Dulu, rutinitas Sheren di Hari Minggu pagi adalah membantu Cyrus di penampungan hewan terlantar milik keluarga sepupu iparnya itu. Namun, kebiasaan itu kini harus berubah. Tidak ada lagi kunjungan rutin di tempat penampungan hewan terlantar pada Hari Minggu. Dan tentu saja, tidak ada lagi rutinitas rebahan di akhir pekan.
Sheren kini tengah berada di ruang evaluasi bersama para peserta pelatihan. Ada banyak para peserta latihan di ruangan ini, mungkin sekitar seratus orang. Dan sayangnya, Sheren tidak mengenal satu pun para peserta pelatihan di ruangan ini. Para peserta pelatihan yang lain bahkan menatap Sheren dengan pandangan sinis. Akhirnya, Sheren memutuskan untuk menyendiri di sudut ruangan.
Tiba-tiba, pintu ruang evaluasi dibuka. Serombongan orang memasuki ruangan, beberapa diantaranya adalah para idola muda yang sedang naik daun. Shawn tersenyum sekilas saat manik matanya bertatapan dengan manik Sheren. Sheren membalas senyuman itu dengan tipis.
"Selamat pagi para talenta muda Light Entertainment. Saya senang sekali bisa bertemu dengan para talenta muda seperti kalian. Saya berharap, kalian bisa menunjukkan perkembangan talenta kalian agar bisa segera debut. Tentunya, kalian tidak ingin berlama-lama menyandang gelar peserta pelatihan bukan?" Bu Winona tersenyum manis seraya melirik ke tempat Siska berada. "Dan tentu saja, kepribadian kalian juga turut dinilai," lanjut Bu Winona masih dengan senyum.
Bu Wendy lalu menimpali, "Tentu saja kepribadian baik adalah yang utama. Oke, ayo kita mulai evaluasinya sekarang!"
Para peserta pelatihan kini duduk lesehan di lantai kayu ruangan ini, termasuk Sheren. Para juri evaluasi beserta para selebriti muda yang ikut hadir dalam evaluasi ini duduk berjajar di kursi-kursi yang berada tepat di depan panggung mini. Peserta pertama yang maju adalah seorang remaja perempuan. Sheren memperhatikan jalannya evaluasi dengan serius.
'Bakat dan kemampuannya sudah terasah dengan baik, walaupun dia melakukan kesalahan saat mengambil nada rendah. Nada yang dia ambil harusnya lebih tinggi satu oktaf dari sekarang.' Sheren mengamati peserta yang sedang bernyanyi itu dengan konsentrasi penuh.
Sheren terkejut saat seseorang duduk di sampingnya secara tiba-tiba. "Halo, aku Anastasya." Anastasya menyapa Sheren dengan senyum ramah. Senyum yang terbit di wajah Anastasya layaknya virus yang menular.
"Aku Sheren. Kamu supermodel yang terkenal itu kan?" senyum Sheren. Dia berbicara dengan suara berbisik. Kini, peserta pelatihan yang sedang menunjukkan bakatnya di atas panggung evaluasi adalah seorang remaja laki-laki yang menarikan tarian modern.
"Aku enggak seterkenal itu kok. Kamu ada bayangan enggak untuk melanjutkan kariermu di bidang apa?"
"Musik. Aku ingin menjadi musisi, lebih tepatnya aku ingin jadi komposer."
Anastasya bisa melihat binar cerah di manik mata Sheren saat mereka membicarakan tentang musik. "Aku berharap kamu bisa debut dalam waktu dekat. Dan aku akan menjadi orang pertama yang membeli karya-karyamu."
Sheren tersenyum manis mendengar kalimat Anastasya. Dia merasa mendapatkan suntikan semangat dari gadis cantik di sampingnya ini. "Iya, semoga aku bisa debut secepatnya." Percakapan diantara Anastasya dan Sheren berakhir. Baik Sheren maupun Anastasya sama-sama memperhatikan evaluasi.
Tersisa dua orang peserta pelatihan yang belum melakukan evaluasi, yaitu Sheren dan Siska. Para peserta pelatihan yang sudah melakukan evaluasi kini tengah fokus menatap panggung. Kini, giliran Siska yang maju. Dia menunjukkan bakatnya yang telah dia asah selama sebelas tahun. Sheren mengernyit saat menyadari permainan piano Siska. Siska sedang bernyanyi sambil bermain piano. Sheren mengernyit saat mendengar nada-nada dari piano yang dimainkan Siska tidak bisa menyatu dengan baik serta nada-nada yang dia mainkan tidak memiliki nyawa. Sebenarnya, nada-nada yang dia mainkan tepat, namun ada yang berbeda.
"Wah, permainan piano Siska lumayan bagus," gumam Anastasya kagum.
"Tidak, lagu yang dia mainkan tidak bernyawa. Dan juga, nada-nadanya tidak bisa menyatu dengan baik," bantah Sheren. Manik matanya menatap Siska dengan serius. Sepasang telinganya tengah berfokus pada dentang piano dan suara Siska. Mendengar jawaban Sheren, Anastasya tersenyum. Anastasya tahu bahwa Sheren sangat berbakat. Bisa saja dia yang menjadi titik tumpu agensi di masa depan.
Penampilan Siska telah usai. Kini, giliran Sheren yang naik ke panggung. Dia mengusap lembut tuts-tuts hitam putih itu. Lalu, dentingan pertama terdengar. Lagu yang dia mainkan dan nyanyikan saat ini diciptakan oleh tiga komposer ternama. Suara sopran milik Sheren berpadu lembut dengan denting pianonya. Nada-nada tinggi berhasil dia capai dengan sangat mudah. Dan yang terpenting, nyawa dalam lagu itu bisa tersampaikan.
Seisi ruangan terhipnotis dengan suara Sheren. Beberapa orang menangis tersedu mendengar nada-nada dipadu dengan suara merdu yang menyayat hati. Shawn mengusap air matanya dengan gemas. Dia tidak tahu mengapa, namun lagu yang dibawakan Sheren menusuk ke dalam hatinya. Membuat perasaannya terkoyak seketika.
Penampilan Sheren selesai. Para juri bertepuk tangan sembari berdiri dari kursi mereka. Shawn dan Adinda bertepuk tangan paling kencang. Mereka merasa bangga dengan pencapaian yang didapat oleh Sheren. Bakatnya berkembang semakin pesat. Sheren menundukkan kepalanya sembari membungkuk ke arah para juri dan para peserta pelatihan. Gesturnya sangat anggun dan terlatih. Kemudian, Sheren turun dari panggung dengan anggun.
"Kamu hebat sekali!" Anastasya memeluknya dengan riang saat Sheren kembali ke tempat duduknya.
"Terima kasih," senyum Sheren.
Sepuluh menit kemudian, pengumuman hasil evaluasi keluar. Sheren menduduki tempat pertama. Dia tersenyum kecil saat mendengar namanya disebut. Dalam hati, dia merasa senang sekaligus tidak. Senang karena mendapat tempat pertama. Namun dia tidak senang karena ini bukanlah akhir dari kariernya. Perjalanan kariernya masih panjang.
***
Sheren mengaduk-aduk sedotan dalam botol teh kemasannya. Gadis itu tengah menunggu Shaka yang akan menjemputnya. Shawn yang baru saja keluar dari lift bersama teman-temannya secara tidak sengaja menatap Sheren yang tengah duduk di sofa lobi.
"Ke Sheren sana! Kasihan dia sendirian di situ!" Michael mendorong bahu Shawn pelan.
Adinda mengangguk. "Iya, Mike benar. Cepat pergi sana! Antarkan dia pulang justru jauh lebih baik daripada dia harus menunggu sendirian."
"Apalagi, tatapan mata para peserta pelatihan terhadapnya. Benar-benar menyebalkan!" imbuh Devina kesal. Namun, tatapan mata para selebriti muda itu seketika terkejut saat seorang pemuda tampan tengah merentangkan tangannya dan Sheren menyambut pelukan itu dengan riang.
"Waduhhh saingan Shawn sudah muncul kawan-kawan," ucap Devina dengan nada meledek.
Shawn tertawa. "Bukan gitu. Dia adalah kakak kembarnya Sheren, Dev. Sheren itu kembar."
Adinda, Devina, dan Anastasya mendesah kecewa karena pemuda itu bukan saingan Shawn dalam mendapatkan hati Sheren. Namun, Michael dan Michaelo justru menatap Shaka dengan tatapan serius.
"Mike, wajahnya kembaran Sheren familiar gak sih?"
"Iya, El. Rasanya kita pernah bertemu, tapi di mana ya?"
Shawn tersenyum mendengar pertanyaan-pertanyaan dari si kembar. Dia tahu maksud dari pertanyaan Michael dan Michaelo. Namun, Shawn memilih bungkam dan membiarkan pertanyaan itu mengambang di udara.
***
"Gimana evaluasi hari ini?"
"Seru banget Ka! Aku mendapat tempat pertama di evaluasi ini. Tapi, aku gak sesenang itu."
Shaka menoleh sekilas pada sang adik, kemudian kembali fokus menatap jalanan. Kedua tangannya tengah memegang setir mobil. "Kenapa kok gitu? Para peserta pelatihan menjahati kamu?"
"Itu pasti dong. Mereka sudah gak suka padaku sejak pertama kali bertemu. Apalagi setelah mengetahui bahwa aku adalah peserta pelatihan khusus."
Shaka tersenyum. "Kamu sanggup menjalani pelatihan ini?"
Sheren mengangguk dengan semangat. "Sanggup kok. Karena ini yang aku mau. Ini adalah karier yang aku inginkan."
"Kamu tahu kan She bahwa jalanmu pasti terjal? Bahkan setelah kamu debut. Kamu harus mampu membangun karier yang bagus, bersih dari skandal, dan juga stabil. Ditambah lagi, kamu harus siap menghadapi hujatan warganet."
"Belum debut saja, sambutan negatif untukku dari para peserta pelatihan sudah sangat meriah. Apalagi jika aku resmi debut."
Shaka tertawa mendengar jawaban bernada santai dari adiknya. "Ya, kamu bener sih. Tapi, kamu harus ingat bahwa kamu gak sendiri. Kamu masih punya aku untuk tempatmu berbagi cerita jika kamu menghadapi masalah. Dan jangan dipendam sendiri."
Sheren mengangguk paham.
***
Surabaya, 29 Maret 2020
Hari ini adalah evaluasi pertamaku semenjak aku masuk ke perusahaan ini. Evaluasinya berjalan sangat ketat. Banyak bakat-bakat bagus di sana. Untungnya, aku bisa mendapatkan peringkat pertama hari ini. Sayangnya, aku sangat menyadari bahwa mendapatkan peringkat satu saat evaluasi bukanlah jaminan untuk sukses.