Chereads / Kembalilah Padaku Stella! / Chapter 26 - Takdir

Chapter 26 - Takdir

"Apa yang terjadi dengan tangan?" tanya Saga sambil terus melihat ke arah jari manisnya yang diplester.

Stella menunduk untuk melihat tangannya yang dia letakkan di atas meja, kemudian berkata dengan malu-malu, "Itu ... cincin berlian itu terlalu mencolok, jadi aku akan menutupinya dengan plester..."

Saga yang mendengar pengakuannya, terkejut, kemudian segera mengambil tangan Stella, lalu merobek plester di jari manisnya. Saat melihat sebuah cincin berlian biru yang tersemat di sana, Saga merasa senang.

Dia berpikir jika Stella tidak melepaskan cincinnya karena menyukai hadiah dari Saga. Namun, dia tidak tahu jika Stella tidak melepaskan cincinnya karena memang tidak bisa melepaskannya.

Saga menggenggam tangan kemudian berkata dengan lirih, "Istriku" Dia kemudian, menatap Stella dengan senyuman dan ekspresi haru.

Hah? Dia bilang "istriku"? batin Stella terkejut saat Saga memanggil dirinya dengan sebutan "istri".

Saat menyadari itu, Stella melotot dan menjadi panik.

Apa dia tahu jika aku adalah Dera?! Tapi, kapan dia tahu tentang itu? batin Stella sambil memadang Sga ddengan tatapanan kepanikan.

Stella merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia bekri jika Saga benar-benar tahu bahwa dia adalah Dera, pria itu pasti sudah membunuhnya sejak lama. Namun, sampai saat ini Saga tidak melakukan hal-hal kejam padanya.

Dia kemudian mencoba untuk tetap terlihat tenang saat melihat Saga yang menatapnya sambil tersenyum dengan ekspresi aneh.

Mungkin, dia belum tahu jika aku adalah Dera dan hanya ingin mempermainkanku, batin Stella.

Saat memikirkan itu, Stella menghela napasnya dan merasa lega. Kemudian, dia menatap Saga dan berkata dengan kesal, "Jangan memanggilku begitu! Aku bukan istrimu!"

Mereka juga sudah menikah selama tiga tahun, dan Saga tidak pernah memanggilnya dengan sebutan "istri" sama sekali, bahkan tidak menganggap Stella sebagai istrinya. Jadi, dia merasa Saga hanya ingin mempermainkannya saat ini.

Sedangkan Saga yang melihat itu, tersenyum, kemudian meremas tangan Stella, dan membalas, "Kau mau memakai cincin yang kuberikan, bahkan tidak melepaskannya. Tidakkah kau mengakui bahwa kau adalah istriku?"

Pria licik! batin Stella.

Stella menghela napasnya kembali, dan mencoba tetap tenang.

Dia kemudian menarik tangannya, namun Saga kembali, dan malah membuatnya memegangnya lebih erat.

"Lepaskan!" ucap Stella dengan kesal.

Sedangkan, Saga langsung mencium dengan lembut tangan Stella, kemudian berucap, "Jangan lepaskan cincin itu. Kau milikku jika sudah memakai cincin itu. Aku juga tidak akan pernah melepaskanmu."

Saat mendengar itu, Stella kembali teringat soal cincinya, dan langsung bertanya, "Cincin rusak apa yang kau belikan untukku? Aku tidak bisa melepasnya setelah memakainya."

Tidak bisa melepaskannya? batin Saga.

Dia segera memandang Stella dengan pandangan curiga, karena tidak mempercayai kata-kata wanita itu, kemudian dengan lembut berkata, "Jangan marah, aku akan membantu melepaskannya."

Stella segera mangguk dan menunjuk cincin di jari manisnya . Jika Saga punya cara untuk melepaskannya, tentu saja itu adalah hal yang bagus. Stella berpikir, dirinya tidak harus memakai cincin berlian sebesar itu untuk pamer kepada orang lain.

Sedangkan, Saga memegang tangan Stella dan mencoba melepaskan cincin itu, tetapi cincin itu tidak bergerak. Dia kemudian menariknya lebih kuat, hingga Stella menerangi kesakitan, namun Saga tetap tidak bisa melepaskan cincin di jari mansinya.

Kenapa aku tidak bisa melepaskannya?! batin Saga bingung.

Stella yang sudah merasa kesakitan, segera menarik tangannya yang bengkak dan melihat lebih dekat pada cincin berlian aneh di jarinya. Kemudian berkata dengan kesal, "Ini semua salahmu, Saga. Aku tidak bisa melepasnya saat memakainya. Apa yang terjadi jika seseorang tertarik dengan cincin ini dan ingin merampasnya dariku?!"

Stella berpikir jika seseorang ingin mengambil cincinnya, orang itu harus memotong jarinya, karena cincinnya sendiri tidak bisa terlepas.

Cincin Sialan! batin Stella marah.

"Aku tidak peduli! Kau harus mencari seseorang untuk membantuku melepaskan cincin ini dengan cepat! Aish, seharusnya aku tidak memakainya … "ujar Stella sambil berusaha melepaskan cincin dari jari manisnya.

Saga yang melihat itu, berpikir sejenak, dan memutuskan untuk menemui penyelenggara acara pelelangan kemarin dengan Stella.

________

Saat ini, mereka berada di ruangan kantor Denis, penyelenggara acara lelang untuk meminta bantuan.

Stella segera menceritakan apa yang terjadi kepadanya.

Sedangkan, Denis, yang selesai mendengarkan keseluruhan cerita Stella, segera berkata, "Pak Saga, ada legenda tentang cincin berlian ini. Konon cincin ini dibuat seorang malaikat untuk istri tercintanya. Malaikat itu takut dia tidak dapat bertemu kembali dengan istrinya di kehidupan mereka selanjutnya. Jadi, dia membuatkan cincin berlian agar kelak si malaikat bisa kembali bertemu dengan istrinya. Hal itu ditandai, jika seseorang memakai cincin itu, dan tidak bisa melepaskannya, itu berarti dirinya adalah takdir sang malaikat. Namun, sekali lagi itu hanya legenda belaka. Saya tidak memaksa Anda untuk mempercayainya."

Denis berhenti, kemudian memdangan kerah Stella dengan ekspresi heran, dan kembali melanjutkan, "Pak Saga, sudah ada beberapa orang yang pernah memiliki cincin berlian ini, tetapi saya tidak mendengar kasus jika orang-orang itu tidak bisa melepaskannya. Saat mendengar cerita Nona Stella barusan, saya kira cincin itu memang ditakdirkan untuknya."

Saga yang melihat tidak ada kebohongan dari Denis, mempercayai ucapan pria itu. Namun, dia juga tidak percaya pada legenda yang diceritakan, karena sebuah legenda hanyalah legenda, dan tidak ada bukti pasti apakah legenda itu benar atau tidak.

Meskipun, tidak mempercayainya, itu tidak mencegah Saga untuk menggoda Stella. Dia kemudian menatap Stella yang duduk di sebelahnya, tersenyum dan berkata, "Stella, kau sudah mendengarkannya, bukan? Kau memang orang yang ditakdirkan untukku. Itu berarti kau ditakdirkan untuk menjadi wanitaku. Jadi, kau tidak bisa meragukan jika kau adalah istriku."

Saat mendengar itu, Stella hanya terdiam.

Ditakdirkan? Benarkah kita ditakdirkan bersama? batin Stella.

Stella berpikir jika memang mereka ditakdirkan bersama, dia pasti tidak akan berpikir untuk menceraikan Saga.

Saat melihat Stella yang hanya terdiam, Saga segera berdiri, kemudian membungkuk dan memeluk Stella.

"Stella, apa yang kau pikirkan?" tanya Saga sambil menyandarkan kepalanya di lehernya.

Stella yang kembali tersadar, segera mengangkat tangannya dan bertanya kepada Denis, "Apa Anda benar-benar tidak bisa membantuku melepaskan cincinnya?"

"Stella, kenapa kau ingin melepaskannya? Cincin itu terlihat cocok saat kau pakai" ujar Saga.

Sedangkan, Stella menghela napasnya dan berujar, "Karena cincin ini sang-

Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, Saga mengecup bibirnya. Kemudian berbisik di telinganya, "Tidak peduli betapa mahalnya cincin itu, kau harus tetap memakainya."

Stella yang mendengar ini, menjadi kesal.

Dia mengulurkan tangannya dan mendorong pipi Saga menjauh. Karena sudah merasa tidak nyaman, Stella segera mengganti topik pembicaraan mereka. "Sudah malam, aku ingin pulang."

Saga segera melepaskan pelukannya dan berkata, "Aku akan mengantarkanmu pulang.' Stella yang ingin menolak, dia urungkan, dan hanya bisa menganggukkan kepalanya, kemudian berdiri.

Sebelum mereka pergi, Saga berujar pada Denis, "Terima kasih telah membantu kami. Jika kau menemukan cara untuk melepas cincin itu, aku harap kau dapat segera meneleponku."

"Baik, Pak Saga" balas Denis.

Kemudian, mereka segera keluar dari ruangan.

________

Saat sudah sampai di depan rumahnya, Stella segera melepaskan sabuk pengamannya.

Namun, saat membuka pintu mobilnya, dia tidak bisa membukanya. Oleh karena itu, Stella menoleh ke arah Saga di sampingnya.

Dapat dirinya lihat Saga yang tersenyum sambil memandangnya dengan intens.