Keesokan paginya, Ayu bangun pertama kali. Sedang Bram masih tertidur pulas ia pun menuju dapur menyiapkan sarapan untuk suaminya bersama suaminya. Setelah itu menuju kamarnya untuk mempersiapkan segala kebutuhan Bram. Setelah selesai, Bram baru bangun dan menuju ke kamar mandi.
Handphone Ayu berbunyi dan kemudian membukanya, dia tertegun dan menatap kamar mandi dimana suaminya sedang mandi. Kemudian dia keluar kamar.
"Jadi beneran ? oh gitu ... oke terima kasih !" Ayu terdiam, kemudian masuk ke kamar dan ternyata Bram sedang memakai baju, Ayu membantu mengikat tali dasinya.
"Terima kasih sayang !" Bram mencium bibir Ayu, Ayu tersenyum dia memperhatikan Bram ada yang sedang dipikirkannya.
"Mas, nanti hati-hati ya !" Ujar Ayu, Bram mengangguk.
"Bukan itu maksudku !" Bram menatap Ayu heran.
"Maksud kamu apa ?" Ayu menghela nafas.
"Aku punya orang di perusahaan mas !" Akhirnya Ayu berterus terang, Bram tertegun.
"Lalu ?" tanyanya,
"Papa sedang mempersiapkan pengacara !" Ayu menatap Bram, "Kamu akan dikeluarkan dari hak waris !" lanjut Ayu, Bram terdiam kemudian bangun.
"Cepat atau lambat pasti akan terjadi ! dan aku sudah siap ! ngomong-ngomong siapa mata-mata kamu ?" tanya Bram sambil tersenyum.
"Rahasia !" jawab Ayu.
"Oke itu bagus dan pintar, bila aku keluar dari perusahaan, aku bisa tahu apa yang akan terjadi !" Ayu mengangguk dan mereka pun keluar untuk sarapan pagi.
--------
Sementara itu di kantor, Susanto memang sedang mengobrol dengan seorang pengacara perusahaan dan keluarga, Pak Haris namanya.
"Anda yakin dengan semua ini ?" tanyanya tak percaya.
"Tentu saja, itu adalah aib bagi keluarga dan perusahaan ! bagaimana jadinya bila hal ini sampai ketelinga media !" jawab Susanto.
"Baiklah, tapi kita tunggu Bram !" Susanto mengangguk.
Bramantyo sedang berada dalam mobil yang membawanya ke kantor, dia masih tak menyangka dan mengejutkan tentang Ayu.
"Apa mereka sudah tahu sejak awal ?" pikirnya, handphonenya berdering dan dia tertegun itu dari pak Haris pengacara perusahaan dan keluarganya.
"Ternyata betul ! oke, papah ...Show time !" Bram, tersenyum dan mengangkatnya,
"Iya om, aku sedang ada di perjalanan ! ada apa ya ? oh oke !" Bram pun menutup telpon. Dia sudah siap dengan semuanya.
Tak berapa lama Bram sudah sampai di kantor papanya, sekretarisnya sudah menunggu dan memberitahu, Bram mengangkat tangan tanda jangan berbicara lagi ia pun masuk dan disana sudah ada pak Haris dan papanya duduk di kursinya dan menatap tajam.
"Pagi Bram, apa kabar ?" pak Haris menyambutnya dengan baik seperti biasa.
"Baik pak ! pagi pa !" Bram menyapa papanya tapi tidak menjawab.
"Ada apa ya ?" tanya Bram setelah duduk kepada pak Haris, dia sempat melirik ke arah papanya Susanto Mahardika.
"Baik, kamu bisa jelaskan ini ?" tanya pak Haris sambil memberikan file kepada Bram membuka dan tertegun.
"Tentu saja, semua benar !" jawab Bram dan kemudian meletakan lagi file itu dimeja tampa melihat lebih jauh lagi.
"Begitu, itulah tindakan bodoh yang kesekian kalinya yang dilakukan oleh kamu ! papa masih bisa mentoleransi yang lain tapi ini ? akan mencoreng keluarga kita dan tentu saja perusahaan !" Akhirnya Susanto berbicara dengan nada tinggi dan berdiri dari tempat duduknya
"Aku rasa tidak seberat itu pa !" jawab Bram.
"Tidak berat katamu ? ini bisa membatalkan kesepakatan papa tahu !" Susanto marah kepada Bram.
"Oh ya, kurasa semua sudah selesai ! papa sudah mendapatkan semuanya !" Bram terlihat tenang. Muka Susanto memerah dia merasa disepelekan oleh putranya sendiri.
"Baik, mulai hari ini ! papa cabut hak istimewamu dan juga mencoret dari daftar harta warisan !" Susanto memberikan ultimatum kepada putranya.
"Boleh aku bertanya pah ? apa dasar papa melakukan itu ? aku sudah melakukan apa yang kalian pinta !" jawab Bram sambil menatap papanya,
"Kamu mau tahu ? pertama kamu sudah mulai melawan kedua orang tuamu ! kedua kamu telah mempermalukan aku dan mamamu !" jelas Susanto.
"Oke, aku terima pa ! aku akan bertanggung jawab tentang ini semua !" jawab Bram.
"Bisa apa kamu tampa uang Bram ? selama ini kamu hanya hambur-hamburkan uang demi perempuan, pesta dan yang lainnya ! apa kamu yakin masih bisa hidup ?" ejek Susanto berani seperti itu.
"Kita tak jauh berbeda bukan begitu pah ?" tanya Bram sambil tersenyum. Susanto tertegun.
"Apa maksudmu Bram ?" tanyanya sambil menatap tajam kepada Bram.
"Ayolah pa, kita tidak usah membohongi diri sendiri tentang siapa yang baik dan buruk denganku ! karena aku tahu semua !" Bram tersenyum licik.
"Kurang ajar kamu ! coba buktikan !" teriak Susanto marah.
"Nanti saja, akan ku kirim kepada papa !"
"Keluar kamu Bram, mulai saat ini dia bukan anakku ! dan asal tahu saja aku bisa berbuat apapun juga, termasuk kepadamu !! " Acam Susanto,
"Papa mengancam ku ? kita lihat saja nanti !"
"Maaf, pak Susanto ... Bram tenang dulu ! ini bisa diselesaikan dengan baik !" pak Haris berusaha meredekan situasi sudah memanas.
"Haris, ini sudah menjadi keputusanku yang bulat ! cepat sah kan ! dan kamu Bram keluar dari ruanganku dan perusahaan ini !!" perintah Susanto yang sudah sangat marah.
"Benar, pak Haris ! aku akan pergi !" Bram beranjak dari kursi dan langsung pergi.
"Kurang ajar, anak itu sudah mulau ngelunjak ! oke Bram aku akan terima tantanganmu ! pastilah kamu yang akan mengiba-ngiba kepadaku !" Susanto mengepal tangannya.
--------------
Bramantyo menuju ruangan kerjanya, dan membanting pintu dia merasa kesal sikap papanya yang tidak mau melihar dirinya sendiri.
"Baiklah pah, kamu pikir aku hanya anak manja ? itu salah besar !" ujar Bram. pintu di ketuk.
"Masuk !" teriak Bram, ternyata ada dua orang satpam masuk keruangannya.
"Ada apa ?" tanyanya, keduanya saling tatap.
"Maaf pak kami diminta bos untuk membawa anda keluar dari sini !" jawabnya agak ragu dan ketakutan, Bram manggut-manggut.
"Oke, aku akan keluar ! tapi ada yang harus bereskan barang disini ! bolehkan ?"
"Silahkan pak !" dua Satpam pun keluar. Sementara Bram membereskan barang yang penting. Handphonenya berdering ternyata dari Ayu.
"Ada apa ?" tanyanya.
"Mas, aku diminta pergi dari rumah ini ! sekarang juga !" jawab Ayu.
"Beri waktu kepada mereka dan temui aku disuatu tempat ! aku juga sedang membereskan barang aku di kantor !" perintah Bram, Ayu setuju,
Setelah itu dia keluar dari rungan kerjanya diiringi pandangan dan pertanyaan dari para karyawan. Bram sedang ada di lobby dan langsung naik taksi, di perjalanan ia memberi pesan kepada Ayu.
Singkat cerita mereka bertemu di sebuah apartemen, Apartemen ini ia beli setahun lalu tampa ada yang mengetahuinya, kadang-kadang Bram juga membutuhkan kesendirian. Apartemen ini tidaklah besar hanya satu kamar tapi fasilitas hotel berbintang 5.
"Kita akan istirahat disini untuk sementara !" ujar Bram.
"Apa yang harus kita lakukan mas !" tanya Ayu menatap Bram. Ia tahu siapa Susanto Mahardika dari ayahnya, Begitu pun Bram dan tentu saja ia anaknya.
"Beberapa hari lagi kita akan ke Bali dan pindah sementara disana sampai kamu melahirkan !" jelas Bram.
"Kamu engga apa-apa mas !" tanya Ayu,
"Aku baik-baik saja ! kamu pikir aku tak punya uang ?" tanya Bram sambil memeluk istrinya.
"Iya mas maaf !" jawab Ayu membalas pelukannya.
"Kamu pikir aku lelaki bodoh ! yang suka menghamburkan uang ? tentu saja tidak !" Bram tersenyum.
--------------
"Kurang ajar anak itu ! diam-diam dia mengalihkan uangnya untuk berinvestasi ! oke Bram lihat saja ! papa akan menghancurkanmu !" Susanto kelihatan marah. Marina hanya terdiam, hatinya was-was dia tahu siapa suaminya.
"Apa ini tidak terlalu berlebihan pa !"
"Berlebihan katamu ! dia sendiri yang ingin melawanku !" jawabnya.
"Tapi dia tetap anak kita !" Marina membela Bram.
"Tidak lagi ! dia buka siapa-siapa ! mengerti !" Susanto menatap tajam istrinya dan pergi.
Bersambung ...