Hari-hari terus berlalu, Ayu dan Bram tinggal disebuah rumah besar dan mewah berlantai 3 lengkap dengan lift dan kolam renang. Garasi cukup besar menampung 5 mobil, satu untuk Ayu sisanya Bram, dari Mercy sampai mobil sport termasuk motor besar. Ayu bersikap sebagaimana istri pada umumnya di rumah begitu pun Bram seperti suami lainnya. walau dia sudah berubah sejak kejadian di Bali tapi tetap saja banyak godaan diluaran sana, baik wanita ataupun teman-teman yang selalu mengajak party.
Sedang kedua mertuanya jarang menjenguk, atau bisa disebut tidak pernah datang, justru Ayu dan Bram lah yang kadang-kadang berkunjung. Seiring berjalan dengan waktu juga, sikap dan sifat keluarga Mahardika mulai terbuka dan terlihat yang asalnya memakai topeng kebaikan dan keramah tamahan, sopan santun hilang dalam sekejap.
Marina mulai mengacuhkan Ayu bila datang, begitupun suaminya Susanto dan kedua kakak perempuan Bram yaitu Julia dan Anggi. Tapi tidak dengan Bram, dalam hatinya masih ada rasa bersalah. Tapi Ayu tidak perduli dengan sikap keluarga Mahardika yang seperti itu dia tetap ramah dan sopan.
Bulan pun berganti, seperti biasa Bram mengajak Ayu makan malam bersama keluarganya, dia sebenarnya sudah tahu sikap keluarganya terhadap Ayu tapi toh bagaimana pun mereka sudah menikah walau Bram tidak bisa melarang atau menasehati mereka. Makan malam pun dimulai penampilan Ayu tidak kalah dengan kedua kakak perempuan Bram cantik, anggun dan berkelas.
Selama makan malam bersama, mereka sangat berbeda tata cara di meja makan dengan yang dilakukan Ayu dan keluarganya. Disini boleh bercerita dan juga mengobrol, sedangkan di keluarganya makan tempat makan bukan tempat mengobrol, bahkan makan pun tidak boleh bersuara baik detingan sendok garpu atau pun dalam mengunyah dan masih banyak peraturan lainmya. Bram selalu memperhatikan itu, ia mengira keluarga sudah sesuai aturan yang setingkat dengan orang kaya yang terhormat dan beradab tapi itu belumlah seberapa di bandingkan Ayu.
Bram tahu Ayu punya darah biru dari kedua orang tuanya yang masih kini eksis di dunia moderen menjadikan satu-satunya trah kebangsawanan Jawa masih diakui dan sejajar dengan yang lainnya, dalam arti masih di hormati dan disegani pangkat dan kedudukannya sebagai seorang bangsawan di mata masyarakat.
-------------
Sampai kini Ayu masih menjalani adat istiadat dari leluhurnya itu, membuatnya menjadi wanita yang berbeda. Setelah selesai makan yang obrolannya lebih banyak bercerita tentang kemewahan dan lain sebagainya. Kini mereka pindah ke ruang keluarga untuk bersantai. Tiba-tiba Ayu meminta undur diri untuk kebelakang.
"Kenapa sih dia, ini kedua kalinya loh !" tanya kakak pertama Bram yaitu Julia heran.
"Dia hamil !" jawab Bram singkat. Semua terkejut dan tak percaya apa yang terjadi.
"Kok bisa sih Bram ?" tanya Marina.
"Mamah itu gimana sih, yah bisalah ! kan kemarin kita bulan madu !" jawab Bram santai.
"Maksud mama ...!" Marina terdiam dia tak menyangka akan secepat ini. Bram menatap mamanya dia tahu apa yang dipikirkannya.
"Wajar dong mah ! apa mama tidak mau punya cucu dariku ?" tanya Bram.
"Ya tentu saja mau dong Bram, mama senang punya cucu darimu !" jawab Marina berusaha bersikap wajar padahal hatinya mulai kacau ketika melihat Bram mulai berpihak kepada Ayu. Tak lama Ayu pun datang dan bersikap tenang.
"Sudah berapa bulan ?" tiba-tiba Anggi kakak Bram yang lainnya bertanya. Ayu terkejut dan sempat sekilas melirik Bram maka tahulah ia,
"Sudah jalan 3 bulan !" jawab Ayu tersenyum. Semua menatap dirinya.
"Jangan khawatir ! Aku yang akan bertanggung jawab dengan semuanya !" Bram mengatakan hal itu sambil merangkul mesra Ayu.
Mereka berdua pun berpamitan pulang, setelah itu keluarga Mahardika masih berkumpul kecuali Bram.
"Aneh sekali sikap Bram tadi ?" tanya Julia.
"Barangkali dia kena guna-guna, makanya mulai berubah !" jawab Anggi ngasal.
"Ini tidak boleh dibiarkan !" Marina merasa marah. Semua terdiam.
"Sudahlah mah ! tenang dulu, biarkan saja Ayu hamil !" jawab Susanto.
"Papah ini gimana sih ! ya jelas dong, mama marah lihat sikap Bram berubah seperti itu !" Marina menjadi kesal.
"Ah aku tahu, bagaimana menghancurkan kemesraan mereka !" Marina menatap suami dan kedua putri dengan senyum penuh kemenangan.
"Bagus kalau mama punya ide !" jawab suaminya Susanto.
"Tentu saja pah ! sudah ku katakan dari dulu, aku tuh tak setuju mereka menikah dan dijodohkan !" Marina masih kesal sehingga mengungkit masa lalu.
"Tapi kan, kini lihat hasilnya ! mamah juga sudah membeli tas seharga 1 milyar ya kan ?" ujar Suaminya. Marina tersenyum bahagia, tentu saja dia sangat senang tas itu edisi khusus hanya dibuat 20 buah saja di seluruh dunia salah satunya yaitu dirinya sendiri.
"Lalu apa rencana mama ?" tanya Julia dan Anggi serta papanya Susanto.
------------
"Sepertinya semua terkejut ketika kamu berubah !' Ayu melirik Bram.
"Tidak apa-apa kok ! santai aja !" Bram tersenyum.
"Apa kamu tak melihat ekpresi mama kamu ? kelihatannya kamu berdua begitu dekat sekali ?" tanya Ayu.
"Iya memang ! aku lebih dekat dengan mama sih, dibanding yang lainnya !" jawab Bram. Ayu mengangguk.
"Oh, ternyata anak mama ya ?" Ayu tersenyum. Bram melirik dan tertawa.
"Harusnya kamu tidak mengatakan itu tadi !"
"Memang benar kok ! yang didalam situ kan anak aku !" jawab Bram sambil menyentuh perut istrinya, Ayu tertegun.
"Aku yang betbuat maka akulah yang bertanggung jawab !" ucap Bram tegas. Ayu terdiam.
Satu bulan kemudian, kehamilan Ayu makin besar. Dia pun menelpon kedua orang tuanya dan mereka sangat senang dan gembira, ibundanya memberikan petuah dan doa bagi kesehatan Ayu dan bayinya.
Suatu hari Ayu mendapat pesan dari suaminya untuk mengambilkan sesuatu di rumah ke kantor yang tertinggal. Maka dengan di antar supir ia pun ke kantor suaminya di sebuah gedung perkantoran. Sesampainya di gedung tempat Bram bekerja, ini adalah ia kemari dan tak tahu dimana kantor suaminya berada.
"Maaf pak, kalau kantornya Branantyo dimana ya ?" tanya Ayu kepada seorang satpam.
"Nyonya ini siapa ya ?" tanya satpam itu tidak mengenali Ayu.
"Oh, saya istrinya !" jawab Ayu tersenyum, satpam itu menatap Ayu dari kepala sampai kaki, dia melihat perempuan cantik dan hamil pula.
"Maaf nih ya nyonya, saya ini bertanggung jawab keamanan disini !" ujar pak Satpam.
"Aps bapak tidak percaya saya istrinya ?" tanya Ayu sambil menatap pak Satpam, yang membuatnya ketakutan.
"Bukan begitu, anu ... baik saya ajan menghubungi pak Bram !" pak Satpam pun pergi menuju repsesionis di lobby.
"Aneh, kok engga kenal aku siapa sih ! apa karena aku pertama kali kesini ya ?" Ayu berkata dalam hati.
"Ayu sedang ngapain kemari harusnya kamu dirumah kan ?" Ayu terkejut karena ada yang menyapanya dan itu Bram.
"Mas kok ada disini ?" tanya Ayu heran, Bram menatap Ayu. "Aku kemari katanya ada barang yang tertinggal nih !" Ayu menyerahkan tas kepada Bram.
"Ketinggalan ? engga ah, ini laptop lama ! aku sudah bawa kok !" ujar Bram heran.
"Loh, ini pesan dari kamu !" Ayu memperlihatkan pesan di handphone nya dan Bram terkejut.
"Anu,, nyonya tuannya ... eh tuan ada disini ! ini ada istrinya yang cariin !" Satpam itu terkejut karena ada Bram ada disini.
"Emang kenapa dengan istriku ?" tanya Bram kepada si Satpam.
"Engga, mas tadia dia engga kenal aku ! ini kan pertama kalimya kemari !" jelas Ayu,
"Bukan, eh .. iya !" pak Satpam jadi bingung.
"Maksud kamu apa ?" tanya Bram kepada si satpam begitu pun dengan Ayu.
"Anu, tuan maaf ! tadi soalnya ada yang mengaku istri tuan !" jawab Satpam, Bram dan Ayu terkejut.
"Kamu jangan, main-main ya ! apa mau aku pecat ?" Bram marah. Si satpam ketakutan.
"Betul tuan, dan dia sedang menunggu di ruangan tuan dengan .... anu nyonya besar !" Ayu dan Bram terkejut mendengar penjelasan satpam.
Bersambung ...