Marina bersikap biasa saja tidak berubah ketika suaminya pulang. Semua berjalan normal, melayani suami, mengobrol dan beraktifitas, tanpa diketahui Susanto bahwa Marina menyimpan amarah. Sampai suatu hari, Marina menemukan undangan penting dan membacanya.
Hari yang tentukan tiba, Marina justru melihat suaminya seperti hendak pergi ke luar kota padahal undangan itu sangat penting. Tapi Marina tidak menyinggung undangan itu bahkan bertanya kepada suaminya mau kemanapun tidak. Marina ingin tahu sejauh apa suaminya itu menganggap dirinya apa masih sebagai ratu utama atau sudah tersisihkan. Bahkan Susanto tidak bercerita sedikitpun tentang undangan itu, padahal hal itu selalu diberitahu sebelumnya hingga ia bisa bersiap untuk tampil terbaik di acara sepenting itu. Kini tidak lagi !
Beberapa hari kemudian di acara arisan sosialita yang selalu di hadirinya, semua bertanya kemana dirinya tidak datang ke pesta undangan tersebut, Marina tertegun.
"Aku baik-baik saja kok ! coba lihat !" jawabnya sambil memperlihatkan dia baik-baik saja. Semuanya memandang heran dan kemudian memalingkan wajah seperti tidak mau cerita yang sesungguhnya. Tapi ada seseorang yang cukup berani memberitahu sesuatu.
"Oh syukurlah jeng ! aku pikir sakit karena suamimu membawa penggantinya !" ujar perempuan itu tidak perduli kalau teman-temannya menatap tajam kepadanya, karena mereka segan kepada Susanto Mahardika yang sudah tahu sepak terjamgnya selama ini. Muka Marina sontak memerah karena marah.
"Oh ya, siapa jeng ?" tanya Marina yang pandai menutup perasaannya.
"Ya siapa lagi kalau bukan itu ... siapa sih namanya ? model itu loh ! dan itu sudah beberapa kali loh jeng ! waktu di Singapura juga aku lihat juga suami jeng Marina dengan dia !" perempuan itu adalah istri seorang pejabat penting di perusahaan BUMN.
"Terima kasih atas infonya jeng Dewi !" Marina tersenyum palsu dan bersikap biasa.
"Ibu-ibu kita mulai saja arisannya ya ? dari yang terkecil dulu, nanti yang terbesar !" seru ibu yang lain berusaha mengalihkan suasana.
Marina pun pulang dengan hati yang hancur, Ratu utama yang disandangnya sudah hancur ! dia harusnya bisa menyelesaikannya sejak dulu ! sayang dia begitu terlena sehingga tidak menyangka perempuan itu bisa mengambil alih dengan begitu cepat.
"Hallo pak Haris ? ini aku Marina ingin berbicara penting ! bisa ? sekarang ! oke aku kesana !" Marina menelpon pengacara perusahaan dan keluarga.
Marina sudah begitu marah dan terhina ia tak mau membuang waktu percuma, kini mereka berdua sedang duduk dikantor pribadi pak Haris.
"Ada apa ya mba ?" tanya pak Haris agak terkejut dan heran dengan kedatangan Marina.
"Apa ini tentang Bram ?" dia mencoba menebak dan Marina sempat menyinggung hal itu.
"Mungkin, tapi ada yang lain yang lebih penting ! pak Haris !" jawab Marina, pak Haris tertegun.
"Baik apa yang bisa aku dilakukan ?" tanya Bram.
"Harta warisan milik Bram kembalikan atas namaku ! kedua, perusahaan yang menyangkut aku dan suamiku dirubah atas namaku semua !" jawab Marina tegas.
"Tunggu, ada apa ini sebenarnya mba ?" tanya pak Haris heran dan terkejut.
"Pak Haris tidak tahu ?" Tanya Marina sambil menatap pengacara yang sudah lama bekerja di perusahaan, pak Haris menggeleng.
"Yakin ? atau suamiku melarangmu untuk berbicara ?" berondong Marina.
"Sungguh mba saya tidak tahu !" Marina mengeluarkan amplop dan menaruh di meja.
"Coba buka dan lihat dan apa pendapatmu !" perintah Marina dan pak Haris mengambil amplop dan membukanya dia terkejut. Marina menatap ekpresi sang pengacara.
"Bagaimana ? kamu tahu ? tidak mungkin pak Haris tidak tahu !" Pak Haris menghela nafas.
"Saya tahu mba, tapi saya tidak mau mencampuri urusan pribadi orang lain selain pekerjaan saya !" jawab pak Haris.
"Kapan mereka menikah ?" tanya Marina tidak perduli.
"Tiga tahun lalu !" jawab pak Haris singkat.
"Dimana ?" tanya Marina kembali, pak Haris menatap Marina.
"Di Bandung !"
"Kalau begitu cepar urus semua keinginan saya !"
"Tapi itu ... !" pak Haris tak melanjutkan perkataannya.
"Untuk urusan lain biar saya tangani, pak Haris cukup memenuhi semua permintaan saya dengan cepat ! mengerti ! saya pergi dulu !" Marina pun berdiri. "Oh jangan beritahu dia ! biar dia tahu sendiri dan akan berhadapan denganku !" dan setelah itu pergi. Pak Haris hanya menggeleng kepala.
"Susanto apa yang kamu perbuat akah menuainya dari istrimu !" ujarnya.
---------------
Beberapa waktu kemudian Susanto akhirnya tahu apa yang di perbuat istrinya Marina dia sangat marah.
"Apa-apaan ini mah ? mengubah surat warisan dan nama perusahaan atas mu !" tanyanya kepada Marina.
"Tanyakan kepada dirimu sendiri mas !" jawabnya dingin, Susanto tertegun dia tak menyangka istrinya semarah ini.
"Apa maksud mu ?" tanya Susanto, Marina menatap tajam suaminya. Dan dia melempar amplop kepada Susanto.
"Semua jawaban ada disitu !" jawab Marina dengan ekpresi dingin. Susanto membuka dan terkejut bukan main.
"Sudah mengerti ! aku hanya mengambil kembali perusahaan yang sudah dimodali oleh keluargaku dan aku sendiri, semua itu setengahnya dari sekian banyak perusahaanmu ! aku tidak keberatan dengan tindakanmu di luar sana ! tapi tidak dengan itu, sekarang semua miliku dan itu cukup membayar rasa sakitku ! dan besok semua kuambil alih !" Marina langsung pergi, sementara Susanto malah merutuk dan marah dia menduga pasti ada seseorang yang memberitahu semuanya.
Kini musuhnya bertambah dengan istrinya sendiri, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Tak ada yang tahu masa lalunya kecuali istrinya sendiri Marina putri seorang pengusaha kaya yang membuka jalannya seperti sekarang ini. Semua akan menyulitkannya karena sikap istrinya tak lagi sejalan dengannya.
Dan benar saja sejak Marina mengambil alih perusahaan yang sebagian besar perusahaan penting dan banyak mendapatkan untung, menbuat Susanto tidak merasa bebas lagi, Marina walau selama ini hanya sebagai 'ibu rumah tangga' dan sosialita dia tak canggung berbisnis semua tahu siapa dia dan keluarganya yang lebih dulu kaya dibanding suaminya Susanto. Darah bisnis dan pengaruh yang cukup besar memudahkan semuanya.
Sehingga kini undangan penting tidak melalui suaminya tapi diberikannya kepadanya langsung, walau undangan tetap ada padanya. Seperti disuatu pesta undangan. Susanto tak menyangka Marina datang padahal dia saat itu sedang bersama pasangannya yaitu Karina. Mereka akhirnya bertemu, semua orang sudah tahu tentang gosip panas tentang keduanya.
Mereka datang dengan dandanan terbaik, Karina seorang mantan model terlihat anggun tapi tetap mewah, sedang Marina memperlihatkan siapa dirinya dia tidak perduli dengan Susanto dan pasangannya. Dirumah Marina dan Susanto tetap suami istri tapi di luar mereka seakan tak saling kenal.
Bagi Susanto walau sebagian perusahaan sudah di ambil alih oleh istrinya dia masih menpunyai perusahaan yang lain dan itu tidak menurukan pamornya dimata yang lain. Susanto juga tidak perduli sikap istrinya kepadanya saat ini. Tapi ada hal yang tidak disadarinya dengan sikap istrinya seperti itu kepada dirinya, bagi Marina itu hanya awal dari membalas hatinya yang hancur.
"Lihat saja nanti sayang ! kalian berdua akan menerima akibatnya !" ujarnya dalam hati sambil menatap keduanya dari kejauhan sambil tersenyum licik.
Bersambung ...