Chereads / DENDAM DAN CINTA ! / Chapter 8 - Cobaan Kedua

Chapter 8 - Cobaan Kedua

Bram tidak tahu harus berbuat apa, disatu sisi ia berbahagia karena istrinya melahirkan putra lewat USG sudah diketahui jenis kelaminnya. Disisi yang lain dia dan Ayu terutama harus kehilangan mertua serta kedua orang tua barunya. sebelum ke Bali mereka berdua sempat mampir ke Jogyakarta bertemu dengan kedua orang tua Ayu. Pak Suhendro dan bu Sumarni menyambut keduanya dengan tangan terbuka.

Ayu pun menceritakan semua yang dialami suaminya, pak Suhendro dan bu Sumarni menerima menantunya dengan baik, selama seminggu mereka disana. Tadinya Ayu akan tinggal di Jogyakarta selama kehamilannya, sementara Bram akan ke Bali tapi tanpa diduga Ayu justru ingin ikut suaminya, akhirnya kedua orang tuanya tak melarang toh Jogyakarta dan Bali tidak begitu jauh. Tapi tak disangka semua bakal terjadi seperti ini.

Berita ini pun mengejutkan Susanto Mahardika dan istrinya mereka turut berduka tapi tidak sampaikan kepada Bram, karena Susanto melarang semua melakukan itu termasuk istrinya yang begitu dekat dengan putranya Bram. Mereka pun tahu Ayu sekarang sedang melahirkan disana.

------------

Beberapa waktu kemudian Ayu berhasil melahirkan bayi laki-laki, setelah tidak sadar sementara waktu akhirnya bangun, Bram mengendong putranya dan diperlihatkan kepada istrinya yang menangis bahagia mereka sepakat memberi nama Bagas.

Keesokan harinya Bram datang terlambat, Ayu sudah menyusui bayinya dan dibawa kembali oleh suster.

"Dari mana mas ? oh iya ayah dan ibu sudah datang ?" tanya Ayu, Bram tertegun dia baru saja kerumah sakit untuk mencari informasi tentang kecelakaan pesawat. Dia tidak tahu harus berbuat apa tentang hal ini, tapi cepat atau lambat pasti akan tahu. Bram memutuskan untuk memberitahu Ayu yang dirasa sudsh cukup kuat.

"Ayu, maafkan aku !" jawab Bram.

"Minta maaf tentang apa mas ?" tanya Ayu cemas dan tidak melihat kedua orang tuanya yang harusnya sudah hadir dan datang.

"Mas katakan, apa yang terjadi ?" tanya Ayu memegang tangan Bram dengan kuat ia merasakan firasat buruk tentang kedua orang tuanya.

"Pesawat yang ditumpangi ayah dan ibu mengalami kecelakaan Ayu !" Ayu terkejut,

"Ini bohong kan mas ! mungkin saja mereka selamat !" teriak Ayu dia pun menangis dan Bram meneluknya.

"Tak ada yang selamat Ayu, semua tewas !" Ayu menangis keras, Bram pun juga menangis padahal kedua orang tua Ayu sudah menjadi keluarganya sendiri sejak diusir oleh papanya diapun merasakan kepedihan yang sama.

Waktu terus berlalu 4 bulan kemudian hasil visum kedua orang tua Ayu keluar dan mereka berniat memakamkannya di Jogyakarta, Ayu dan Bayu serta Bagas dan keluarga besarnya hadir, Ayu masih menangis karena kehilangan kedua orang tuanya. Bram memeluknya dan berusaha menguatkan hatinya.

Tampa terasa satu tahun sudah berlalu, Bagas tubuh menjadi anak yang tampan dan lucu, sementara harta warisan kedua orang tua jatuh ketangan Ayu.Tapi tak lama terutama perusahaan yang dimiliki Ayu tiba-tiba disita oleh bank dengan alasan bangkrut. Tentu saja ini sangat mengejutkannya.

Sampai akhirnya Bram menemukan sesuatu yang mencurigakan dari penjualan saham dan pemberian kredit dari bank milik keluarganya, akhirnya dia tahu ini pasti perbuatan papanya.

"Kenapa dia mau mengambil semua perusahaan milikku !" Ayu marah, tapi akhirnya tahu dengan siapa dia berhadapan sekarang. Bram hanya diam dan marah.

"Baiklah ! biarkan saja ! aku masih punya simpanan !" jawab Ayu akhirnya.

--------------

Bram dan Alberto sedang duduk di cafe hotel milik mereka, pagi itu Bram mendapat pesan bahwa Alberto ingin bertemu. Mereka menikmati kopi dengan cemilan.

"Ada ada dengan keluargamu Bram ?" tanya Alberto kepada Bram.

"Maksud kamu ?" Bram malah balik bertanya. Kemudian Alberto memberikan file kepada Bram, dia tertegun dan membacanya. Tak lama ia menutup file itu.

"Maafkan Aku Alberto !" jawabnya dan kemudian Bram menjelaskan semuanya kepada Alberto.

"Jadi begitu ya ?" Bram mengangguk. " Ini semua ulah papamu ?" Bram menghela nafas.

"Jangan khawatir bro ! aku ini patnermu ! dan aku lebih suka bekerja sama denganmu dibanding orang lain ! siapq pun yang mengusik perusahaanmu itu artinya harus berhadapan denganku !" Alberto menepuk tangan Bram sambil tersenyum.

"Terima kasih bro !" jawab Bram.

"Tapi kamu harus hati-hati ! ini baru awal !" Alberto memberikan peringatan.

"Iya, aku tahu bahkan perusahaan milik mertuaku sudah diambil alih !"

"Benarkah ?" Bram mengangguk.

"Menarik ! aku jadi ingin tahu siapa papamu sebenarnya !" Alberto tersenyum. Bram menatap temannya, dia bukannya tidak tahu siapa Alberto sebenarnya rumor banyak mengatakan dia berasal dari keluarga mafia. Tapi sejauh ini Bram mengenal Alberto sangat baik, terbukti semua bisnis bersamanya sukses besar.

------------

Sementara itu disebuah hotel berbintang 5 di Singapura sedang diadakan sebuah pesta dari seorang pengusaha Singapura terkenal, Susanto Mahardika pun datang dengan pasangannya tapi bukan Marina. Perempuan itu tampak cantik menawan dan glamour tak kalah dengan para wanita yang hadir. Dia sedang berbincang dengan teman-temannya, tiba-tiba.

"Alberto, apa kabar !" teriak seseorang obrolan pun terhenti dan terfokus kepada seorang pemuda tampan semua seolah teralihkan olehnya, Sunsanto hanya tersenyum palsu, dalam hatinya ia sangat marah, kehadirannya terasa tidak penting.

Acara pun dimulai semua tamu undangan duduk di meja dan kursi yang telah di tentukan, tanpa di duga Alberto duduk semeja dan bersebelahan dengan Susanto.

"Apa anda masih mengenal saya ?" tanya Alberto kepada Susanto, tapi dia hanya menatap seakan tidak mengenalinya.

"Aku teman putramu Bramantyo sekaligus patner bisnisnya !" Alberto tersenyum.

"Oh, maaf ! waktu itu tamunya banyak jadi tidak ingat !" jawab Susanto biasa saja.

"Begitu ? mungkin saya tidak dikenal di Jakarta ! saya lebih suka tinggal di Bali ! saya mencintai adat istiadat dan keindahannya !" jelas Alberto tidak perduli dengan tanggapan Susanto.

"Saya sebenarnya, tidak terlalu suka dengan pesta seperti ini ! tapi apa daya perusahaan saya berhasil bekerja sama dengan Tuan Samuel tentang pabrik di Malaysia !" lanjutnya, Susanto kelihatan terkejut mendengar itu.

"Lumayan saya bisa mendapat 10 juta dollar ! Oh ya, apa perempuan itu putrimu ? kalau istri anda tidak mungkin karena saya tahu !" Alberto melirik perempuan cantik di sebelah Susanto dan melambai tanganya sambil tersenyum menggoda,

"Luar biasa, bukan, Karina sekarang sudah menjadi model terkenal ! aku hampir tidak mengenalinya !" Bisik Alberto kepada Susanto yang sekarang tampak marah tapi masih bisa ditahannya.

"Oke, pembicaraan ini cukup membosankan ! bukan begitu Susanto Mahardika ?" Alberto menatap tajam Susanto.

"Apa maumu ?" akhirnya Susanto berbicara dengan suara dingin.

"Simple ! jangan ganggu perusahaanku yang berkerja sama dengan Bram ! saya tahu semua tentang anda ! saya ingin tahu sekejam apa anda !" jawab Alberto.

"Walau bagaimana pun anda tetap warga negara asing dan harus tunduk dengan peraturan negara !" Susanto menjawab tenang, tiba-tiba Alberto tertawa memang tidak keraa tapi menarik perhattian satu meja yang tentu saja mendengar mereka,

"Anda berbicara tentang hukum dengan saya ? well, mungkin anda harus berkaca pada diri sendiri tuan Susanto !" Alberto tersenyum sinis, muka Susanto makin memerah.

Bersambung