Chereads / Kembalilah Padaku Stella! / Chapter 25 - Penyesalan Janet

Chapter 25 - Penyesalan Janet

Setelah mandi dan berdandan, Stella bergegas pergi ke kantornya seperti biasa. Begitu dia masuk dalam ruangan departemen desain, dia jelas merasa bahwa rekan-rekannya memandangnya dengan sedikit kagum.

Saat melihat itu, Stella menghela napasnya. Dia berpikir jika semua orang sudah tahu Janet dipecat karena dirinya.

Stella tidak merasakan kasihan kepada Janet, saat kembali memikirkan hal-hal yang dilakukan Janet padanya.

Dia bergegas berjalan, tidak memperdulikan pandangan rekan-rekannya. Saat sudah berada di mejanya, Stella duduk di kursinya, kemudian kembali memandangi jari manisnya yang tertutup plester.

Saat melihat itu, Stella tiba-tiba kembali teringat belum menyelesaikan desain untuk sepuluh set perhiasan.

Cincin berlian itu sangat indah dan memberinya banyak inspirasi dan setelah itu dia kembali fokus kepada pekerjaan.

Selama beberapa hari ini, Stella masih tetap fokus mengerjakan desain sepuluh set perhiasan yang diminta Saga. Dirina menjadi agak kesulitan saat pria itu sesekali datang ke kantor dan mengganggunya.

Selama itu, kegiatan Stella hanya tidur, makan,dan benar-benar fokus pada pekerjaannya.

Lima hari kemudian, setelah Stella selesai mendesain perhiasan ketiga, dia merasa sangat lelah.

Bahunya terasa sangat kaku. Dia menyadari bahwa dia tidak bisa melakukan ini lagi, jika tidak tubuhnya akan kelelahan. Oleh karena itu, Stella memutuskan untuk memperlihatkan kepada Saga hasil desainnya. Jika pria itu tidak menyukainya, Stella masih bisa melakukan perubahan pada desainnya.

Stella segera merapikan hasil desainnya dan dimasukkannya ke dalam sebuah map. Lalu, bergegas keluar dari kantornya untuk menemui Saga.

Saat ingin memberhentikan taksi di depan gedung Antares Corp, sebuah suara tiba-tiba memanggilnya dari arah belakang, "Stella."

Stella berbalik, dan terkejut saat melihat Janet yang berdiri di belakangnya dengan penampilan yang sedikit berantakan.

Saat ini, Janet tidak lagi terlihat glamor dan cantik seperti sebelumnya. Rambutnya berantakan dan seperti tidak disisir. Bahkan dengan riasan sekalipun, Janet masih terlihat sangat kusut. Rok setelan hitam yang dipakainya bahkan lebih kusut, seperti tidak pernah disetrika.

Sedangkan, saat melihat Stella, Janet kembali merasa sangat kesal, tetapi saat kembali memikirkan apa yang terjadi dalam beberapa hari terakhir padanya, dirinya mencoba menenangkan diri.

Janet masih tidak terima jika dia dipecat dengan tidak adil karena menurutnya dia jelas lulusan dari universitas luar negeri terkenal dan sudah menjabat sebagai manajer desain di Antares Corp selama lima tahun lamanya.

Awalnya, dia merasa percaya diri dengan gelar dan pengalamannya, jadi dirinya berpikir akan mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Namun, sampai saat ini, dia belum memperoleh pekerjaan sama sekali semenjak dia dipecat. Bahkan, seluruh perusahaan di Jakarta yang dia datangi, terang-terangan menolak dirinya.

Pihak perusahaan yang menolaknya berkata jika mengatakan kepadanya bahwa Janet sudah masuk ke dalam daftar blacklist mereka, karena Saga.

Saat mendengar itu, Janet merasa sangat hampa. Jadi, mau tidak mau, dirinya menemui Stella untuk membicarakan masalah itu.

Janet berdehem, dan memohon pada Stella, "Stella, maafkan aku! Aku mengaku salah karena sudah menjebakmu. Jadi, tolong maafkan aku! Aku salah!"

Sedangkan, Stella yang mendengar itu, menatapnya dengan pandangan penuh curiga, dan membalas dengan nada kaku, "Apa yang kau bicarakan itu?"

Janet merasa jika Stella masih berpura-pura tidak tahu, mengepalkan tangannya yang ada di samping, tetapi tidak berani menyinggung perasaan Stella, dan dia hanya bisa memohon padanya, "Pak Saga memberitahu seluruh perusahaan di Kota Jakarta untuk tidak menerimaku bekerja. Oleh karena itu, Stella, maafkan aku dan tolong bantu aku untuk berbicara dengan Saga, ya?"

Jadi, Saga yang melakukannya? batin Stella

Tidak heran, Stella melihat Janet yang sekarang pemandangannya dengan memelas dan memohon-mohon padanya karena wanita itu tidak bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan manapun di Jakarta.

Tapi memangnya kenapa? Apa itu urusanku? batin Stella acuh tak acuh.

Stella merasa tidak memiliki simpati kepada Janet setelah mengalami kejadian mengerikan akibat ulah wanita itu.

Dia kembali berpikir jika Saga tidak menolongnya pada malam itu, Stella tahu dirinya pasti akan mati.

"Aku tidak mau menolongmu!" ujar Stella dengan ketus.

Saat mendengar itu, Janet terkejut. Dia tadi yakin jika Stella kan memaafkan dan membantunya. Namun, saat mendengar penolakan darinya, Janet semakin membencinya, namun dia dengan mudah mengontrol ekspresinya dan kembali memohon sambil menangis, "Aku tahu aku salah-hiks-Maafkan aku, Stella. Seharusnya aku tidak menjebakmu malam itu."

Sedangkan Stella, masih tetap terdiam sambil emmadnanga Janet dengan pandangan kaku.

Melihat itu, Janet segera meraih tangan Stella dan berujar dengan cepat, "Kau bisa membalasku jika kau mau. Tapi, tolong bicaralah pada Pak Saga untuk membiarkanku bekerja, ya?"

Namun, Stella masih merasa tidak kasihan sama sekali. Dia malah melepaskan pegangan Janet di tangan kanannya dengan kasar.

Stella bukan orang bodoh, sebaliknya, dia melihat dengan sangat jelas bahwa jika Janet tidak berada di bawah tekanan Saga, wanita itu tidak akan pernah datang untuk meminta maaf padanya, apalagi merasa bahwa itu adalah kesalahannya.

Wanita itu sudah menjebak dirinya dengan membayar seseorang untuk mengambil foto dan videonya, bahkan hampir mencelakakan Stella. Oleh karena itu, Stella merasa jika Janet sama sekali tidak pantas mendapatkan simpatinya.

"Janet, percuma kau datang ke sini untuk memohon padaku. Saga yang melakukan itu padamu, bukan aku. Jadi, aku tidak bisa melakukan apapun untukmu" ujar Stella dengan nada kaku.

Sedangkan Janet, segera berkata dengan suara rendah, "Stella, aku mohon, selama kau bersedia berbicara pada Pak Saga, dia pasti akan mendengarkanmu. Jadi, tolong, bantulah aku? Aku mohon padamu … "

Stella masih terdiam, memandangnya dengan acuh tak acuh. Setelah beberapa saat, Stella berkata dengan tenang, "Janet, masih ada perusahaan lain selain di Jakarta yang akan menerimamu bekerja dan maaf, aku tidak bisa membantumu."

Setelah mengatakan itu, Stella segera berbalik, dan berjalan pergi.

Sedangkan, Janet yang masih memandang kepergian Stella, menjadi lebih kesal karena Stella tidak mau menolongnya. Jadi, dia segera berteriak marah, "Stella , Jika kau tidak membantuku hari ini, kau akan menyesalinya.

Stella yang masih dapat mendengar ucapan Janet, hanya mendengus dan mencoba tidak mempedulikannya.

Dasar wanita licik! batin Stella.

______

Saat sudah berada di ruangan Saga, Stella segera memberikan map yang berisi desain pada pria itu.

Dirinya yang duduk di seberang Saga, menjadi gugup saat pria itu menatap desainnya dengan fokus. Dirinya juga khawatir jika pria itu tidak menyukai hasil desainnya seperti kemarin.

Semoga desain itu memuaskan, harap Stella.

Sedangkan, Saga memandang desain perhiasan ruby cantik itu dengan pandangan penuh kekaguman.

Baginya, desain Stella yang sekarang ini, jauh lebih baik dari desain sebelumnya.

Setelah beberapa saat, Saga mendongak, tersenyum, kemudian berkata dengan tulus, "Desainnya sangat bagus."

Saat mendengar pujian itu, Stella ikut tersenyum dan merasa sangat gembira.

"Apa desainnya benar-benar bagus?" tanya Stella meyakinkan Saga.

"Hm" ujar Saga singkat sambil menganggukkan kepalanya.

Stella kembali tersenyum saat melihat itu.

Tidak ada yang membuatnya lebih bahagia selain pengakuan atas karyanya sendiri.

Stella juga menyadari jika ini adalah pertama kalinya melihat Saga tersenyum dengan tulus, tidak ada seringaian menyebalkan di wajahnya.

"Jika kau terus bekerja keras, aku yakin kau dapat berbuat lebih baik" ujar Saga. Namun, saat melihat jari manis Stella yang diplester, Saga penasaran, kemudian bertanya, "Apa yang terjadi dengan tanganmu?"