Chereads / Kembalilah Padaku Stella! / Chapter 27 - Ciuman Selamat Malam

Chapter 27 - Ciuman Selamat Malam

"Kenapa pintunya tidak bisa dibuka, Saga?" tanya Stella sambil memandang ke arah Saga dengan ekspresi bingung.

"Stella, aku telah mengantarkanmu pulang, bukankah seharusnya kau memberikanku ciuman selamat malam?" ujar Saga dengan nada sedih yang dibuat-buat.

Stella mengerutkan dahinya dan memdangan Saga dengan ekspresi kesal.

"Bagaimana jika kau tidak mau?" tanya Stella berani dan memelototinya.

Saga yang mendengar itu, menyeringai, kemudian dia mendekati ke arahnya dan berkata, "Kalau begitu kita akan menginap Semalam di sini. Lagipula, ... aku punya banyak waktu untuk menghabiskan malam bersamamu di sini dan kita bisa melakukan apapun."

Stella menggigit bibirnya saat mendengar itu.

Sebenarnya, dia ingin menolak permintaan Saga, namun dirinya tahu jika Saga tidak bisa menerima penolakan dan takut jika pria itu akan marah padanya.

Sedangkan, Saga yang melihat wanita di sebelahnya hanya terdiam, membungkuk, lalu memegang kedua pipi Stella dengan kedua tangan, dan kembali berkata, "Stella, jika kau merasa malu, aku tidak keberatan menciummu dulu."

Stella melotot dan segera melepaskan pegangan Saga di pipinya dengan cepat.

Dia menghembuskan napasnya, lalu berkata dengan kesal, "Aku ... aku akan melakukannya sendiri."

Bagaimanapun, Stella berpikir jika dirinya tidak bisa menghindari Saga untuk saat ini. Jadi, dia menyerah dan pasrah.

Di sisi lain, Saga segera memejamkan kedua matanya dan menyodorkan pipinya.

Stella yang melihat itu, ikut memejamkan matanya. Jantungnya berdetak dengan keras, dan dia dengan gerakan cepat mencium pipi Saga. Namun, saat ingin menjauh, sebuah tangan segera menarik pinggangnya yang membuat Stella jatuh ke pangkuan Saga.

Dia terkejut dengan gerakan tiba-tiba ini, dan tanpa sadar berseru. "Lepaskan!" Stella juga memberontak. Namun, Saga semakin mengeratkan pelukannya dan segera mencium bibirnya dengan rakus.

Saga menggigit bibir bawahnya yang membuat Stella mengeluh. Dia segera memanfaatkan kesempatan ini untuk menjulurkan lidahnya dan memperdalam ciuman mereka.

Lambat laun, ciuman Saga mulai menjadi lembut, seperti ciuman di antara sepasang kekasih.

Stella memejamkan matanya dan entah kenapa dirinya merasakan perasaan aneh dan tubuhnya gemetar saat dicium Saga seperti itu.

Stella tidak tahu sudah berapa lama, Saga perlahan melepaskan ciumannya, dan keduanya terengah-engah.

Stella bersandar di dada Saga sambil masih terengah-engah.

Saat kembali menyadari posisi mereka dan apa yang baru saja dilakukan Saga kepadanya, Stella menegakkan tubuhnya dan memelototi Saga.

"Sekarang, bisakah kau melepaskan aku?" tanya Stella dengan suara agak serak.

Namun, Saga yang melihat itu malah ingin menggoda Stella. "Aku tidak ingin membiarkanmu pergi, apa yang harus kulakukan?"

"Kau …!" Mata Stella membelalak sesaat, dan dia menatap Saga dengan ekspresi marah sambil berkata, "Kau tidak menepati janjimu tadi!"

Saat mendengar itu, Saga menyeringai dan membalas, "Hmm … Jika kau menciumku lagi, aku berjanji akan melepaskanmu kali ini, oke?"

Stella menggigit bibirnya, tidak mempercayai apa yang Saga katakan. Tapi saat melihat pintu mobil yang masih terkunci, Stella menjadi bimbang.

Setelah memikirkannya lagi dan lagi, dia menatap Saga dengan waspada dan berucap, "Kau berjanji?!"

Saga tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Aku janji" ujar Saga.

Setelah itu, Stella kembali memejamkan matanya dan mencium pipi Saga dengan cepat.

Kali ini, Saga tidak bergerak dan melakukan hal-hal aneh padanya lagi. Saat membuka matanya, dia dapat melihat Saga yang tersenyum puas, lalu membuka kunci pintu mobilnya, dan berkata, "Tidurlah, dan ingat, kau harus selalu rindu padaku." Stella mendengus keras, dan segera keluar dari mobil seolah-olah melarikan diri, dan masuk ke dalam rumahnya dengan tergesa-gesa.

Saat melihat tingkah Stella, Saga tertawa, dan berhenti saat mendengar teleponnya berbunyi.

Ketika dia melihat nama si penelepon, Saga segera mengangkatnya dan berkata, "Ya, Dirga?"

Saat mendengar nada bicara direkturnya yang terdengar agak ceria, Dirga tahu bahwa Saga dalam suasana hati yang baik hari ini, dan dirinya yang awalnya tegang, menjadi sedikit lebih rileks. Dia kemudian dengan cepat berkata, "Pak Saga, apa Anda tahu dimana tempat istri Anda bekerja?"

Saga yang mendengar itu, mengerutkan kening, dan segera bertanya, "Dimana dia bekerja memangnya?"

Dirga terdiam beberapa saat, dan berkata perlahan: "Ini agak aneh ... Saya telah menemukan bahwa istri Anda sekarang bekerja di Antares Corp, Tapi… tapi tidak ada informasi kapan Nyonya mulai bekerja di sana, Pak."

Antares Corp, bukankah itu perusahaan yang sama dengan Stella saat ini? batin Saga.

"Apa kau yakin dengan itu, Dirga?" ujar Saga dengan nada kaku.

Saat mendengar nada bicara Saga yang berubah kaku, jantung Dirga berdebar dengan kencang, lalu menjelaskan, "Pak Saga, saya telah menyelidiki masalah ini untuk waktu yang lama, namun tidak menemukan petunjuk apapun. Saya juga pernah bertemu dengan supir Pak Frans dan dia memberitahu informasi itu pada Saya. Baru kemudian saya mengetahui jika Nyonya bekerja di Antares Corp, tetapi saya tidak dapat mengetahui informasi kapan Nyonya mulai bekerja di sana."

Dirga sangat yakin dengan informannya, jika istri direkturnya bekerja di Antares Corp. Dia juga tahu jika supir Frans, ayah Saga tidak akan berbohong padanya. Namun, anehnya Dirga tidak dapat menemukan informasi kapan istri direkturnya mulai bekerja di Antares Corp.

Ini sangatlah aneh, batin Dirga.

Sedangkan, Saga yang tahu kemampuan Dirga untuk menyelidiki sesuatu, percaya pada bawahannya itu. Namun, dirinya merasa ada keanehan saat Dirga tidak dapat mengetahui kapan istrinya mulai bekerja di Antares Corp.

Dia lalu menyipitkan matanya sedikit, seolah memikirkan sesuatu, lalu berkata, "Baiklah kalau begitu. Aku akan memastikan itu sendiri ke Antares Corp."

Saga hanya ingin tahu trik apa yang akan dimainkan Dera padanya.

Apa rencanamu kali ini Dera? Kau ingin mempermainkanku? batin Saga.

"Baik, Pak." Dirga menghela napasnya saat teleponnya dimatikan Saga.

Untungya, Saga tidak memarahinya karena tidak berhasil mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai istrinya.

_______

Keesokan harinya, Stella yang baru saja turun dari bus, saat berjalan ke arah gedung Antares Corp, mata kirinya selalu berkedut-kedut dan dia merasa tidak nyaman tanpa alasan, seolah sesuatu yang buruk akan menimpanya.

Ketika dia baru saja akan menyeberang jalan, sebuah mobil putih tiba-tiba melaju ke arahnya dengan kencang.

Saat menyadari mobil itu menuju ke arahnya, wajah Stella menjadi pucat, dan dia dengan cepat melompat ke sisi jalan yang membuatnya jatuh berguling-guling. Meskipun dia lolos dari benturan mobil, kakinya tadi terbentur sisi trotoar yang membuatnya mengerang kesakitan.

"Ah … " erang Stella.

Namun, Stella dapat melihat mobil putih itu berhenti, segera mundur dan berbelok, kembali melaju dengan kencang ke arahnya.

Melihat hal itu, Stella tiba-tiba menyadari bahwa jika orang yang berada dalam mobil itu memang sengaja ingin menabraknya. Ketika dia baru saja akan berdiri dan menghindar, rasa sakit dari pergelangan kakinya membuatnya tidak bisa bergerak mana-mana.

Saat melihat mobilnya semakin mendekat, Stella menjadi pucat, tubuhnya gemetar, akhirnya dia menutup matanya karena ketakutan dan pasrah jika mobil putih itu menabraknya.

Namun, tiba-tiba dia merasakan seseorang mendorongnya menjauh, dan kemudian, mendengar bunyi benturan keras.

Brakk

Stella membuka matanya karena merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

Saat pandangannya jelas, dia dapat melihat seorang pria jatuh ke tanah dengan keras, dan sangat terkejut saat dia mengenali pria itu.

Ya Tuhan! Saga?! batin Stella sambil memandang dengan ekspresi syok.

"S-saga … "