Chereads / Kembalilah Padaku Stella! / Chapter 29 - Tinggal Bersama

Chapter 29 - Tinggal Bersama

"Stella, bukankah kau sudah berjanji akan merawatku selama aku sakit? Bagaimana bisa menjagaku jika kita tidak tinggal bersama? Apa kau tidak mau merawatku?" ujar Saga dengan sedikit manja.

Ketika Dirga melihat interaksi antara Stella dan Saga di depannya, dia melotot karena terkejut, kemudian langsung menundukkan kepalanya dengan cepat.

"Oke" jawab Stella dengan malas.

Kemudian, mereka segera menuju mobil yang dibawa Dirga, lalu pergi ke rumah Saga.

Sesampainya di rumah Saga, Stella dapat melilirik Saga dan dapat dia lihat pria itu sedari tadi tersenyum. Dia merasa tertipu dengan ekspresi kesakitan Saga yang ditujukan padanya tadi.

Dia seperti bukan orang yang sedang sakit, batin Stella, kemudian mendengus.

Sedangkan, Saga yang dapat merasakan tatapan Stella padanya, melirik, dan bertanya, "Stella, apa kau suka kamar itu?"

"Terserah." Stella menjawab dengan lema. Dirinya berpikir jika akan tinggal di rumah Saga untuk sementara waktu, jadi Stella tidak peduli di kamar mana dia akan tidur.

Saga yang mendengar jawaban malas itu, membungkuk, kemudian berbisik di telinga Stella dengan sedikit menggoda, "Stella, apakah kau ingin tidur di kamarku? Ranjangku sangat besar dan nyaman."

Stella mengulurkan tangan dan mendorong Saga menjauh.

"Tidak usah, terima kasih. Aku tidak akan merasa tidak nyaman dan tidak bisa tidur jika bersama orang lain" tolak Stella dengan tegas.

Mendengar itu, Saga kembali memikirkan saat mereka tidur bersama seranjang. DI kemudian menyeringai, dan berkata, "Stella, terakhir kali kau tidur bersamaku, kenapa kau tidak ..."

Sebelum Saga bisa menyelesaikan kata-katanya, Stella sangat malu sehingga dia memotong ucapannya, "Itu … itu karena aku sangat mengantuk. Jadi, terpaksa tidur bersamamu."

Sedangkan, Saga yang melihat kedua pippi Stella memerah, dan dengan ekspresi malu-malu, kembali menyeringai. Dia tidak tahan untuk tidak semakin menggoda wanita yang berdiri di sebelahnya itu.

"Uhm … Stella, aku sebenarnya sangat suka tidur bersamamu" ujar Saga sambil menatap Stella dengan pandangan menggoda.

"A-apa? Kau … !" Stella bali menatap Saga dengan pandangan tidak percaya.

Saga yang melihat kedua pipi Stella yang menggembung dengan lucu, tidak bisa menahan untuk tidak mencubit pelan pipinya.

"Duh, manisnya" ujar Saga sambil masih mencubit pipi Stella.

"Hei!" Stella menepis tangan Saga dan mengusap-usapkan pipinya.

"Jangan sentuh aku!" ujar Stella dengan kesal.

Sedangkan, Saga masih mengusap-usap jarinya karena masih merasakan kelembutan pipi Stella di tangannya.

"Jadi, dimana kamarku?" Stella takut dengan apa yang akan dilakukan Saga padanya, dan langsung mengubah topik pembicaraan mereka.

Saga kemudian, menunjuk sebuah kamar yang ada di sebelah kamarnya.

Saat melihat letak kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Saga, Stella mengernyitkan dahinya, dan merasa tidak senang dengan keputusan Saga.

Kemudian, saat Stella akan memprotes karena ingin pindah kamar, Saga berkata dengan nada yang memelas, "Stella, aku lapar."

Stella menghela napasnya dan membalas dengan agak malas, "Oke, aku akan membeli makanan untukmu dulu."

"Hm … tapi, aku akan merasa senang jika kau yang memasakkan untukku. Kau mau memasakkan untukku, kan?" ujar Saga sambil memandangi Stella sambil melihat tangan kirinya yang terbalut perban dengan tatapan sedih.

Saat melihat itu, Stella kembali mengingatkan dirinya, jika Saga terluka karena menyelamatkan dan dia masih harus berterima kasih pada pria itu. Jadi, mau tidak mau Stella tidak bisa menolak permintaan Saga.

"Hah, baiklah. Aku akan memasak untukmu" Kemudian, Stella segera pergi ke dapur.

Saga yang melihat kepergian Stella, tersenyum dan merasa sangat senang saat Stella tidak menolak permintaannya.

_____

Setelah beberapa saat, Stella sudah membawa semangkuk bubur di tangannya,

Dia lalu segera meletakkan bubur itu di meja makan dan duduk di depan Saga.

Sedangkan, Saga yang melihat semangku bubur itu, mengerutkan keningnya dan medangan bubur itu dengan ekspresi tidak suka, lalu memprotes, "Kau hanya membuat bubur saja?"

Stella menghela napasnya dan mencoba tenang saat mendengar Saga yang memprotes dan terlihat tidak menyukai dengan bubur yang dia masak dengan susah payah. Suasana hatinya tiba-tiba Ini menjadi sangat buruk, dan sudah muak dengan Saga. Jadi, dia langsung berkata dengan kesal, dan dia berkata, "Makan saja ini. Jika kua tidak suka, jangan makan buburnya."

"Stella, bukannya aku membenci bubur buatanmu, tapi aku hanya tidak suka makan bubur." Saat melihat kekesalan Stella, Saga langsung memberikan alasannya dengan ekspresi memelas.

Sedangkan, saat melihat ekspresi Saga, kemarahan Stella sedikit mereda, kemudian membalas dengan tenang, "Kau sakit sekarang, jadi lebih baik makan makanan ringan seperti bubur dulu."

Saga menjadi tahu jika Stella khawatir padanya, jadi dia mengurangi sedikit ketidaksukaannya pada bubur, lalu mencicipinya sedikit.

Rasa asin dan kaldu ayam langsung terasa di lidahnya. Meski rasanya tidak lebih enak dari yang dibuat oleh koki bintang lima, masakan yang dibuat Stella baginya tetap terasa nikmat.

Saga lalu memakan beberapa sendok buburnya, lalu memuji masakan Stella, "Rasanya enak."

Stella yang mendengar pujian tulus Saga, mau tidak mau tersenyum.

"Stella, keterampilan memasakmu sangat bagus. Siapapun yang menjadi suamimu pasti akan sangat beruntung memiliki seorang istri yang pandai memasak seperti dirimu" ujar Saga sambil tersenyum dan menatap Stella dengan intens.

Sedangkan, Stella yang mendengar kata-kata Saga, entah kenapa hatinya terasa sangat sakit.

Sangat beruntung? Jika dia tahu aku adalah Dera, apa dia masih merasa beruntung memiliki istri seperti diriku? batin Stella.

Sebelum menikah dengan Saga, dia sama sekali tidak tahu cara memasak. Kemudian, karena ingin menjadi istri yang baik bagi pria itu, dia sengaja belajar memasak.

Stella masih ingat pertama kali tidak sengaja terkena cipratan minyak panas yang membuat tangannya terluka. Namun, Stella tetap tidak menyerah dan terus belajar memasak.

Tapi, Saga tidak pernah memakan masakannya sekali pun. Setelah menikahi Saga selama tiga tahun, dia diabaikan oleh pria selama tiga tahun. Saat mereka bertemu lagi, Saga juga bahkan tidak bisa mengenali Stella dan sekarang Saga berkata padanya jika suaminya nanti pasti akan sangat beruntung memiliki istri seperti dirinya.

Sungguh ironis, batin Stella.

Memikirkan hal itu, Stella merasa sangat sedih, dan dia menatap Saga lama yang masih memakan buburnya dengan lahap tanpa tahu perasaannya saat ini.

Saat sudah tidak bisa menahannya, Stella segera berdiri dan berkata dengan kaku, "Aku lelah. Aku akan kembali ke kamar dan tidur."

Stella merasa jika dirinya perlu waktu untuk menenangkan diri saat ini.

Saga mendongak, dan saat melihat ekspresi aneh di wajah Stella, dia segera bertanya, "Kau kenapa?"

Bukannya tadi dia masih tersenyum? batin Saga bertanya-tanya.

Sedangkan Stella, hanya melirik Saga, mendengus, lalu berbalik dan berjalan menuju tangga yang menuju ke kamarnya.

Saga yang melihat tingkah aneh Stella, menjadi tidak nafsu makan lagi. Bubur yang berada di depannya menjadi terlihat tidak nikmat seperti tadi.

Stella yang sudah berada di kamarnya, membanting pintu, dan duduk di ranjangnya sambil memikirkan Saga yang mengabaikannya selama bertahun-tahun. Rasa sakit di hatinya yang dia rasakan sebelumnya kembali muncul. Entah kenapa Stella juga membenci Saga yang tidak tahu perasaannya sebenarnya.

Kenapa aku begini? Sadarlah, Stella! Dia bukan siapa-siapa sekarang! batin Stella.

Sedangkan, Saga yang tidak mengetahui apa penyebab perilaku Stella, menghela napasnya saat melihat wanita itu tidak keluar dari kamarnya hingga larut malam.