"Kok bel belum bunyi? Udah lebih sepuluh menit," tanya Rena yang baru saja masuk ke dalam kelas. Ia juga terkejut saat melihat kelasnya hanya diisi oleh murid cowok, dan murid ceweknya hanya ada Yunbi yang sedang memainkan ponselnya.
"Pada di ruang kepsek, emang lo nggak tau?" tanya Jeno salah satu teman sekelas Rena.
Rena menggeleng pelan. "Emang ada apa? Pulang cepet?" tanya Rena asal.
Jeno dan Dino tertawa kecil. "Itu sih maunya kita," ucap Dino yang masih tertawa.
"Emang kenapa si?" tanya Rena menoleh pada Rean. Cowok itu hanya mengangkat kedua bahunya seraya berjalan ke bangkunya. Rena hanya menatap datar sahabatnya itu.
"Itu, ada murid baru, katanya si idol. Idol apaan yak? Kenapa idol mau sekolah di sekolah ini? Padahal ada yang lebih elite," jawab Jeno dengan diakhiri tertawa. Rena hanya membulatkan mulutnya dengan mengangguk-angguk pelan. Ia berjalan ke bangkunya dan langsung duduk dengan menyandarkan tubuh di kursi.
Hari ini ia terasa sangat lelah, dan sedikit beruntung karena ia tidak di hukum hanya karena terlambat. Yunbi yang melihat Rena tampak lesu langsung beralih menatap sahabatnya. "Lo kenapa, Ren? Abis berantem sama Rean?" tanya Yunbi yang menyelipkan poni Rena ke belakang telinganya, sambil memberikan ia minum.
Rena langsung meneguk minuman itu sampai setengah bolot, dna tersenyum tipis. "Thanks, Bi."
"Tumben telat?" tanya Yunbi.
"Kesiangan, bunda gue nggak pulang malem ini, jadi nggak ada alarm," jawab Rena menyengir, saat itu juga Rean langsung menoleh ke belakang menatap Rena dengan datar, Rena yang merasa di tatap itu hanya mengangkat satu alisnya.
"Apa?"
"Pantesan, gue lempar batu banyak di kamar lo, lo nggak bangun!" ucap Rean memutar bola matanya.
"Kapan?"
"Tadi pagi."
"Nggak ada suara apa-apa tuh," jawab Rena dengan mengingat kejadian pagi tadi.
"Coba deh lo cek, di jendela lo banyak banget batu."
"Oh."
"Lah tempat duduk kalian bukannya pindah ke belakang?" tanya Yunbi pada dua cowok itu.
"Lah? Sejak kapan?" tanya Josen yang tidak tau.
"Senin kemarin udah di kasih tau dodol! Tanya Jeno tuh," ucap Yunbi dengan tatapan datar.
"Jen—"
Belum Josen bertanya, Jeno sudah menjawab dengan satu anggukan kepala, Rean hanya berdecak dan langsung pindah tempat duduk, diikuti Josen di belakang.
KRIIINNGGGG!
bel masuk berbunyi dengan nyaring. Semua murid berhamburan masuk ke dalam kelas, dan kelas itu tidak ramai karena guru sudah berada di luar kelas saat semua siswa masuk. Kelas menjadi hening ketika guru masuk ke kelas dan mulai menjelaskan materi.
"Sebelum ibu lanjutkan materi, tugas yang ibu berikan silakan di kumpulkan. Yang tidak mengumpulkan silakan keluar kelas dan hormat di tengah lapangan menghadap tiang bendera sampai bel istirahat."
Dan beberapa murid cowok yang merasa belum mengumpulkan langsung berjalan keluar, sedangkan Rena, ia masih mencari buku tugasnya, dan ternyata tidak ada, jantung Rena sudah berdegup kencang, karena Bu Mone ini adalah guru yang sedikit killer.
"Ada lagi yang belum mengerjakan? Sebelum saya panggil, dan hukumannya lebih berat."
Saat Rena hendak berdiri, Rean berjalan dengan meletakan buku miliknya di meja Rena, dan berjalan keluar. Rena yang melihat buku tanpa nama itu tampak bingung, kenapa Rean memberikan bukunya? Kalau di pikir tulisan Rena dan Rean sedikit mirip, dan Rean adalah cowok rajin.
Saat Rena membuka buku itu untuk mengecek terlebih dahulu, wajah yang tersenyum berubah menjadi datar, ia menghela napas dan berjalan keluar kelas. Yunbi yang penasaran langsung mengambil buku itu, ia menahan tawanya dengan menutup buku itu dengan cepat.
***
Di lapangan sudah ada beberapa murid cowok yang sudah berdiri di tengah lapangan, Rena berlari kecil mendekat Rean yang sudah hormat. Cowok itu yang melihat Rena berdiri di dekatnya itu tampak bingung.
"Kok lo ada disini? Ngapain? Kan udah gue pinjemin buku gue," tanya Rean menoleh.
"Lo itu bego, atau kepintaran si? Buku yang lo kasihin ke gue itu matematika! Bu Mone itu guru sastra! Beda jauh, bego!" omel Rena yang mulai dengan sikap hormat.
Beberapa teman yang ada disitu seketika tertawa mendengar ucapan Rena. "Lo nggak baca jadwal, Re? Untung aja Rena cek, kalau enggak, abis dah tu," ucap Jeno yang masih tertawa.
"Iya bener, ntar kapal mereka hancur lagi," ucap Gio.
"Puas-puasin deh, sebelum gue—"
"Iya, Re, iya. Gue bercanda." Tiga teman sekelas yang hanya mendengarkan saja langsung tertawa saat Gio dan Jone tampak takut dengan tatapan tajam Rean.
Tak lama, suara histeris dari setiap kelas ke kelas terdengar ramai, dan itu membuat mereka yang sedang hormat di depan tiang bendera langsung teralih kan. "Kenapa dah tu?" tanya Gio.
"Palingan juga idol lewat," jawab Jen.
Rena tampak tak tertarik, juga Ran yang tak merubah posisinya. "Udah hormat, gue laporin ke Bu Mone tau rasa lo," ucap Rean.
Dan saat itu juga idol yang digemari hampir semua siswi itu melewati lorong, dan mereka yang di lapangan terus menatap bendera saat tak sengaja menatap mata Rean yang tajam. Bisa di bilang mereka semua takut dengan Rean.
Tanpa mereka sadari, cowok itu berdiri menatap Rena dengan tersenyum tipis. Ia saat ini sendirian, karena memang itu adalah peraturan sekolah, dan sekolah akan bertanggung jawab kalau terjadi apa-apa dengan cowok itu.
Cowok itu bernama Rezvan Yogaswara, ia adalah anggota idol yang sedang ini sedang naik daun, tetapi Rezvan sudah hiatus, dan mungkin akan keluar. Yang unik adalah cowok itu blasteran indo-japan.
Rezvan berjalan mendekati Rena dengan tersenyum senang karena akhirnya ia berjumpa dengan cewek itu. "Lo cewek yang kemarin itu kan?" tanya cowok itu yang membuat Rena sangat terkejut, terlebih lagi wajah tampannya yang sangat dekat itu membuat Rena mundur ke belakang beberapa langkah.
"Kemarin? Ka-kapan?" tanya Rena yang bingung.
Enam cowok yang melihat Rezvan hanya tersenyum canggung karena merasa cowok itu sangat tampan, tidak berlaku untuk Rean, cowok itu masih memasang wajah dinginnya dengan menatap Rezvan.
Rean menarik tubuh Rena untuk berdiri di belakang tubuhnya, Rena hanya nurut dan tak mau sampai Rean kembali emosi. "Loh? Gue mau ngomong sama Rena."
"Ngomong aja, Rena juga pasti denger."
"Ya ... lo minggir, gue juga ntar bilang makasih juga ke lo," ucap Rezvan menatap Rean.
"Nggak peduli, mending lo balik ke kelas lo," ucap Rean dengan mata tajamnya.
"Oke." Rezvan langsung berjalan meninggalkan lapangan dan kembali berjalan ke koridor.
"Kemarin lo ketemu sama tuh cowok?" tanya Rean membalikkan tubuhnya menghadap pada Rena,
Rena menggeleng cepat. "Kemarin juga gue terakhir sama lo kan?" ucap Rena mengingat kejadian kemarin.
"Tapi ya kali tuh idol ngadi-ngadi?" tanya Gio yang ikut mengeluarkan suara.
"Hm, iya si, bener juga," ucap Jeno yang ikut-ikut.
*** Maaf jika menemukan typo, akan ada revisi setelah author senggang. Hehehe ***