Sheren baru saja mendudukkan dirinya di kursinya saat Sashi tiba-tiba mengguncang bahunya dengan heboh. "She, She, She! Tahu gak?" Sheren tertawa mendengar kalimat yang diucapkan oleh Sashi tadi. Kalimat tanya itu biasanya digunakan untuk memulai suatu percakapan paling menarik di dunia, yaitu: gosip.
"Tahu apa? Ini masih pagi loh, kita saja baru selesai upacara bendera," ucap Sheren seraya duduk di bangkunya.
Sashi ikut duduk di bangku miliknya sendiri yang berada tepat di depan bangku Sheren. Gadis cantik itu menatap Sheren dengan pandangan berbinar. "Ada gosip yang menyebutkan bahwa salah satu murid di sekolah kita menjadi peserta pelatihan di Light Entertainment!"
Sebuah ekspresi terkejut melintas di wajah Sheren, namun Sashi menganggap bahwa itu adalah keterkejutan biasa. Maka, dia menambahkan informasi yang dia dengar dari teman-temannya di kelas lain, "Kamu tahu gak?Gosipnya sih, dia perempuan dan sangat berbakat."
"Belum tentu juga itu berasal dari sekolah kita. Ada banyak selebriti perempuan berbakat di dunia ini." Sheren berusaha untuk mengontrol ekspresinya. Salah satu perjanjian di kontrak kerjanya adalah dia tidak boleh mengungkapkan identitasnya pada orang-orang bahwa dia adalah peserta pelatihan, kecuali jika dia sudah debut.
Sashi menggeleng, raut wajahnya terlihat tidak setuju. "Eii kamu jangan meremehkan keakuratan informasiku loh ya! Aku tahu ini dari Shawn sendiri!"
"Shawn?"
Sashi mengangguk. "Shawn tadi bilang kepada kepala sekolah untuk memberi dukungan pada peserta ini karena dia sebentar lagi akan diperkenalkan ke publik."
"Kamu mencuri dengar pembicaraan Shawn?"
"Enggak kok. Cuma, aku tadi gak sengaja dengar waktu mau ke kelas. Jadi, sekalian saja aku mendengarkan informasi itu. Kan mendengarkan informasi tidak boleh sepotong-sepotong agar tidak terjadi kesalahpahaman."
Sheren tertawa. "Ada-ada saja kamu ini."
***
Bel istirahat sudah berbunyi, Sheren bergegas keluar kelas setelah guru keluar. Dia beralasan pada Sashi dan Rhea bahwa dia mengalami sakit perut dan harus segera pergi ke toilet. Padahal, tujuan dia yang sebenarnya bukan menuju toilet.
Taman belakang sekolah terlihat sunyi saat Sheren tiba di sana. Namun, dia bisa melihat seorang pemuda tengah duduk di kursi taman dengan posisi membelakanginya. Sheren bergegas menghampirinya. "Shawn!"
Shawn menoleh, seulas senyum terukir di wajahnya yang rupawan. "Kamu sudah dateng? Sini duduk dulu."
Sheren kemudian duduk di samping Shawn. "Boleh tanya sesuatu?"
Shawn mengangguk. Pemuda itu lalu menyerahkan sebuah bungkusan pada Sheren yang dia ambil dari kantung plastik hitam yang ada di sisi kanannya. "Ini apa?" tanya Sheren kebingungan saat menerima bungkusan itu dari tangan Shawn.
"Batagor. Kamu suka?"
"Buat aku?"
"Iya, buat kamu. Dimakan ya?"
"Sashi tadi cerita, bahwa dia mendengar percakapanmu dengan kepala sekolah mengenai peserta pelatihan dari sekolah ini. Kata Sashi, salah satu peserta pelatihan itu akan debut sebentar lagi."
Shawn tertawa mendengarnya. "Sudah kuduga! Yah, percakapan tadi memang pasti didengar oleh orang lain karena aku membicarakannya di tempat umum."
Sheren menelan batagor yang berada di mulutnya. "Kalau boleh tahu Shawn, ada peserta pelatihan lain di sekolah ini ya?"
Shawn tersenyum, manik matanya yang berwana hitam menatapnya intens. "Itu kamu, Sheren. Peserta pelatihan yang akan diperkenalkan ke publik dan akan debut itu adalah kamu."
"Apa?! Jangan bercanda kamu! Bu Wendy enggak berbicara apa-apa." Sheren benar-benar terkejut, bukan, dia sangat terkejut! Batagor yang dia pegang pun membeku di udara bersama tangan kanannya yang entah mengapa terasa kaku.
"Iya, kamu sebentar lagi akan debut. Nih aku kasih bocorannya ya, kamu tahu kan kalau agensi ini sebenarnya bernama Starlight Entertainment dan dibagi menjadi dua tim? Star team dan Light team? Namun, ada satu tim debut istimewa bernama Golden team. Isinya? Tentu saja orang-orang paling berbakat dari yang berbakat. Dan member Golden team sudah diberitahu bahwa kamu akan debut."
Sheren benar-benar terkejut. Dia tidak menyangka bahwa hal ini akan terjadi. Namun, sebuah pemikiran menyergapnya. Pemikiran bahwa itu semua adalah ilusi. Dia terlalu takut untuk percaya bahwa semua yang dikatakan Shawn adalah kenyataan.
"Kenapa? Kok ekspresi wajahmu terlihat gak senang?" Shawn menatap Sheren dengan penuh tanya. Dia menyadari perubahan ekspresi yang terjadi pada Sheren.
"Aku senang kok. Aku hanya tidak ingin terlalu terlarut dalam euforia itu karena aku belajar, bahwa dalam hidup ini semua hal tidak abadi. Bahkan rasa bahagia sekalipun."
Shawn terdiam. Dia merasa bahwa yang dikatakan Sheren memang benar. Namun, bukankah manusia berhak merasa bahagia walau hanya sementara?
***
Sheren meminum banyak air setelah berlatih vokal. Bu Wendy hari ini melatihnya dengan sangat keras. Dan hal itu menjadi tanda tanya bagi Sheren. "Bu Wendy."
Wendy yang sedang sibuk dengan ponselnya kemudian menatap Sheren. "Ya? Ada apa?"
"Latihan kali ini...sedikit berbeda ya?"
Sepasang bola mata Bu Wendy terlihat membulat, ekspresi wajahnya terlihat sangat terkejut. "Oh benar! Maaf ya, maaf sekali. Saya lupa memberitahu kamu bahwa kamu akan debut beberapa hari lagi."
"Maaf?!"
Wendy tersenyum melihat keterkejutan Sheren. "Iya, kamu akan debut dalam Golden Team. Di tim itu, anggotanya ada empat belas. Lima belas termasuk kamu. Anggotanya ada Shawn, Adinda, Devina, Michaelo, Michael, Anastasya, Reinarth, Reyna, Milka, Lucas, Lionil, Steven, Keano, dan Juan. Member termudanya adalah Reyna. Dia masih sekolah menengah pertama kelas 9. Reyna dan Reinarth kembar, Reinarth lebih tua lima menit dari Reyna."
"Ini sungguhan Bu?"
Tawa renyah keluar dari mulut wanita yang merupakan ibu dari Shawn tersebut. "Beneran kok. Oh ya, setelah ini kamu akan saya ajak menemui mereka. Tapi, kita makan dulu ya? Saya yang traktir sebagai apresiasi atas kerja keras kamu selama ini."
Sheren yang masih dalam kondisi terkejut hanya bisa mengangguk pasrah. Kemudian, Wendy merangkul Sheren keluar dari ruang latihan.
***
Suasana selama makan tadi hanya diisi keheningan saja. Hal ini dikarenakan Sheren masih kaget. Dan Wendy membiarkan Sheren untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu. Kini, mereka sudah tiba di depan sebuah ruangan dengan pintu bercat emas dengan stiker bintang di pintunya. Wendy mengajak Sheren masuk dan mereka dikejutkan oleh suara teriakan seorang remaja cantik.
"LUCASSSS! SINIIN SEPATUKU!"
"Lucas dan Milka, berhenti berkelahi! Shawn, bangun! Anak-anak, duduk di tempat kalian masing-masing!"
Suara tegas dari wanita berambut biru itu bagaikan cambuk bagi ke 14 remaja itu. Mereka kemudian duduk rapi dengan sikap sempurna di kursi-kursi sofa yang ada di ruangan ini, termasuk Shawn.
"Selamat malam semua! Terima kasih telah bekerja keras hari ini. Kalian tentu sudah mendengar bahwa hari ini, kita kedatangan member baru. Dia bernama Sheren Queena dan akan debut bersama kalian satu minggu lagi. Mulai besok, dia akan ikut rekaman album baru bersama kalian. Bisa dimengerti?"
"Bisa Bu!"
Wendy mengangguk puas. "Ada pertanyaan?"
Reyna mengangkat tangannya. Wendy mengangguk pada Reyna. "Kakak usia berapa?" tanya Reyna setelah mendapatkan anggukan dari Wendy.
"Lima belas ke enam belas. Tahun ini enam belas," jawab Sheren dengan senyum.
Wendy lalu menatap Sheren. "Mulai besok, kamu akan beraktivitas bersama mereka. Oh ya, besok adalah jadwal rekaman untuk album baru kalian. Rekaman akan dimulai pada malam hari."
"Tapi, saya tidak tahu lagu apa yang akan dinyanyikan," jawab Sheren. Nada suaranya kembali seperti sedia kala. Pertanda bahwa dia sudah bisa menguasai keterkejutannya.
Wendy tersenyum seraya berkata, "Lagu-lagu yang kamu gunakan berlatih kemarin adalah lagu-lagu dalam album ini. Dan posisi kamu adalah main vocalist." Wendy menepuk bahu Sheren, kemudian berlalu pergi. Meninggalkan Sheren di sana dengan keterkejutan yang kembali menghantamnya.
Adinda berdiri menghampiri Sheren yang masih berdiri mematung. Gadis cantik itu kemudian menepuk pundak Sheren. Tepukan dari Adinda di pundaknya membuat Sheren terkejut, gadis itu berhasil mendapatkan fokusnya kembali. "Emm aku.."
"Kamu sudah makan?"
"Iya."
Para member menatap Sheren kasihan. Mereka kasihan padanya karena sepertinya, Bu Wendy lupa memberitahu Sheren bahwa dia akan debut. Sheren terkejut saat seseorang memeluknya dengan hangat. Seorang remaja cantik berbandana jingga. "Kakak cantik suka es krim?
Sheren mengerjap. "Lumayan. Kamu suka?"
Reyna mengangguk. "Ayo makan es krim sebelum pulang. Oh ya, namaku Reyna. Aku member termuda disini. Yuk Kak makan es krim. Oh iya lupa mau minta uang ke Kak Lionil."
Lionil yang namanya disebut kontan saja terkejut. "Minta Kakakmu sana!"
"Enggak bisa dong. Kakak kan ketua kita, dan sudah seharusnya Kakak mengayomi kita semua. Dan hal itu berlaku untuk es krim juga."
Lionil memutar bola matanya malas. "Minta Keano sana! Dia kaptenmu!"
Shawn yang jengah mendengar perdebatan antara Lionil dan Keano kemudian berdiri. "Ya udah, berangkat sama aku aja. Ayo!"
"Ikuttt!" Seruan itu terdengar serempak dari para member Golden team yang lain. Shawn mengangguk malas. Akhirnya, rombongan remaja itu pergi membeli es krim bersama-sama.
***
Surabaya, 30 Maret 2020
Siapa yang sangka jika aku bisa debut secepat ini? Hidup memang selalu penuh kejutan.