Chereads / Kembalilah Padaku Stella! / Chapter 33 - Rencana Saga

Chapter 33 - Rencana Saga

Stella menatap ke arah Saga dengan pandangan marah dan berkata, "Dasar mesum!"

Saga yang mendengar itu, terkekeh, dan berkata, "Stella, aku hanya mesum padamu"

"Kau … !" Kedua pipi Stella sudah sangat memerah sekarang karena menahan amarah.

Karena tidak ingin kembali berdebat dengan Saga, Stella segera berdiri dan berlari pergi menuju kamarnya yang ada di lantai atas.

Saat sudah berada di kamarnya, Stella langsung membaringkan dirinya ke ranjang. Ketika dapat merasakan jantungnya yang berdetak keras, dia dapat kembali mengingat saat pertama kali dirinya bertemu dengan Saga.

Saga yang saat itu mengenakan setelan jas berwarna putih, terlihat sangat tampan. Baginya, pria itu seperti pangeran dalam negeri dongeng yang selalu dia baca saat masih kecil yang membuatnya terpesona.

Hanya dengan sekali melihatnya, Stella langsung jatuh cinta kepada Saga. BIsa dipastikan itu adalah cinta pada pandangan pertama.

Dia kemudian diam-diam menyukai Saga selama bertahun-tahun. Ketika dia mendengar bahwa Saga bersedia menikahi dirinya, Stella mengira itu karena dia telah menyelamatkan Saga lima tahun yang lalu, jadi pria itu bersedia menikah dengannya. Dia sangat gembira saat itu dan tidak tahu bagaimana menjelaskannya.

Namun, saat hari pernikahan mereka, Stella mengetahui bahwa ternyata Saga mau menikahinya hanya karena pria itu mendapatkan tekanan oleh ayahnya Frans. Dia menyadari jika Saga tidak menyukainya, bahkan ibunya, dia sangat membencinya.

Walaupun Stella menyelamatkannya, Saga akan tetap membencinya.

Saat memikirkan hal itu, Stella dengan cepat bangun dan menepuk-nepuk kedua pipinya untuk membuat dirinya sadar kembali.

Butuh waktu tiga tahun untuk akhirnya memutuskan untuk menceraikan Saga. Dia berpikir jika dirinya tidak bisa lagi jatuh ke dalam perangkap Saga.

Namun, Stella kembali teringat dengan ekspresi tenang Saga di depan rumah tadi.

Dia mungkin memang benar-benar tidak mendengarkan percakapan kami tadi, kan? Iya, kan? batin Stella.

Stella menghela napasnya setelah yakin dengan jika Saga tidak mendengar semua percakapannya dengan Heri di halaman tadi dan merasa sangat lega.

Sedangkan, Saga yang melihat kepergian Stella, kembali teringat saat dia samar-samar mendengar suara Heri dan Stella berbicara, ketika pergi mencari wanita itu tadi.

Dia samar-samar mendengar suara Heri yang memanggil Stella dengan sebutan "Nyonya".

Apa aku salah dengar? batin Saga.

Dia mengernyitkan keningnya dan kembali teringat dengan dirinya yang menganggap jika Dera mirip dengan Stella saat berada di rumah ayahnya.

Dan saat mereka bertemu dengan Firman di acara pelelangan, Stella bersikap sangat aneh dan jelas terlihat menghindari pria itu.

Dera, istrinya, juga sekarang bekerja di Antares Corp.

Mungkinkah ini hanya suatu kebetulan? batin Saga bertanya-tanya.

Dia tidak mau mencurigai Stella dan hanya bisa mencurigai Dera.

_______

Sedangkan, Stella yang berada di kamarnya, terkejut sekaligus merasa bingung saat orang yang meneleponnya saat ini adalah Saga.

Bukankah Saga ada di bawah? Dia bisa memanggilku kesini, kenapa repot-repot menelponku? batin Stella bertanya-tanya.

Namun, saat akan mengangkat teleponnya, Stella tiba-tiba menyadari bahwa Saga tidak sedang menelponnya, tetapi pria itu menelepon Dera.

Setelah dia memutuskan untuk menceraikan Saga, dia ingin memulai hidup baru. Jadi, Stella dengan cat mendaftarkan nomor baru, namun masih tetap menggunakan nomor lamanya karena Ayah Saga terkadang masih meneleponnya ke nomor lamanya.

Dan saat ini, dia sangat terkejut saat Saga meneleponnya ke nomor lamanya.

Apa dia mencari "Dera"? batin Stella.

Dia berpikir jika mereka sudah setuju untuk bercerai, sehingga Stella bingung saat Saga tiba-tiba meneleponnya.

Stella tidak ingin mengangkat telepon itu, tetapi ponselnya terus berbunyi. Sehingga Stella memutuskan untuk mengangkatnya keran takut jika Saga malah akan menemui dirinya jika dia tidak mengangkat teleponnya.

Jadi, dia memenangkan diri, dan berkata, "Kenapa meneleponku?"

Saga yang mendengar itu, segera berkata dengan nada kaku, "Dera, kita harus menjenguk ayah dan makan malam dengannya besok."

Stella merasa terkejut dan langsung menolak, "Aku tidak punya waktu. Aku sangat sibuk besok."

Tidak ada waktu? Cih! batin Saga yang tidak mempercayai kata-kata Dera.

Dia kemudian terkekeh dan membalas dengan nada sindiran, "Apa kau sibuk karena sedang merencanakan sesuatu? Atau ada hal yang kau sembunyikan dariku, Dera?"

Jantung Stella berdetak dengan keras saat mendengar pertanyaan Saga. Dia mencoba yang terbaik untuk menjawab dengan nada tenang, "Memangnya apa yang sedang kusembunyikan darimu? Jangan bicara omong kosong! Aku sibuk karena Aku harus bekerja lembur besok malam, dan aku tidak punya waktu untuk menemanimu menjenguk ayah dan makan malam bersamanya."

Saga mendengus dan merasa sangat kesal. Jika dia tidak sedang menyelidiki Dera, Saga juga tidak mau bertemu dengan Dera.

Karena kesabarannya sudah habis, dia langsung berkata dengan penuh penekanan, "Aku tidak ingin berdebat denganmu. Aku tidak peduli jika kau sibuk, kau tidak boleh menolaknya. Jadi, kau harus datang ke kantorku besok jam enam tepat. Jika kau tidak datang, kau akan menanggung resikonya sendiri."

Setelah berbicara, Saga tidak memberi Dera kesempatan untuk membantah, dan langsung menutup teleponnya sepihak.

Sedangkan, Stella masih menatap layar hitam ponselnya dan tidak tahu harus berbuat apa, hingga merasa frustasi.

Dia berpikir jika dirinya harus kembali menjenguk Frans dengan Saga, dia tidak bisa menutupi wajahnya dengan masker seperti terakhir kali, bukan? Namun, jika Stella menolak untuk datang, dia tidak tahu apa yang akan Saga lakukan padanya.

Saat memikirkan perlakuan kejam Saga terhadap musuh-musuhnya, tubuh Stella bergetar karena ketakutan.

Dia segera memikirkan cara untuk menghindari Saga. Namun, beberapa cara yang dia pikirkan, menurutnya tidak akan berhasil.

"Apa yang harus aku lakukan?" Stella bergumam dan merasa frustasi sambil memegangi kedua pipinya.

Setelah itu, Stella memejamkan kedua matanya, menggigit bibir bawahnya, dan bergumam pada dirinya sendiri, "Bagaimanapun, Saga akan segera tahu jika aku sebenarnya adalah Dera, setirnya. Namun, jika bersama ayah, Saga pasti tidak akan berani melakukan sesu tua padaku, kan? "

Walaupun, Stella ragu-ragu dengan pemikirannya itu, dia tetap mencari sebuah ide lain.

Dia lalu menghela napasnya dan menggaruk rambutnya dengan kesal saat tidak memiliki ide apapun.

Cepat atau lambat semuanya akan terbongkar! batin Stella.

Hingga sampai malam tiba, Stella tetap frustasi memikirkan ide untuk menghindari Saga.

Tiba, tiba dia dapat mendengar suara Saga memanggilnya dari luar kamarnya.

"Stella" panggil Saga.

Stella yang mendengar itu segera bangun, menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya, menghilangkan kecemasan di wajahnya, kemudian berjalan perlahan ke arah pintu dan membuka pintu dengan tenang.

Sedangkan, Saga yang melihat kamar Stella yang gelap, menatapnya dengan bingung.

"Kenapa kau tidak menyalakan lampunya?" Dia bertanya dengan curiga pada Stella.

Namun, Stella tidak menjawabnya dan dengan cepat mengubah topik pembicaraan mereka. "Aku lapar" ujar Stella dengan sedikit agak manja.

Saga yang mendengar nada manja itu, tersenyum, kemudian mengelus pelan kepalanya dan berkata, "Kalau begitu kita makan malam."

Setelah itu, Saga segera menggandeng tangan Stella dan membawa pergi ke lantai bawah untuk makan malam.

Sedangkan, Stella yang berjalan di sebelahnya memandang Saga dengan intens saat menyadari perubahan sikap Saga padanya saat ini yang berbeda saat pria itu berbicara dengan "Dera" tadi.

Apa yang kau rencanakan, Saga? batin Stella bertanya-tanya.

Stella yang tidak menyadari, dirinya sudah didudukkan di kursi oleh Saga, hanya menatap pria itu dengan diam.