Chereads / Crazy Love? / Chapter 16 - Pendukung Satu-satunya

Chapter 16 - Pendukung Satu-satunya

Ting!

Satu notif muncul dari ponselnya, pesan dari Ryu membuat Rena mendengus pelan.

Ryu : Sorry, hari ini lo pulang sendiri ya, gue ada kumpul sama anak OSIS.

Selesai membaca dia mematikan ponselnya dan memasukkan ke saku jaketnya. Ia memakai tas, lalu langsung berjalan keluar kelas. Langit mendung membuatnya malas untuk pulang ke rumah, karena ia pastikan kalau bundanya belum pulang ke rumah.

Ia langsung berjalan menaiki anak tangga sampai ke depan pintu rooftop, ia mengatur napasnya yang ngos-ngosan sambil memutar engsel pintu itu. Saat pintu rooftop itu terbuka, ia disambut dengan angin yang berembus dengan kencang, bahkan membuat matanya sedikit menyipit. Kakinya melangkah masuk ke rooftop, dan menutup kembali pintu itu.

Ia langsung menemukan seseorang yang duduk di sofa, jantungnya kembali berdetak dengan kencang. Ia tak tau kenapa, apa karena dia idolanya? Rena menghirup udara dalam-dalam, dan membuangnya dengan perlahan.

Ia mulai melangkahkan kakinya mendekati cowok itu, matanya fokus menatap langit, dan bahkan tidak menyadari kalau cewek yang selama ini ia tunggu sudah berdiri di hadapannya. Sedangkan Rena, cewek itu bingung harus menyadarkan atau membiarkan cowok itu.

"Eum, Re-Rez?" panggil Rena dengan melambaikan tangannya di depan wajah cowok itu. Rezvan hanya menggerakkan bolanya melihat Rena, dan ia tersenyum melihat kedatangannya.

"Gue kira lo enggak dateng," ucap Rezvan yang menurunkan kepalanya menatap Rena yang duduk di sampingnya.

"Lagian gue juga udah janji sama lo," jawab Rena.

"Oh, iya juga ya. Gue udah nungguin lo dari beberapa jam yang lalu."

Rena seketika menoleh, ia menyernit bingung. "Lo bolos? Kan bel sekolah baru beberapa menit."

Rezvan menggeleng. "Gue mulai sekolahnya besok, jadi hari ini cuma main-main di sekolah, hehehe. Seru juga, ya ... meskipun beda sih sama sekolah lama gue, tapi gue suka," jawabnya menatap Rena dengan tersenyum lebar.

"Emang kenapa lo pindah?"

"Karena gue hiatus dari Triple R dan hiatus itu bakal berubah dari left," jawab Rezvan dengan tersenyum samar.

Rena masih mencerna ucapan Rezvan, cewek itu benar-benar tak memahami maksud ucapannya itu. "Gue kurang ngerti maksud lo."

"Di sekolah lama gue di bully, karena mereka bilang suara gue kurang bagus, atau bisa di bilang jelek. Gerakan gue juga lamban, wajah gue yang enggak tampan. Sekarang di sekolah ini gue di puji semua cewek, tapi kalau mereka denger berita gue keluar, mereka akan hujat gue lagi. Dan jujur hati gue sakit. Eh, maaf. Gue jadi curhat sama lo," ucap Rezvan dengan menggaruk kepalanya yang tak gatal itu.

"Ternyata rumor itu benar? Pantas saja membuat Rezvan memutuskan untuk keluar dari Triple R," pikir Rena dengan menatap wajah orang yang sangat ia idolakan.

"Ren? Kenapa? Apa lo juga berpikiran yang sama? Tenang aja, gue juga udah sadar diri kok, gue juga udah nggak bakal sakit hati," ucapnya dengan tersenyum getir.

Rena menggeleng cepat, dengan tersenyum tulus pada Rezvan. "Justru yang gue lihat sekarang adalah … lo menjadi bintang di sana. Suara lo itu unik, suara mereka juga berbeda. Dan kalau kalian nyanyi bareng, semuanya bagus, Van. Wajah lo itu sangat tampan, apa lo enggak sadar sama ketampanan lo? Dan kalau boleh jujur, gue fans banget sama lo. Kalau mereka semua ngebenci lo, gue satu-satunya orang yang bakal dukung lo terus."

Rezvan tersenyum mendengar ucapan Rena yang membuat hatinya benar-benar lega. Dan Rena yang merasa banyak bicara langsung menutup mulutnya sambil cengengesan. "Maaf, gue terlalu banyak bicara ya?"

"Gue lega, Ren," ucap Rezvan dengan menatap langit yang sudah sangat mendung.

"Kenapa?"

"Karena gue ketemu cewek yang selalu dukung gue," ucapnya dengan kembali menatap Rena dengan tersenyum lega.

"Gue juga mau makasih sama lo," ucap Rezvan yang kembali membuat Rena bingung.

"Untuk?"

"Lo udah anter gue ke rumah sakit kemarin."

"Kemarin? Kapan?" tanya Rena yang mengingat-ingat kejadian kemarin. Dan seketika ia teringat pada cowok yang sakit di bus kemarin, Rena langsung menatap Rezvan dengan melongo tak percaya. "Jadi lo cowok yang di bus itu? Pake topi, pake masker juga."

Rezvan mengangguk dengan tersenyum memperlihatkan gigi putihnya. "Sebelum gue sakit di bus, gue bertengkar sama dua temen gue. Dan sampai sekarang kita enggak ada komunikasi."

"Itu berarti … lo masih mau berada di Triple R?"

Sekarang giliran Rezvan yang tak paham dengan ucapan Rena, ia hanya menatap Rena dengan tatapan bingung. Rena hanya menerjapkan matanya beberapa kali. "Lo paham sama ucapan gue?" tanya Rena lagi yang hanya di jawab dengan gelengan kepala.

"Mereka enggak hubungi lo lagi itu karena mereka sibuk mungkin? Atau … lo udah di anggep keluar sama mereka. Maaf gue ngomong gini. Udah deh, lupakan aja, oke? Gue yakin, mereka butuh lo sekarang ini. Lo tau nggak hal yang gue rasain ketika tau lo keluar dari Triple R?"

"Apa?"

"Gue sedih, jujur gue sedih banget. Kalian tuh melengkapi."

"Manager gue juga bilang gitu, tapi maaf, Ren. Gue tetep keluar dari Triple R," ucap Rezvan tersenyum.

Rena hanya tertawa kecil. "Kenapa minta maaf ke gue? emang lo ada salah apa sama gue?"

"Karena idola lo ini bikin lo kecewa," jawabnya dengan diakhiri tertawa.

"Hm, tapi sekarang idola gue jadi temen gue tuh, gimana? Gue enggak perlu bayar cuma untuk salaman, sama ngobrol sama lo selama lima detik," jawab Rena yang semakin tertawa.

Rezvan pun juga tertawa terbahak-bahak. "Iya, juga, yak."

"Udah mau ujan, gue balik dulu deh ya," ucap Rena meredakan tawanya sambil memakai tas di bahunya.

"Mau gue anter?"

"Nggak usah, gue naik bus aja, lebih enak," tolak Rena dengan halus.

"Oh, oke. Hati-hati."

Rena tersenyum sambil mengangguk. Ia berdiri dari duduknya dan langsung berjalan meninggalkan rooftop. Rena terasa sangat senang karena bisa mengobrol banyak dengan idola.

Rena berjalan keluar sekolah di bawah langit yang semakin kelabu, ia berdoa agar tidak hujan sebelum ia sampai rumah. Dan saat sampai di halte, hujan turun dengan sangat deras. Rena hanya mendengus, dan memutuskan untuk naik bus saat hujan sudah sedikit reda.

"Neng! Mau bareng nggak?"

"Nggak!" tolak Rena ketus tanpa melihat siapa orang itu.

"Yakin?"

Rena berdecak kesal dan langsung menoleh, ia terkejut melihat Rean yang sudah basah kuyub dengan motor besarnya itu. Rena kembali berdiri, dan berjalan keluar dari halte. Ia tak peduli kalau ia juga ikut basah.

"Kok lo masih di sini? Bukannya lo bilang mau ketemu sama seseorang?" tanya Rena yang mengusap wajahnya karena air hujan.

"Nggak usah banyak tanya, buruan naik!" ucap Rean mengalihkan pembicaraannya. Rena tersenyum dan langsung naik ke motor tanpa berkata apapun lagi. Saat memastikan kalau Rena sudah duduk dengan nyaman, Rean melajukan motornya dengan kecepatan normal. Jalanan sore ini sedikit padat, dan membuat Rena yang tak tahan dengan hawa dingin itu langsung memeluk tubuh Rean dari belakang.

*** Maaf kalau menemukan typo :( akan Author revisi kalau ada waktu luang. Terima kasih sudah membaca cerita ini ^^ ***