Chereads / Kembalilah Padaku Stella! / Chapter 30 - Kejutan

Chapter 30 - Kejutan

Saga yang melihat pintu kamar Stella tertutup rapat, berdiri di depan pintu Stella untuk sementara waktu, dan mencoba untuk mengetuk pintu beberapa kali, tetapi memilih untuk menyerah saat tidak mendengar jawaban dari dalam.

Akhirnya, dia mengeluarkan ponselnya dari saku dan segera menelpon Dirga.

Sedangkan, Dirga yang sudah pulang dan hendak istirahat masih sedikit bingung saat Saga meneleponnya tiba-tiba. Dia segera mengangkatnya dan setelah mendengar permintaannya, Dirga semakin heran dengan sikap direkturnya.

Pak Saga, apa benar-benar sedang jatuh cinta? batin Dirga.

Stella yang berbaring di ranjangnya masih memikirkan perasaan yang aneh terhadap Saga saat ini.

Dia berpikir jika sudah jelas Stella ingin bercerai dengan Saga, namun anehnya dia masih tidak bisa mengendalikan emosinya sendiri saat bersama dengan pria itu seperti tadi.

Mungkinkah karena aku merawat Saga? batin Stella bertanya-tanya.

Tiba-tiba, Stella dapat mendengar bunyi gedebuk keras dari luar kamarnya yang membuatnya tersadar dari lamunannya.

Dia langsung bangkir dan turun dari ranjang saat kembali memikirkan Saga yang sedang sakit dan khawatir jika pria itu kenapa-napa.

Apa terjadi sesuatu padanya?! batin Stella.

Dengan pemikiran itu, Stella tidak bisa membiarkannya begitu saja, dan segera keluar dari kamarnya.

Namun, saat membuka pintu, yang dia lihat di depannya adalah lorong yang agak gelap, ia tidak bisa melihat dengan jelas sepanjang lorong, hingga dirinya merasa sangat panik dan cemas dengan keadaan Saga.

Apa dia baik-baik saja?! batin Stella, kemudian buru-buru keluar dari kamar, dan berjalan menuju tangga.

Namun, saat melihat pemandangan yang berada di tangga, dia dapat melihat kedua sisi tangga yang sudah dihiasi dengan banyak lilin putih.

Stella agak terkejut karenanya dan tetap menuruni tangga, namun dapat dirinya lihat masih ada beberapa lilin yang disusun rapi hingga keluar menuju halaman depan rumah.

Karena merasa heran, terkejut dan ingin tahu, Stella mengikuti arah lilinnya dan perlahan berjalan ke luar.

Saat sudah berada di halaman depan rumah yang besar. Stella dapat melihat lilin yang dibentuk dengan bentuk "love" besar, dan di bagian tengahnya tertutupi banyak kelopak mawar merah, juga beberapa balon yang melayang di atasnya.

Saat melihat itu, Stella tertegun sejenak dan menatap dengan intens apa yang berada di depannya.

Dia tiba-tiba tersadar dan memikirkan Saga, dan mencari-cari keberadaan Saga di sana.

Tiba-tiba, sebuah suara mengalihkan perhatiannya dan dia menoleh ke samping, lalu melihat sebuah drone berwarna putih dengan sebuah kertas merah diikatkan di bawahnya dan sedang menuju ke arahnya.

Saat drone perlahan mendekat, dia akhirnya melihat kata-kata di kertas merah itu dengan jelas.

Kata-kata itu tertulis:

Stella, jangan marah lagi, oke?

Saat melihat itu, Stella tersenyum dan tahu jika itu adalah perbuatan Saga. Namun, dirinya masih tidak tahu apa yang dilakukan Saga padanya saat ini.

Apa dia meminta maaf padaku? batin Stella.

"Stella." Suara rendah dan seksi Saga tiba-tiba terdengar dari dari arah belakangnya.

Stella menoleh dan saat berbalik, dia melihat sosok tinggi Saga yang mengenakan setelan jas hitam, dengan membawa seikat bunga mawar merah di tangan kanannya.

Meski tangan kirinya dibalut dengan perban, Stella berpikir jika hal itu tidak mengurangi ketampanan Saga saat ini.

Saga kemudian berjalan ke arah Stella sambil tersenyum. Saat sudah berada di depannya, Saga langsung menyerahkan bunga kepada Stella, dan berkata, "Stella, maafkan aku. Jangan marah lagi, ya?"

Saga memang meminta maaf kepada seorang wanita untuk pertama kali dalam hidupnya, bahkan dirinya tidak tahu kesalahan apa yang dia lakukan hingga membuat Stella marah. Dalam keadaan bingung tadi, entah kenapa dia mendapatkan ide ini.

Dia juga berpikir, jika awalnya dirinya hanya ingin membuat Stella takluk padanya, namun saat ini, perasaannya menjadi aneh …

Stella melihat bunga mawar di tangannya, tidak mengatakan apapun dan merasa aneh.

Sedangkan, saat melihat Stella yang tidak berbicara apapun, Saga langsung memeluk pinggangnya, dan berkata sekali lagi, "Stella, jangan marah, oke? Aku akan melakukan apapun asalkan kau tidak marah lagi, ya?"

Stella yang mendengar itu, hanya bisa menunduk dengan diam saat mendengarkan bujukan Saga. Itu juga adalah pengalaman yang belum pernah dia alami sebelumnya, hingga diirnya menjadi sangat malu saat ini.

Dirinya tidak tahu bagaimana menghadapi Saga saat ini, jadi Stella kembali tersadar karena tujuan utamanya adalah menjauhi Saga.

Saat melihat Stella yang diam saja, Saga segera mengancam Stella dengan ancaman andalannya, "Stella, jika kau tidak berbicara padaku, aku akan menciummu."

Setelah mendengar ini, Stella tiba-tiba mendongakkan kepalanya, dan menatap wajah Saga yang terlihat sangat tampan.

"Aku… aku merasa tidak nyaman saat ini, jadi aku ingin pulang kembali ke rumahku dan beristirahat." Stella kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Dia takut jika menatap Saga lama-lama, Stella akan kembali jatuh dalam pesona pria itu.

Setelah mengatakannya, Stella mendorong pelan dada Saga. Namun, Saga mengerutkan keningnya dan dan berteriak kesakitan, ""Aw! Sakit !… tanganku sakit."

Stella yang mendengar erangan kesakitan Saga, terkejut dan tidak bergerak lagi karena takut akan menyenggol tangan kirinya.

Sedangkan, Saga masih tidak tahu kenapa Stella selalu ingin menjaga jarak dengannya. Bahkan, dia berpikir jika wanita itu sudah ingin menjauhinya sejak pertama kali mereka bertemu.

Dia kemudian menghela nafasnya membungkuk dan kepalanya bahu Stella, dan berkata dengan lemah, "Stella, aku tidak pernah membujuk wanita seperti ini sebelumnya. Jadi, kau adalah yang pertama dan satu-satunya, jadi jangan marah lagi, oke? "

Stella yang mendengar itu menjadi sedikit agak lemah, dirinya takut jika dirinya akan kembali jatuh ke dalam pesona pria itu yang membuatnya mengurungkan bercerai dengan Saga. Hal itu semakin membuatnya meyakinkan diri untuk segera menikah dan bercerai dengan Saga.

Sedangkan, Saga yang melihat ekspresi ketakutan Stella, menjadi bingung dan memutuskan untuk bertanya, "Stella, apa kau takut? Apa yang kau takuti?"

Stella agak tertegun dan menjawab dengan gugup, "T-tidak… tidak, kok. Aku hanya merasa tersentuh karena perbuatanmu padaku."

"Benarkah?" tanya Saga yang seperti tidak percaya dengannya.

Sedangkan, Stella tidak menjawab. Dirinya hanya ingin melarikan diri dari tempat ini, jauh dari Saga dengan cepat, dan tidak ingin mendengarkan apa yang Saga bicarakan padanya.

Saga yang melihat Stella seperti melamunkan sesuatu, sedikit mengernyit,merasa tidak puas karena Stella mengabaikannya. Kemudian, dia memegang dagu Stella dan mendongakkan kepalanya.

Stella yang bertemu pandang dengan wajah tampan Saga, hanya bisa diam, tidak bisa mengatakan apapun.

Keduanya saling berpandangan dengan tenang dan tidak ada yang berbicara.

Saga yang terpesona dengan kecantikan Stella, perlahan menundukkan kepalanya, dan mencium bibir merah muda wanita itu. Ciumannya sangat mendominasi, tapi tetap lembut.

Stella yang sedari tadi merasa dilema, kini saat Saga menciumnya dengan lembut, dan perlahan terbuai dan membalas ciumannya.

Setelah beberapa saat, Saga melepaskan ciumannya, dan keduanya terengah-engah.

Stella menyandarkan kepalanya ke dada Saga. Dia juga dapat mendengarkan detak jantung Saga yang berdebar dengan keras di telinganya.

Dia kembali merasa sangat malu, karena dia yang awalnya ingin menjauhi Saga, kini dia terbuai dalam pesona pria itu.

Stella juga berpikir bahwa dia sudah kecanduan dengan ciuman Saga, Hal itu membuatnya kembali tersadar dan segera mendorong tubuh Saga menjauh dan mencoba melepaskan pelukan pria itu.