Chereads / The Loneliest CEO / Chapter 12 - Memilih untuk Menghilang

Chapter 12 - Memilih untuk Menghilang

Grando masih duduk termenung di meja kerjanya. Sesekali ia meneteskan air matanya karena tidak sanggup menerima kenyataan bahwa ia jatuh cinta kepada wanita yang bunuh diri karena nya. Rasa sedih itu seperti menusuk – nusuk jantungnya. Hujan turun tiba – tiba di iringi oleh petir yang kencang seperti sedang menunjukan perasaan hati Grando yang terguncang. Grando menangis sambil meremas – remas dadanya karena terasa begitu sakit.

Jam menunjukan pukul 5 sore, sudah waktunya para karyawan PT Mencari Cinta Sejati untuk pulang ke rumah masing – masing. Alya menelpon Vita dan meminta tolong Vita untuk membeli roti dan selai karena persediaan mereka sudah habis. Akhirnya Vita bergegas untuk menyudahi pekerjaannya. Ia menyimpan semua file yang ada di meja kerja nya dengan rapih. Sesekali ia memikirkan Grando, namun sepertinya ia merasa Grando sedang tidak bisa di ganggu hari ini. Lalu Vita pun pergi meninggalkan kantor. Saat Vita keluar dari kantornya, hujan masih turun dengan rintik – rintik. Vita membuka payungnya lalu ia berjalan menuju minimarket yang berada tidak jauh dari kantornya. Saat ia sedang mengantri di kasir untuk membayar belanjaannya ia teringat saat pertama kali ia berjumpa dengan Grando, waktu itu Vita seperti menjadi wanita yang menyebalkan untuk Grando. Mengingatnya membuat Vita jadi senyam – senyum sendiri.

Saat Vita keluar dari minimarket ia melihat Agung yang sedang berteduh. Vita dan Agung pun saling bertegur sapa. Karena Agung tidak membawa payung, Vita berniat untuk mengantarkan Agung sampai halte bus. Lalu Agung menerima niat baik Vita. Mereka berdua berjalan menuju halte bus. Di sepanjang perjalanan mereka berdua asyik mengobrol. Vita menanyakan kelanjutan pendekatan Agung dengan Lisa, apakah akan dilanjutkan, mengingat Vita adalah konsultan untuk Agung dan Lisa. Dan Vita juga telah mengetahui bahwa Agung adalah reinkarnasi dari Prabu Rumbaka. Tetapi Agung mengatakan bahwa dia harus merelakan Lisa karena saat ini ia harus fokus mencari Putri Cendrawati untuk menuntaskan perasaannya di masa lalu.

"Hidup kamu sama Grando sama rumitnya yah, kenapa kalian tidak bisa melupakan masa lalu dan menjalani masa kini dengan bahagia?". Tanya Vita.

"Mungkin aku bisa melupakannya dan memulai hidup baru, tapi tidak dengan paman patih, dia masih berada di hidupnya yang sama selama bertahun – tahun untuk menungguku dan dinda Cendrawati". Jawab Agung.

"Benar juga sih, tapi aku sedih kalau harus kehilangan Grando". Kata Vita.

"Wah aku tahu, pasti kamu mulai jatuh cinta dengan dia,, ciee". Agung meledek Vita dan Vita hanya tersenyum malu.

Tidak lama kemudian, sampailah mereka di halte bus. Selang beberapa menit, bus pun telah tiba. Agung berpamitan pada Vita, kemudian ia menaiki bus itu. Agung melambaikan tangannya kepada Vita dari dalam bus. Tetapi ia tidak sengaja membayangkan Putri Cendrawati lah yang saat itu sedang melambaikan tangannya. Agung jadi semakin bingung. Apakah ia hanya berhalusinasi atau memang itu merupakan sebuah pertanda untuknya. Namun ia belum dapat membuktikan praduga yang ia miliki.

Grando masih ada di dalam ruangannya. Bambang merasa khawatir dengan sikap Grando saat itu. Bambang takut jika Grando akan membencinya setelah mengetahui bahwa dia telah memberikan racun pada Grando di masa lalunya. Bambang tidak bisa menghentikan rasa bersalahnya. Ia masuk ke Ruangan Grando untuk mengajaknya pulang bersama.

"Kau duluan saja bam". Kata Grando.

"Gusti masih marah ya, dengan masa lalu saya?". Tanya Bambang.

"Haduh, bukan kau. Aku marah dengan diriku sendiri karena telah jatuh cinta dengan calon permaisuri raja". Jawab Grando.

"Permaisuri raja? Jangan – jangan….". Bambang sedang berfikir.

"Ya dia orangnya, wanita pertama dalam hidupku". Kata Grando.

"Vita". Bambang terkejut.

Akhirnya Bambang pun mengetahui bahwa Vita adalah reinkarnasi dari Putri Cendrawati. Lalu Bambang menasihati Grando untuk tetap tenang.

"Yasudah gusti, kita pikirkan dulu jalan keluarnya". Kata Bambang.

"Kenapa para dewa jahat sekali denganku".

Bambang menepuk – nepuk pundak Grando untuk menghiburnya. Kemudian Bambang keluar ruangan dan menuju pantry, ia membuatkan teh hangat untuk Grando.

"Ini diminum dulu Gusti, teh dari pegunungan jawa, konon katanya dapat menenangkan pikiran". Kata Bambang sambil meletakan teh nya dimeja.

"Teh jawa? Dari mana kau mendapatkannya?". Tanya Grando.

"Haduhh,, sekarangkan kebun teh itu dikelola oleh pemerintah, supaya semua rakyat bisa menikmati teh ini, tidak hanya orang pulau jawa saja". Jawab Bambang.

"Benar juga ya, sekarang ini kita tinggal di negara yang luas, tidak hanya kerajaan Jawa". Grando berkata sambil menatap jendela.

"Bukannya itu impian gusti patih, ingin menyatukan Kerajaan Jawa dan Kerajaan Sunda, sekarang sudah terwujud, bahkan lebih dari itu". Kata Bambang.

"Ya benar, tapi aku menjadi pendosa yang tercatat dalam sejarah". Grando meminum tehnya.

Saat itu sudah jam 7 malam tetapi Grando masih saja melamun di meja kerjanya. Bambang sudah nampak lelah. Ia mengajak Grando untuk pulang tetapi Grando tidak mau.

"Gusti, pulang yuk,, udah gak tahan nih, ngantuk". Pinta Bambang.

"Kau pulang duluan sana, aku masih ada urusan". Kata Grando

"Baiklah kalau begitu".

Bambang pulang duluan sementara Grando masih di ruangannya. Grando mengingat saat ia pergi ke pasar malam bersama Vita, hari itu menjadi hari yang sangat menyenangkan baginya. Grando menghela nafasnya, kemudian ia merapihkan dokumen yang ada di meja kerjanya. Ia mematikan lampu lalu pulang.

Grando sudah sampai di rumahnya, saat itu jam menunjukan pukul 11 malam, tetapi Grando masih belum bisa memejamkan matanya. Akhirnya ia pergi ke apartemen Vita. Saat itu hujan masih turun rintik – rintik meski tidak terlalu deras, tetapi Grando tidak memakai payung. Ia duduk di taman apartemennya Vita sambil menatap ke arah jendela kamar Vita yang sangat tinggi. Grando masih sangat terpukul atas kenyataan yang ada. Tiba – tiba dewi bulan duduk di sampingnya, Ia memayungi Grando dan memberikannya bunga.

"Haduh bunga lagi, kau selalu memberikanku bunga tetapi tidak pernah memberikanku kebahagiaan". Kata Grando.

"Peganglah, kau akan membutuhkannya". Kata Dewi Bulan.

"Dewi, kenapa kau menghukumku seperti ini?".

Grando menoleh namun Dewi Bulan sudah pergi, yang ada malah Vita yang sedang berdiri di samping bangku yang ia duduki.

"Grando, kamu kok malam – malam kesini?". Tanya Vita.

"Aku tidak bisa tidur, lalu aku bingung mau kemana". Kata Grando.

"Itu apa yang kau pegang? Pasti untukku". Vita mengambil bunga yang ada di genggaman Grando.

Di dalam hati Grando, ia berkata "Aku tak mampu lagi melihat wajah itu". Grando pamit untuk pulang kepada Vita.

"Loh katanya gak bisa tidur, kok pulang?".

Grando tidak menjawab sepatah katapun, ia langsung menghilang dari hadapan Vita. Vita merasa bingung dengan apa yang terjadi pada Grando hari itu. sepertinya ada yang tidak beres.

Vita masuk ke apartemennya sambil membawa bunga yang ia dapat dari Grando. Kemudian Alya bertanya darimana Vita mendapatkan bunga itu. Ia mengatakan bahwa bunga itu dari Grando. Alya langsung merasa terharu karena ia yakin Grando memang menyukai Vita, dan Vita pun menyukai Grando. Sebagai teman tentu Alya sangat bahagia melihat temannya hidup dengan penuh cinta dan kasih sayang.

Ke esokan harinya Lisa menghubungi Agung. Ia meminta waktu Agung seharian penuh di weekend nanti karena ia ingin menghabiskan waktu bersama dengan Agung sebelum Agung bertemu dengan cinta pertamanya yaitu Putri Cendrawati. Agung menerima ajakan Lisa, sebenarnya Agung sangat menyukai Lisa di kehidupan saat ini, tetapi ia masih terikat dengan masa lalunya karena ia ingin membantu Grando terlepas dari kutukannya. Ia juga tidak dapat melawan takdir yang telah di tentukan oleh yang maha kuasa.

Setelah menenutup telepon dari Lisa, Agung duduk di balkon rumahnya sambil menatap langit yang teduh dihiasi oleh rintik hujan malam itu. Ia menyentuh air hujan yang turun sehingga membuka kenangan masa lalu nya saat ia berdiri di depan sebuah paviliun di dalam istana nya yang berlokasi dekat dengan Istana tempat Ratu Sudewi tinggal. Saat itu Agung yang merupakan Raja Jawa baru sampai di Istana setelah pergi berburu. Karena turun hujan, ia bertedu di pavilion itu.

FLASH BACK

Ratu Sudewi merasa kesepian di dalam kamarnya. Ia meminta dayangnya menemaninya untuk berjalan – jalan ke halaman istana. Karena sedang turun hujan, para pelayan melarangnya untuk keluar kamar karena mereka takut Ratu akan jatuh sakit. Tetapi Ratu Sudewi hanya tersenyum kemudian ia lari keluar kamarnya tanpa payung untuk menikmati air hujan. Seluruh Dayang yang melayani Ratu bergegas mengejar Ratu dan membawakannya payung. Tetapi Ratu menolak untuk dipayungi.

"Saya baru bisa merasakan hujan hari ini, ini sangat menakjubkan". Kata Ratu.

"Ampun Gusti, saya mohon gusti berkenan untuk dipayungi, Gusti Ratu bisa sakit jika tidak mengenakan Payung". Kata Kepala Dayang yang melayani Ratu.

"Tidak masalah, aku malah ingin merasakan sakit fisik, mungkin itu lebih baik dari sakit hati". Kata Ratu sambil tersenyum.

Sementara itu para Dayang dan Pelayan lainnya hanya bisa menunduk menuruti keinginan Ratu.

Hujan mulai reda, Prabu Rumbaka dan Pengawal pribadinya hendak menuju istana utama yang mana tempat tinggal Raja. Namun ia melihat ke arah halaman istana Ratu. Ia melihat Ratu Sudewi tertawa bahagia hari itu sambil hujan – hujanan. Akhirnya Prabu Rumbaka berjalan mendekat ke arah Ratu yang sedang menari – nari tanpa alas kaki di halaman.

"Kau nampak bahagia hari ini". Kata Prabu Rumbaka.

"Kanda Prabu?". Ratu terkejut melihat Raja.

"Ampun Gusti Prabu". Semua Dayang dan Pelayan yang mendampingi Ratu bersujud memohon ampun pada Raja karena telah membiarkan Ratu keluar tanpa Payung dan alas kaki.

"Dimana sepatu ratu?". Tanya Prabu Rumbaka kepada Dayang.

"Ini gusti". Dayang memberikan sepatu Ratu pada sang Raja.

Kemudian Prabu Rumbaka memakaikan sepatu Ratu. Ratu sangat terkejut karena selama ini ia selalu diperlakukan dengan dingin oleh Raja.

"Kanda, tidak perlu seperti ini". Kata Ratu.

"Dinda boleh berjalan – jalan, tapi jangan lupa memakai sepatu". Kata Prabu Rumbaka.

"Ba,, baik Kanda Prabu, terima kasih atas nasihatnya". Ratu tersenyum bahagia.

"Kalau begitu saya pamit, mbo tolong ganti pakaian Ratu, malam ini sangat dingin, saya khawatir Ratu akan jatuh sakit". Kata Prabu Rumbaka.

"Baik Gusti Prabu". Jawab Ketua Dayang.

Prabu Rumbaka meninggalkan Istana Ratu bersama Pengawal kerajaannya. Sementara itu Ratu Sudewi masih tersenyum haru atas perlakuan manis sang Raja. Sesekali dayangnya menggoda Ratu bahwa Raja telah jatuh cinta padanya, tetapi Ratu tetap tidak meyakini bahwa Raja telah jatuh cinta padanya.

Ke esokan harinya di pagi hari, Ratu Sudewi mengunjungi kediaman Raja. Ternyata hari itu Prabu Rumbaka jatuh sakit. Tabib Istana mengatakan bahwa Raja memiliki penyakit yang kronis sehingga sulit untuk disembuhkan. Saat Ratu hendak ingin membuka pintu kamar Raja, Dayang Raja mengatakan bahwa Raja sedang berbicara dengan Patih Damar. Patih Damar diangkat menjadi Mahapatih setelah Patih Mahawira meninggal dunia. Ratu berdiri di depan pintu untuk menunggu hingga Patih Damar keluar dari kamar Raja. Tidak sengaja ia mendengar bahwa sebenarnya Raja memang sengaja ingin segera meninggal agar ia bisa menyusul Putri Cendrawati. Mendengar hal itu Ratu sangat sedih. Ia meneteskan airmatanya karena tau bahwa selama ini ia tidak pernah mendapatkan cinta dari suaminya.

Setelah selesai berbicara dengan Raja, Patih Damar pamit untuk keluar. Saat Patih Damar membuka pintu, ia terkejut melihat Ratu Sudewi yang berada di depan pintu kamar Raja dengan berlinangan airmata. Raja pun melihat Ratu yang ada di depan pintunya. Kemudian Raja meminta Ratu untuk memasuki kamarnya. Lalu Patih Damar mempersilahkan Ratu untuk masuk dan ia pamit kepada Ratu. Ratu pelan – pelan memasuki kamar Raja sambil menunduk.

"Apa kabar dinda dewi?". Tanya Raja.

"Saya baik – baik saja kanda". Jawab Ratu sambil menunduk.

"Kalau baik, kenapa dinda menangis?". Tanya Raja kembali.

Ratu Sudewi tidak menjawab sepatahkatapun, ia hanya menangis lalu berlutut. Ia meminta maaf pada Raja karena sudah hadir dihidup Raja dan membuat Raja tersiksa karena harus menikahi wanita yang tidak dicintainya.

Raja meminta Ratu untuk duduk di tempat tidurnya. Kemudian Ratu berdiri dan duduk di tempat tidur Raja. Raja memegang wajah Ratu sambil memohon maaf. Raja menyadari bahwa ia telah menyakiti hati Ratu, tetapi ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri yang masih sangat menyayangi Putri Cendrawati. Tetapi Raja berterima kasih karena Ratu Sudewi telah hadir di hidupnya dan mendampinginya sebagai ibu negara yang dicintai rakyat.

"Kanda, apa boleh saya membuat permohonan pertama dan terakhir?". Tanya Ratu.

"Silahkan, semoga saya dapat mengabulkannya untuk dinda". Jawab Raja.

"Saya memohon, apabila kita berjumpa kembali di kehidupan selanjutnya, kanda akan jatuh cinta kepada saya, bukan dengan Putri Cendrawati". Kata Ratu.

"Semoga yang mahakuasa mengabulkan permohonan dinda". Kata Raja.

------

Agung tersadar dari ingatan masa lalu nya. Permohonan Ratu Sudewi di masa lalu sepertinya memang telah dikabulkan oleh yang maha kuasa. Karena saat ini Agung memang telah jatuh cinta dengan Lisa.

"Kalau saja saya bisa lepas dari masa lalu itu, dan kalau saja perasaan saya dengan dinda Cendrawati sudah tuntas, mungkin hari ini saya dan Lisa akan menjadi pasangan yang paling bahagia". Kata Agung sambil menggenggam air hujan.

Hati Agung masih belum bisa menetapkan apa yang harus ia pilih. Apakah ia harus menemukan reinkarnasi Putri Cendrawati untuk menuntaskan perasaannya dimasa lalu dan membantu Grando untuk terlepas dari kutukannya, ataukan ia melepaskan Putri Cendrawati dan memilih Lisa di kehidupan saat ini. Sungguh hal itu membuat Agung harus berpikir keras. Sebagai Raja ia selalu dituntut untuk membahagiakan rakyatnya dibandingkan dengan dirinya sendiri.

Ke esokan harinya Grando datang pagi – pagi sekali ke kantor. Ia memaksa Bambang juga untuk datang pagi – pagi sekali padahal Bambang belum mandi. Grando harus memikirkan strategi bagaimana caranya agar ia tidak melepaskan Vita untuk Agung. Saat itu Bambang sudah duduk di ruangan Grando sambil memeluk bantal guling dengan matanya yang masih merem.

"Aduh Bam,, hei,, Bambang". Grando menggebrak meja.

"Eh,, kaget,, aduh gusti,, aku masih ngantuk ini lho". Kata Bambang yang tidak bisa lepas dari Gulingnya.

Grando yang kesal, ia mengambil guling Bambang dan melemparkannya dengan tenaga dalamnya. Ia mengembalikan guling itu ke rumah Bambang dengan tenaga dalamnya. Dan akhirnya guling itu mendarat dikepala Baskoro, Ayahnya Bambang.

"Aduh,, apaan ini,, ckckck pasti Bambang bikin ulah lagi di depan gusti patih". Kata Baskoro.

Sementara itu Grando terus menanyakan Bambang apa yang harus ia lakukan agar ia bisa menghalangi Agung untuk bertemu dengan Vita. Kemudian Bambang menyarankan Grando untuk memecat Vita lalu pindah kantor agar ketika Agung mengunjungi Grando, Agung tidak akan bertemu dengan Vita. Tanpa berfikir panjang, Grando menyetujui saran dari Bambang. Ia meminta Bambang menyiapkan surat pemecatan untuk Vita dan segera memberikannya. Sementara itu Grando buru – buru pergi untuk bersembunyi karena ia tidak teg ajika harus memecat Vita.

Hari itu Vita datang ke kantor dengan wajah yang bersinar seperti biasa karena Vita memang seseorang yang periang. Ia duduk di mejanya seperti biasa lalu bekerja dengan giat seperti biasa. Tiba – tiba Bambang datang ke ruangan Konsultan dan meminta Vita untuk datang ke ruangan Bambang. Kemudian Vita menuruti perintah Bambang. Ia berjalan menuju ruangan Bambang dengan bahagia karena ia befikir bahwa Bambang akan memberikannya tugas penting seperti biasanya. Akan tetapi, setelah ia sampai di ruangan Bambang, ia melihat mata Bambang yang sepertinya berkaca – kaca menahan tangis.

"Loh, bam, ada apa?". Tanya Vita.

"Huweeeee,,,, hiks,,, hiks,,,". Bambang menangis sambil memberikan Vita surat pemecatannya.

Vita membuka surat yang diberikan oleh Bambang lalu bergegas membukanya. Ia terkejut setelah menerima surat pemecatan itu. Ia langsung berlari menuju ruangan Grando tetapi Grando tidak ada disitu. Vita merasa sangat terpukul dengan pemecatan nya hari itu.