Chereads / Catatan Cerita / Chapter 41 - Catatan 40: Citra Diri

Chapter 41 - Catatan 40: Citra Diri

Para member Golden Team berjalan beriringan di lorong perusahaan. Mereka tengah bersiap untuk melakukan evaluasi eliminasi. Hal yang membuat Sheren penasaran, lalu dia bertanya, "Evaluasi eliminasi itu apa?" Dia tidak mendapatkan penjelasan yang lengkap dari Alana. Alana hanya menjelaskan bahwa perusahaan sedang melakukan evaluasi atas kinerja seluruh artisnya.

"Evaluasi eliminasi adalah sebuah proses evaluasi mengenai kinerjamu, baik saat kamu masih menjadi peserta pelatihan maupun sesudah debut. Semua pekerja seni di bawah naungan perusahaan ini harus melakukan evaluasi ini. Dan jika kinerjanya jelek, dia bisa dipindahkan ke cabang lain atau diputus kontraknya," jelas Adinda.

"Lalu, dinilai dari apa saja? Kemampuan? Bakat? Atau popularitas?"

"Semuanya, terutama dari segi respon masyarakat. Perusahaan melakukan survei setiap bulan kepada masyarakat tentang kepuasaan mereka terhadap penampilan kita," imbuh Keano. "Dan batas maksimum untuk para peserta pelatihan berlatih di sini adalah dua belas tahun."

Steven menyahut, "Berarti hari ini dia harus menerima kenyataan bahwa dia tereliminasi?"

Shawn mengangguk. "Benar, mau enggak mau. Dia sudah melewatkan terlalu banyak waktu hanya untuk berlatih."

"Akhirnya pergi juga dia. Dia itu beban perusahaan," ucap Juan dengan nada sinis yang amat kentara. Pemuda itu terlihat kesal saat mereka membicarakan Siska.

"Kak Juan tahu gak? Kak Juan seram saat marah, kasihan Kak Sheren harus merasakan aura jahat dari orang galak seperti Kak Juan," celetuk Reinarth dengan ekspresi polos. Juan mencubit pipi tirus Reinarth dengan gemas. Sementara Reinarth mengaduh kesakitan. "Aduh sakit! Jangan dicubit!"

Juan melepaskan cubitannya dari pipi Reinarth.Pemuda itu kini mengusap rambut Reinarth lembut. "Lagipula, kamu kenapa harus diet ketat sih? Kamu sudah kurus loh, mau sekurus apalagi?"

Reinarth mengusap pipinya yang tadi dicubit Juan. "Aku ingin menampilkan penampilan yang baru di album baru kita kali ini. Aku ingin menampilkan perubahanku, dari seorang anak-anak ke remaja yang beranjak dewasa."

"Kenapa kamu harus melakukan itu?" tanya Michael. Dia dan para member benar-benar khawatir dengan perubahan Reinarth. Menurut mereka, fisiknya terlalu kurus untuk ukuran remaja laki-laki bertinggi badan 185 cm.

"Kan aku udah bilang tadi! Aku juga udah sering bilang pada kalian, tapi kenapa kalian enggak ngerti sih?!" Lama-lama, Reinarth merasa kesal karena mereka selalu menanyakan pertanyaan yang sama padanya.

"Kamu bahagia?" tanya Sheren tiba-tiba.

Reinarth mengerjap. "Apa maksudnya Kak?"

Sheren menatap Reinarth tepat di manik matanya. Pandangan mata gadis itu berubah lebih tajam. "Kamu bahagia dengan perubahan fisikmu? Kamu merasa nyaman dengan perubahan fisikmu?"

Reinarth diam. Sheren melanjutkan, "Kamu tahu bahwa setiap pilihan hidup memiliki konsekuensinya? Termasuk pilihanmu untuk diet. Kamu bahagia dengan pilihanmu itu? Kamu mungkin akan menjawab iya, tapi hidup tidak hanya melulu soal perasaan. Kesehatanmu juga penting. Apa selama diet kamu tidak merasa lemas? Pusing?"

Reinarth menatap Sheren dengan tatapan sendu. Kalimat-kalimat Sheren tadi telak mengenai hatinya. "Tidak, aku tidak bahagia. Aku juga merasa tersiksa karena harus mampu menahan lapar dan hanya makan sangat sedikit."

"Jangan lanjutkan dietmu. Lebih baik kamu berolahraga saja." Sheren ingat Shaka pernah mengatakan bahwa cara untuk menjaga berat badan yang ideal salah satunya adalah dengan olahraga.

"Tapi, aku tidak punya waktu," cicit Reinarth.

"Kamu punya waktu untuk itu. Kamu hanya perlu mengatur jadwalmu sebaik mungkin. Gunakan waktu luangmu untuk berolahraga. Jangan malas! Jangan menghabiskan waktumu untuk bermain game terlalu sering! Jaga juga pola makanmu!"

Baik Reinarth maupun para member memiliki pemikiran yang sama mengenai Sheren. 'Sheren galak sekali! Lebih galak dari Juan!'

***

Ruang evaluasi sudah penuh dengan orang-orang. Sheren duduk diapit Devina dan Adinda. Kedua rekannya itu sibuk berbincang dengan rekan di sebelah mereka. Sementara Sheren justru sedang berkomunikasi dengan Shaka. Sesibuknya dia dan sebencinya dia pada Shaka karena selalu menjadi anak emas orang tuanya, namun dia tidak bisa menampik fakta bahwa Shaka adalah satu-satunya orang yang paling mengerti dia. Sheren juga merasa aman saat dia bersama Shaka.

"Kok aku rasanya tidak asing ya dengan cowok yang ada di wallpaper ponselmu?" Devina bertanya pada Sheren saat Sheren telah selesai bertukar pesan dengan Shaka. Shaka harus pergi untuk persiapan lomba fisika internasional.

"Dia kakakku. Kami terlahir kembar. Kamu pernah bertemu dia?"

Devina mengangguk ragu. "Rasa-rasanya memang pernah, tapi aku tidak ingat tepatnya di mana dan kapan."

"Mungkin kamu memang pernah bertemu dengannya? Atau ada orang yang mirip dengannya?" Sheren kemudian memasukkan ponselnya ke dalam tas ranselnya.

"Mungkin saja," jawab Devina akhirnya.

Para mentor dan pimpinan perusahaan kemudian naik ke panggung. Ruangan yang semula ramai, kemudian sunyi senyap. Para pekerja seni itu kini terfokus pada satu arah yang sama, yaitu panggung tempat para pemimpin perusahaan dan para mentor mereka berdiri.

Bu Winona melangkah ke depan, kemudian berkata, "Saya akan menyebutkan pencapaian kerja kalian dalam enam bulan terakhir, serta siapa-siapa saja yang harus keluar dari perusahaan dan yang harus pindah ke perusahaan lain." Bu Winona kemudian menyebutkan pencapaian para pekerja seni yang bernaung dibawah perusahaan itu satu per satu.

Melihat dan mendengar langsung reaksi orang-orang yang ada di ruangan ini membuat Sheren sadar betapa karier mereka sangat rentan dan tidak stabil. Mereka bisa kapan saja dipecat atau dipindahkan ke perusahaan lain jika kinerja mereka jelek. Dan tentu saja hal itu sangat berpengaruh bagi karier mereka ke depannya. Sheren memejamkan matanya. Telinganya yang tajam mulai mendengar isak tangis dari orang-orang yang diberhentikan. Haruskah Sheren merasa senang? Atau sedih? Dia tidak tahu.

Evaluasi telah selesai. Sheren bisa bernapas lega karena dia tidak dipindahkan ke perusahaan lain, pun dengan teman-temannya yang lain. Kini, suasana berat memenuhi ruang evaluasi. Para pemimpin perusahaan sudah menutup acara ini dan mempersilahkan orang-orang untuk meninggalkan ruangan ini. Namun, masih banyak orang yang bertahan di ruangan ini untuk memulihkan diri mereka dari perasaan terkejut dan kecewa akibat diberhentikan.

"Sheren?"

Sheren yang bersiap untuk keluar dari ruangan lalu menoleh ke sumber suara. Bu Winona rupanya berdiri di samping Devina dengan senyum manis. "Bisa ikut saya sebentar?" Sheren mengangguk. Dia sempat menatap teman-temannya sekilas. Mereka mengangguk, mempersilahkan Sheren untuk mengikuti Bu Winona. Sheren kemudian mengikuti wanita itu dengan penuh tanda tanya.

***

"Kamu masih menguasai musik klasik?" Itu adalah pertanyaan yang dilontarkan oleh Bu Winona ketika Sheren baru saja duduk di sofa ruangan ini, yang merupakan ruang kerja Bu Winona.

"Bermain piano maksud Ibu?"

Bu Winona mengangguk. Wanita itu menatap Sheren dengan senyum. "Perusahaan mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara pertukaran budaya antar negara yang diselenggarakan di Austria. Di salah satu gedung orkestra terbaik di negara itu."

"Di mana jika saya boleh tahu?"

"Di Musikverein."

"Markas dari Vienna Philharmonic?!"

"Ya, dan kamu akan tampil dengan iringan orkestra juga. Bagaimana?"

Tanpa berpikir panjang, Sheren mengangguk semangat. Vienna Philharmonic adalah salah satu grup orkestra favoritnya. Dia selalu menghadiri pertunjukan mereka jika ada waktu. Dan kini, dia mendapatkan kesempatan tampil di gedung orkestra yang merupakan markas dari salah satu grup orkestra terbaik dunia!

Bu Winona tersenyum lebar. Wanita itu lalu berkata, "Mulai besok, kamu bisa berlatih dengan orkestra yang sudah dipilih melalui audisi ketat. Oh iya, saya juga sudah mendapatkan izin dari sekolahmu supaya kamu tidak masuk selama beberapa waktu hingga pertunjukan berakhir. Bagaimana?"

Sheren mengangguk. "Terima kasih banyak Bu atas kesempatan yang Ibu berikan. Oh ya Bu, saya boleh tahu nama orkestranya?"

"Saya rasa kamu tahu nama orkestra ini jika saya sebutkan. Winter Orchestra."

Sheren tidak bisa untuk tidak tersenyum lebar. Winter Orchestra adalah orkestra tempat Adeline bekerja. Oh tentu saja orkestra itu adalah salah satu orkestra terbaik di dunia. Ciri khas mereka terletak pada permainan biola.

***

Sheren tengah memeluk sebuah boneka domba putih besar dengan gemas. Euforia masih tersisa di dirinya. Sedari tadi, dia berusaha menahan kegembiraan ini karena dia harus bersikap sopan di depan Bu Winona. Dan kini, kegembiraannya meledak di ruang istirahat Golden Team.

"Ada apa She? Bu Winona tadi bicara apa?" tanya Milka penasaran. Rupanya, tak hanya Milka saja yang penasaran namun juga seluruh member.

Sheren menatap Milka dengan senyum sangat lebar hingga Milka khawatir wajah Sheren akan robek jika dia tersenyum lebih lebar lagi. "Aku mendapat kesempatan untuk tampil di Austria. Tepatnya di Musikverein bersama Winter Orchestra!"

"Itu yang acara pertukaran budaya itu ya?" tanya Keano penasaran.

Sheren mengangguk riang. "Iya benar! Kok tahu?"

"Kita mendapat undangan untuk menghadiri acara itu. Eh sebentar, kamu akan tampil bersama Winter Orchestra?" tanya Lionil. Dia tiba-tiba teringat sesuatu. Para member Golden Team selalu mendapatkan undangan untuk acara-acara resmi, termasuk pertunjukan musik klasik resmi. Namun, mereka tidak pernah tampil mengisi acara jika itu adalah pertunjukan musik klasik.

"Iya, aku akan bermain piano dengan Winter Orchestra," senyum Sheren.

"Piano? Bukannya itu untuk solo piano? Hanya satu orang saja kan yang memainkan piano, karena selama ini selalu begitu," ucap Reinarth sambil menatap Sheren tajam.

"Iya memang. Solo piano dan aku berkesempatan untuk mendapatkan kehormatan itu."

"APA?! BAGAIMANA BISA?!" Steven, Keano, Reyna, Reinarth, Lionil,Juan, Milka, Lucas, dan Anastasya terkejut bukan main. Karena selama ini, mereka tidak pernah mengenal seseorang yang berkesempatan mengisi pertunjukan musik klasik resmi, terlebih lagi di posisi sepenting itu.

"Yah, kualitas juara dunia piano memang berbeda. Selamat berjuang She! Hubungi kami jika kamu butuh sesuatu." Adinda menepuk pundak rekannya ini bangga. Dia, Shawn, Michael, Michaelo, dan Devina tahu persis kemampuan bermusik Sheren. Dan mereka tidak akan kaget jika album mereka selanjutnya akan diproduseri oleh Sheren.

"Mungkin album kita berikutnya akan diproduseri dan ditulis sendiri oleh Sheren," ucap Devina riang.

Michaelo mengangguk setuju. "Aku harap juga begitu. Aku harap Sheren bisa meruntuhkan stigma dan anggapan miring rekan kerja kita yang lain tentang kita."

"Memang ada apa?" Sheren selama ini belum pernah mendengar seseorang menganggap remeh Shawn. Apalagi teman-temannya. Ah benar, Sheren saja tidak tahu jika mereka ada sebelum dia bergabung dengan tim ini.

"Para rekan kerja kita yang lain menganggap bahwa kami debut di tim ini hanya modal tampang. Kami tidak bisa menciptakan lagu. Dan mereka bilang, kami tidak pantas menjadi penyanyi," jelas Shawn.

Lucas mengangguk setuju. "Belum lagi anggapan miring bahwa kami sengaja membeli album kami sendiri dengan jumlah besar agar bisa mendapatkan popularitas yang tinggi."

"Tapi, kualitas vokal kalian bagus lho walaupun kalian kesulitan menciptakan lagu sendiri," ujar Sheren.

Lionil menatap Sheren dengan tatapan bangga. "Makanya, kami harap kamu mampu memproduseri album baru kita setelah ini."

***

Surabaya, 2 April 2020

Hidupku penuh dengan kejutan. Hari ini adalah salah satu hari di mana karierku sebagai seorang profesional yang sebenar-benarnya dimulai. Dan hari ini pula, aku dikejutkan dengan stigma yang rupanya melekat erat pada orang-orang yang nyaris sempurna ini.