Saat pelukan mereka terlepas, Saga merasa sedikit kecewa. Namun, dirinya kembali menyeringai saat masih merasakan rasa manis bibir Stella di bibirnya dan tanpa sadar dia menjilat bibirnya sendiri.
Aku masih menginginkannya! batin Saga.
Tapi, karena tidak ingin emmekas Stella dan membuatnya kembali arah, Saga meraih tangan Stella, bertanya dengan suara serak, "Stella, kau tidak marah lagi, kan?"
Stella tidak menjawabnya, dan mencoba melepaskan tangannya. Namun, Saga malah menariknya dan memeluknya dengan erat.
Karena dirinya tidak ingin kembali membicarakan hal itu, Stella segera berkata, "Sudah malam. Ayo kita kembali ke dalam dan segera istirahat."
Saat mencoba melepaskan diri, Saga semakin memeluknya dengan erat dengan satu tangannya.
Saga kemudian menundukkan kepalanya dan menempelkan dahinya ke dahi Stella, hingga dengan jarak sedekat itu, Stella dapat merasakan napas hangat Saga di wajahnya.
Saga yang masih ingin mendengar jawaban Stella, segera bertanya dengan penuh penekanan, "Stella, kau belum memberitahuku. Apa kau masih marah?"
Sedangkan, Stella tahu bahwa jika dia tidak memberikan jawaban kepada Saga, pria itu mungkin tidak akan membiarkan dirinya pergi dengan mudah. Jadi, dia segera berbisik dan menjawab dengan asal-asalan, "Aku ... aku ... aku tidak marah lagi. Jadi, bisakah kau melepaskanku dan membiarkanku beristirahat sekarang?"
Saga terkekeh saat mendengar jawaban Stella, lalu menjauhkan wajahnya. Dia juga merasa lega karena Stella tidak marah lagu. Namun, Saga masih ingin menggoda wanita dalam pelukannya itu.
"Stella, apa yang baru saja kau katakan? Suaramu sangat pelan, jadi aku tidak bisa mendengar ucapanmu" ujar Saga dengan nada sedikit menggoda.
Detik berikut, Stella mendongak dan memelototinya, kemudian membalas dengan kesal, "Aku bilang, aku tidak marah lagi. Apa kau mendengarnya sekarang?"
Stella sengaja sengaja di beberapa kata terakhir yang dia ucapkan agar pria itu merasa puas dan tidak menggodanya lagi. Dia juga tidak ingin berlama-lama bersama Saga di situ. Jadi, Stella kembali berkata, "Saga, aku lelah dan ingin kembali beristirahat. Jadi, bisakah kau melepaskanku?"
Saga yang mendengar itu, malah meraih tangan Stella dan melingkarkannya di oinggangnya, kemudian mengeluh, "Stella, saat ini aku sedang sakit. Aku begini karenamu juga. Tidak bisakah kau menolongku pergi ke kamarku, hm?"
Cih! Pria licik ini! batin Stella.
Stella mengakui bahwa dia sangat tersentuh pada awalnya, tetapi sekarang dia hanya ingin segera pergi menjauhi orang yang menurutnya tidak tahu malu di depannya itu.
Stella tersenyum. Ketika Saga tidak memperhatikan, dia langsung menginjak dengan keras kaki Saga hingga pelukan mereka terlepas dan Stella dapat mendengar erangan kesakitannya.
"Saga, jangan main-main denganku!" ujar Stella, kemudian segera berbalik dan bergegas kembali ke kamar sebelum Saga sempat bereaksi.
Sedangkan Saga hanya bisa mengerutkan keningnya saat melihat Stella kabur sambil masih merasakan rasa sakit di kakinya yang membuatnya mengerang pelan.
Dia lalu mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah lantai dua, kemudian menyeringai.
Tidak peduli seberapa banyak Stella menolak dan melawannya, Saga dapat merasakan jika Stella perlahan mulai luluh padanya.
Dia yakin akan segera dapat menaklukan Stella. Namun, dia agak tertegun saat memikirkan tentang "menaklukan" Stella.
Saga merasakan jika dirinya lebih dari sekedar ingin menaklukkan Stella, karena sekarang Saga malah ingin memiliki wanita itu dan menjadikan Stella miliknya sepenuhnya.
Sedangkan, Stella yang sudah berbaring di ranjangnya masih memikirkan perubahan sikap Saga barusan dan kejutan manis yang dibuat Saga untuknya.
Dia menghela nafasnya, kemudian menyelimuti dirinya dengan selimut.
Stella kembali teringat saat mereka berciuman tadi, sempat terlintas di pikirannya untuk tidak bercerai dengan Saga karena terbuai dengan ciuman pria itu.
"Stella, apa yang kau pikirkan?! bagaimana kau bisa berpikir jika tidak ingin bercerai dengan pria itu?!" guman Stella pada dirinya sendiri.
Saga memang memperlakukannya dengan baik karena pria itu tidak tahu jika dirinya adalah Dera. Begitu pria itu menyadarinya, Saga tidak hanya tidak akan menyukainya, tapi dia akan sangat membenci dirinya.
Jadi, Stella berpikir jika dirinya tetap bersama dengan Saga, dengan cepat, pasti pria itu akan tahu identitasnya dan hubungan mereka.
AH, benar! Setelah tangan Saga sembuh, aku tidak memiliki hutang budi apapun padanya dan dia akan menjauh darinya! Aku tidak akan bertemu lagi dengannya! batin Stella penuh tekad.
Stella memutuskan untuk merawat Saga dengan baik agar pria bisa pulih secepatnya dan dia bisa segera pergi secepatnya dari Saga.
______
Stella bangun pagi-pagi dan pergi ke dapur, memasakkan sup tulang sapi untuk Saga.
Dia memasak itu karena sumsum tulang sapi sangat bagus untuk seseorang yang patah tulang dan Stella ingin Saga segera sembuh juga.
Ketika Saga sudah bangun dan berada di ruang tamu, dia mencium sebuah aroma yang sangat enak. Dia lalu mengikuti aroma itu ke dapur dan menatap Stella yang sedang sibuk memasak sesuatu di sana.
Saat melihat itu, Saga tersenyum karena merasa senang saat melihat Stella memasak untuknya, dan dia hanya bersandar di kusen pintu, menatapnya dengan tenang tanpa bersuara.
Sedangkan, saat Stella berbalik untuk mengambil bumbu, dia tiba-tiba terkejut saat melihat Saga yang berdiri sambil tersenyum padanya. Sendok di tangannya hampir saja dia jatuhkan sangking terkejutnya. Kemudian, memelototi Saga dan berkata dengan kesal, "Kau membuatku sangat terkejut, Saga! Apa yang kau lakukan di sini?!"
"Kau terkejut?" Saga masih tersenyum sambil menatap ke arah Stella. Dia kemudian berkata dengan lembut, "Melihatmu yang sibuk, aku tidak ingin mengganggumu."
Mendengar itu, Stella berbalik dan mengusirnya. "Tunggulah di meja makan. Supnya akan segera matang dan aku tidak kau menggangguku sekarang."
Saga tersenyum dan tanpa berkata apa-apa, dia berbalik dan keluar dari dapur.
Sedangkan Stella masih merasa bingung dengan ekspresi Saga yang ditujukan padanya tadi. Dia tidak bisa menahan untuk tidak mengeratkan pegangannya pada sendok sup yang dia pegang karena itu.
Ketika Saga keluar dari dapur, ponselnya berbunyi dan saat melihat nama si penelpon, Saga segera pergi ke ruangan kerjanya yang berada di lantai atas.
Begitu saga, menaiki tangga, sebuah mobil masuk ke halaman rumahnya dan turunlah seorang pria paruh baya, kemudian pria itu masuk ke dalam rumahnya.
Stella yang selesai mengambil semangkuk sup yang enak dan menaruhnya di atas nampan, saat berjalan keluar dari dapur, dia mendongak dan melihat seorang pria paruh baya yang memasuki ruang tamu.
Pak Heri? batin Stella sambil memandang pria itu dengan pandangan terkejut.
Saat kedua orang itu saling bertatapan, mereka memandang orang yang berdiri di depannya dengan pandangan penuh rasa keterkejutan.
Stella tanpa sadar sedikit berteriak, "P-pak Heri?!"
Kenapa Pak Heri ke sini? Haduh, bagaimana ini?! batin Stella dan menjadi panik.
Saat kembali tersadar, Stella menoleh ke seluruh ruangan, dan merasa sangat lega saat tidak menemukan sosok Saga di situ.
"Nyonya Dera? Kenapa Anda bisa ada di sini?" Heri juga terkejut saat melihat Stella berada di rumah Saga.
Bukankah hubungan antara tuan muda dan istrinya itu buruk? Kenapa Nyonya Stella ada di rumah Tuan Saga sekarang? batin Heri bertanya-tanya.
Sedangkan, Stella sangat takut Saga akan tiba-tiba akan datang ke ruang tamu, sehingga dia tidak bisa lagi menyembunyikan identitasnya. Kemudian, dia dengan cepat menarik tangan Heri dan membawanya ke arah pintu.