia juga khawatir pada sahabatnya.
***
Rena duduk di halte bus, tangannya terus scroll sosial media, dan rasa bosan semakin terasa. Dan ada satu berita di sosmednya itu, yang memberitahu kalau salah satu anggota idol yang sangat ia sukai itu keluar, terlebih lagi orang itu sangat disukai oleh Rena. Ia menghela napas panjang. "Padahal suara dia beda dari yang lagi," gumamnya menatap foto idol itu.
Ia menoleh, dan tersenyum tipis saat melihat bus yang datang. Rena memasukkan ponselnya ke dalam tasnya, ia bangkit dari duduknya. Saat bus itu berhenti ia menunggu orang yang keluar dari bus itu, dan setelah itu ia naik.