Chereads / Kembalilah Padaku Stella! / Chapter 28 - Kecelakaan

Chapter 28 - Kecelakaan

"Saga … " ujar Stella dengan lemas.

Sedangkan, seseorang yang berada dalam mobil putih itu, memukul setirnya dengan keras dan mendengus saat tidak berhasil mencelakakan Stella tadi.

Dirinya, kembali menyalakan mobilnya dan segera pergi dari sana.

Stella yang tersadar, segera merangkak ke sisi Saga, lalu mengguncang tubuhnya sedikit, berkata dengan suara yang gemetar, "Saga, a-apa kau baik saja? Kau baik-baik saja?"

Saga memang sengaja datang ke Antariksa Corp pagi-pagi sekali, karena ingin menyelidiki tentang Dera, istrinya. Namun, saat melihat sebuah mobil melaju dengan kencang ke arah Stella, Saga terkejut.

Dia berlari ke arah Stella dengan cepat, dan melupakan tujuan awalnya. Ketika mobil hendak menabrak Stella, dia tidak berpikir sama sekali, dan segera mendorong tubuh Stella menjauh, yang membuat dirinya malah tertabrak.

Apa yang dilakukan Saga tadi, dia tidak pernah melakukan sebelumnya pada orang lain. Saga juga heran saat secara refleks berlari tadi.

"Aku tidak apa-apa .. ' ujar Saga sambil memegang lengannya dan melenguh kesakitan.

Kemudian, saat mengingat sesuatu dia menyipitkan matanya, melihat ke arah kepergian mobil putih tadi, diam-diam Saga mengingat nomor plat mobilnya.

Sedangkan, Stella yang menyadari kondisi Saga, segera mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, dan menelepon ambulans.

Setelah itu, dia menggenggam tangan Saga, yang terbaring lemah, dan berkata dengan pelan, "Saga, bertahanlah. Kau akan baik-baik saja" Saga yang melihat Stella begitu panik, menggenggam tangannya dengan erat, dan berkata dengan lembut untuk menenangkan wanita itu, "Jangan khawatir, aku akan baik-baik saja."

Melihat wajah Saga menjadi pucat, Stella tidak bisa menahan dirinya dan menangis.

"Hiks … "

Mobil itu baru saja menabrak Saga, bagaimana bisa baik-baik saja? batin Stella.

Jika bukan karena Saga mendorong dirinya tadi, dia takut ...

Ambulans ternyata datang dengan cepat, kemudian staff medis segera membopong tubuh Saga dan Stella masuk ke dalam mobil bersama mereka.

Sepanjang perjalanan, Stella terus terisak pelan, dirinya masih takut. Sedangkan, Saga terus menenangkan dirinya sambil terus menggengam tangan Stella, mencoba meyakinkan wanita itu jika dirinya akan baik-baik saja.

Setelah akhirnya sampai di rumah sakit, jantung Stella berdetak lebih kencang.

Dia melihat Saga didorong dengan ranjangnya ke ruang gawat darurat. Jika dokter tidak mengizinkannya mengikuti mereka, Stella ingin pergi dan menemani Saga.

Namun, Stella hanya bisa menunggu di luar ruangan untuk saat ini.

Sedari tadi, dirinya terus mondar-mandir di depan pintu dan sesekali melihat ke pintu yang masih tertutup rapat.

Stella menjadi tidak tenang sama sekali.

Saat dirinya mengintip, pintu dibuka dari dalam.

Saat melihat seorang dokter keluar dari ruangan, Stella segera meraih tangan si dokter, dan bertanya, "Dokter, bagaimana keadaannya? Dia baik-baik saja, kan"

Si dokter tersenyum dan menjawab, "Pasien baik-baik saja, hanya saja tulang di tangannya retak. Namun, kami sudah membalutnya dengan perban dan akan sembuh seiring waktu."

Stella menghela napasnya dan merasa sangat lega saat mendengar itu, kemudian berkata dengan penuh rasa syukur, "Dokter, terima kasih." Setelah itu, si dokter bergegas pergi.

Dirinya yang awalnya tegang, menjadi lebih rileks. Dia merasa lemas untuk beberapa saat, dan Stella hampir tidak bisa berdiri. Untungnya, dia dapat bersandar di dinding.

Saat Stella berada di ruang rawat inap, dia melihat Saga sedang berbaring dengan tenang di ranjang dengan tangan kirinya yang diperban. Hal itu membuat Stella merasa bersalah sekaligus sedih.

Saga yang sepertinya menyadari perasaan Stella, tersenyum dan segera berkata, "Stella, kemarilah."

Stella segera mendekat. Kemudian, saat sudah berada di samping ramping, dia segera duduk di kursi samping ranjangnya. Saat Stella akan menanyakan keadaan Saga, pria itu segera mengusap air matanya dan hidungnya, lalu bertanya, "Kenapa menangis?"

Stella mendengus dan menjawab, "Aku ... aku takut dan mengkhawatirkanmu!"

Saga yang mendengar pengakuan Stella, terkejut, dan tersenyum.

Ini adalah pertama kalinya Saga mendengar pengakuan Stella itu. Dia juga menyadari ada ketakutan dan kekhawatiran Stella padanya.

Setelah Stella memastikan bahwa Saga baik-baik saja, dia menjadi lebih tenang dan menatapnya dengan penuh syukur, "Saga, terima kasih telah menyelamatkan aku."

Stella merasa sangat berterima kasih kepada Saga, karena pria itu lagi-lagi menyelamatkannya. Dirinya tidak tahu nasibnya, jika Saga tidak menyelamatkannya tadi.

Sedangkan, Saga yang mendengar itu, mengangkat kedua alisnya dan berkata, "Kau hanya berterima kasih padaku?" Kemudian segera menunjuk tangannya yang diperban, dan kembali melanjutkan, "Lihat, untuk menyelamatkan dirimu, aku jadi terluka begini. Apa hanya ucapan terima kasih yang kudapat sebagai imbalannya?"

Stella juga berpikir, jika ucapan kata terima kasih saja terlalu ringan, jadi dia segera bertanya, "Jadi, apa yang kau inginkan?"

Mendengar itu, Saga menyeringai dan menjawab, "Tanganku terluka dan mungkin aku tidak akan bisa melakukan sesuatu sendiri untuk sementara. Paling tidak, kau harus merawatku sampai tanganku sembuh."

Merawat? batin Stella.

Setelah mendengar permintaan Saga, Stella terdiam.

Sedangkan, Saga yang dapat melihat keraguan Stella, segera berpura-pura mengerang kesakitan sambil memegang tangan kirinya.

"A-aw! Tanganku sakit, Stella! Argg! Jika kau tidak merawatku, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku nanti. Aku mungkin juga tidak akan sembuh … " ujar Saga berpura-pura kesakitan.

Saat melihat itu, Stella semakin merasa bersalah pada Saga, dan dia bahkan tidak berani untuk menatap pria itu.

Stella berpikir, jika Saga sudah menolongnya. Jika dia menolak untuk merawatnya, Stella merasa terlalu keterlaluan dan tidak tahu berterima kasih.

Setelah Stella berpikir, dia segera berkata pada Saga, "Aku berjanji padamu akan merawatmu, tapi hanya sampai tanganmu sembuh."

"Bagus" Saga tersenyum dan merasa puas saat dia berhasil membujuk Stella untuk merawat dirinya.

Dia sangat tidak menyukai lingkungan dan bau rumah sakit, dan segera meminta Stella untuk memberitahu pada dokter jika Saga ingin pulang dan membayar tagihan rumah sakitnya.

Begitu mereka berjalan ke pintu masuk rumah sakit, mereka berpapasan dengan Dirga yang memandang ke arah Saga dengan ekspresi khawatir.

"Pak Saga, apa Anda baik-baik saja?" tanya Dirga saat melihat tangan kiri direkrutnya yang diperban.

"Aku tidak apa-apa, Dirga." Saga menjawab dengan lemah.

Ketika Dirga menerima kabar jika Saga telah masuk rumah sakit, dia sangat ketakutan sehingga melupakan pekerjaannya dan tergesa-gesa pergi ke rumah sakit. Dirinya takut saat mendengar Saga kecelakan, dan menjadi lega saat melihat Saga yang kondisinya tidak terlalu parah, seperti pemikirannya tadi.

"Pak Saga, apakah Anda ingin saya mengantarkan Anda pulang untuk beristirahat?" Dirga bertanya dengan lembut.

Saga tidak menjawab, tapi melihat ke arah Stella di sebelahnya dan berkata, "Stella, bagaimana jika memindahkan barang-barangmu dulu ke rumahku?"

"Memindahkan barang? Memangnya apa yang harus dipindahkan ke rumahmu?" Stella menatap Saga dengan ekspresi bingung.

Sedangkan, Saga yang melihat ekspresi kebingungan Stella menjadi kelas. Kemudian, dirinya segera berkata, "Stella, bukankah kau sudah berjanji akan merawatku selama aku sakit? Bagaimana kau bisa menjagaku jika kita tidak tinggal bersama? Apa kau tidak mau merawatku?"

Saat mendengar itu, Stella tiba-tiba membelalakkan matanya dan memandang Saga dengan pandangan tidak percaya.

Dia memang berjanji untuk Saga sampai pria itu sembuh, tapi ... tapi dia ingat jika tidak berjanji untuk tinggal bersama Saga, seperti yang dikatakan pria itu barusan.

Saga yang melihat Stella ragu-ragu, memegangi tangannya, dan menatap Stella dengan ekspresi memelas.