Hari itu menjadi hari terakhir Vita di kantor. Ia merapihkan meja kerjanya. Teman kerja yang duduk di sebelahnya yaitu Christian sangat sedih karena akan kehilangan Vita di ruangan itu. Vita hanya bisa tersenyum dan berterima kasih kepada teman – temannya yang selama ini telah membantunya dalam bekerja. Vita juga meminta maaf jika selama bekerja ia memiliki kesalahan. Setelah selesai merapihkan meja dan mengemasi barangnya. Vita menuju meja kerja Bambang untuk menyerahkan segala dokumen kliennya.
"Ini dokumen klien, semuanya sudah selesai, yang belum hanya Agung, tetapi Agung membatalkan kontrak perjodohannya dengan Lisa". Kata Vita.
"Terima kasih ya, kami sangat senang memiliki konsultan seperti kamu. Hanya saja saya dan Pak Grando, harus ambil keputusan ini, aku yakin kamu pasti akan dapat pekerjaan yang lebih baik". Kata Bambang sambil mengambil dokumen yang diserahkan oleh Vita.
Namun Vita hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum menahan tangis. Sesungguhnya hati Bambang pun seperti teriris. Tetapi tidak ada pilihan lain, demi Grando yang begitu menyayangi Vita, ia harus membuat keputusan itu.
Vita berpamitan dengan Bambang, ia juga menitip salam untuk Grando. Ia menitip pesan pada Bambang, bahwa ia ingin menemui Grando untuk meminta penjelasan akan kinerjanya sebagai bahan evaluasi bagi dirinya. Agar di karirnya selanjutnya ia bisa bekerja dengan lebih baik. Bambang menganggukkan kepalanya sambil tersenyum menandakan bahwa ia akan menyampaikan pesan Vita. Kemudian Vita pun pergi meninggalkan kantor itu.
"Seandainya kau tau, kau dipecat karena kasih sayang seorang CEO. Mungkin kau tak akan sesedih itu". Kata Bambang sambil memandangi Vita dari jauh.
Vita berjalan menyusuri jalan menuju apartemennya. Hari itu suasana jalan sedikit sepi. Tidak disangka di sebrang jalan ada Grando yang sedang mengamatinya. Grando mengikutinya dari sebrang. Pandangan Vita menjadi sangat kosong, ia tidak menyadari bahwa saat itu sedang lampu hijau tetapi ia tetap menyebrang. Ia tidak menyadari ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang. Sopir dari mobil itu membunyikan klakson mobilnya, Vita menoleh dan ia sepertinya akan tertabrak mobil itu. Tetapi Grando menghentikan waktu, lalu ia membawa Vita ke pinggir jalan raya. Setelah ia menyelamatkan Vita. Waktu pun kembali berjalan. Pengemudi dari mobil yang melaju kencang itu mengerem mobilnya, kemudian ia keluar dari mobil dan memeriksa apakah ia menabrak seseorang, namun ia tidak menemukan Vita di jalan itu karena Vita telah diselamatkan oleh Grando. Pengemudi itupun kembali ke mobilnya dan melanjutkan perjalanan.
Vita masih bersandar di pelukan Grando di pinggir jalan. Ia membuka matanya sejenak, ia melihat bayang – bayang wajah Grando. Tetapi karena ia masih shock, ia pun kembali pingsan. Akhirnya Grando menggendongnya sampai ke Apartemen. Sesampainya di Apartemen, Alya membukakan pintu untuk Grando dan Vita. Ia sangat terkejut melihat Vita yang saat itu sedang pingsan. Tetapi Grando mengatakan bahwa Alya tidak perlu khawatir karena Vita hanya shock.
"Tadi ada mobil yang hendak menabraknya, tetapi aku menyelamatkannya". Kata Grando.
"Oh baiklah, Kalau begitu saya ambilkan minum dulu".
"Tidak perlu, saya harus kembali". Kata Grando.
"Baiklah kalau begitu, terima kasih telah menyelamatkan Vita". Kata Alya.
"Sama – sama, tolong jaga dia dengan baik". Kata Grando.
Grando pun keluar dari Apartemen itu.
Setelah pingsan selama 1 jam, akhirnya Vita membuka matanya. Ia masih bingung dengan apa yang telah terjadi. Kemudian Alya memberitahunya bahwa Grando yang mengantarnya ke Apartemen. Alya juga memberitahu bahwa Grando telah menyelamatkan Vita yang hampir tertabrak mobil. Lalu Vita pun mengingat – ingat kejadian sebelumnya. Ia telah mengingat ketika ia hendak tertabrak mobil tetapi ada yang menyelamatkannya.
"Oh ternyata itu Grando ya". Kata Vita.
"Iya ya dia baik sekali". Kata Alya.
"Apanya yang baik, hari ini aku dipecat olehnya". Kata Vita.
"Apaaaa??? Dipecat?". Alya pun terkejut mendengarnya.
Kemudian Vita bercerita pada Alya, ia memang sedang tidak fokus saat itu karena ia sedang bersedih. Ia dipecat tanpa diberitahu alasannya. Ia mendapatkan pujian tetapi ia malah di pecat.
"Kalau tau begitu, tadi aku kurung si Grando biar dia gak lari, enak aja dia main pecat – pecat best employee satu ini". Kata Alya yang lagi emosi.
"Hahaha,, sudahlah, mungkin dia memang sudah tidak membutuhkan konsultan wanita". Vita tetap berfikir positif.
Ke esokan harinya Agung dan Lisa membuat janji temu di sebuah taman bermain. Lisa mengajak Agung menaiki beberapa wahana yang cukup menakutkan. Agung sebenarnya sangat takut, tetapi ia gengsi jika harus menunjukan ketakutannya pada Lisa. Ia pun menyetujui permintaan Lisa. Wahana pertama yang mereka naiki adalah roller coaster. Lisa sangat menikmati permainan itu, namun Agung ketakutan, ia berteriak sangat kencang hingga membuat Lisa tertawa. Waktu pun terus berputar tanpa disadari. Mereka berdua sudah lelah bermain seharian.
"Aduh, aku seneng banget hari ini gung, gak apa – apa kan aku panggil Agung aja?". Tanya Lisa.
"Loh aku kan memang Agung, kamu tidak perlu bicara terlalu sopan padaku". Jawab Agung.
Sekilas Agung melihat tawa Lisa yang sama seperti ketika Ratu Sudewi tertawa saat menari ditengah hujan. Dada Agung kembali terasa sakit. Kali ini ia benar – benar merasakan sakitnya jatuh cinta kepada wanita yang juga mencintainya tetapi tidak bisa ia miliki.
"Jadilah selirku". Agung menarik tangan Lisa dan memohon padanya.
"Hahaha,, ini tahun 2021. Negara hanya mengesahkan pernikahan dengan 1 wanita. Mana bisa kau memiliki selir". Kata Lisa.
"Huft… jaman memang sudah berubah. Sekarang pria tidak bisa memiliki banyak wanita". Kata Agung.
"Bagus dong, idealnya 1 lelaki memang untuk 1 wanita".
Karena sudah menjelang malam. Agung pun mengantar Lisa ke rumahnya. Di perjalanan, Agung sesekali menoleh ke Lisa yang duduk disampingnya di dalam mobil. Rasanya Agung ingin membelai wajah Lisa tapi ia tak mampu melakukannya. Ia hanya bisa menahan perasaaanya hari itu, dan berharap wanita yang ia cintai di kehidupan saat ini akan menemukan lelaki lain yang lebih baik dari dirinya.
Di tempat lain Vita berusaha untuk menghubungi Grando tetapi masih tidak bisa. Pesan nya belum juga dibalas oleh Grando, bahkan nomor telepon Grando kini sudah tidak aktif. Mungkin Grando sudah mengganti nomor teleponnya. Esoknya, Vita pergi ke kantor PT Mencari Cinta Sejati untuk menemui Grando, tetapi kantor tersebut sudah tutup. Informasi yang ia dapat dari pihak gedung bahwa PT Mencari Cinta Sejati sudah pindah gedung. Vita merasa sangat sedih dan terbuang oleh Grando, padahal sebelumnya Grando selalu memperlakukannya dengan manis.
PT Mencari Cinta Sejati pindah ke sebuah bangunan kecil di pinggiran Jakarta. Para karyawan sedang merapihkan ruang kerja mereka yang baru itu.
"Bagaimana semuanya, apakah kalian menyukai kantor baru kita?". Tanya Grando.
"Kalau boleh jujur, disini terlalu sempit pak, dokumen registrasi kantor sangat banyak, jadi meja kerja kami penduh dengan dokumen". Kata Christian.
"Ya, tapi tenang saja, ini hanya sementara sampai Bambang berhasil menemukan Gedung baru, yak an bam?". Grando sambil melirik Bambang.
"Ah si bos, mau pindahan dadakan begini, kan ribet nih ngurus". Kata Bambang.
"Sabar ya, you know me so well,, Ok semuanya selamat bekerja". Kata Grando sambil meninggalkan ruang konsultan.
"Baik pak".
Grando meminta Bambang untuk mencari perlengkapan kantor yang baru, karena mereka pindah dengan mendadak sehingga banyak barang – barang yang mereka tinggalkan di kantor lama. Bambang pergi ke toko furniture, tidak di sangka Alya sedang berada disana juga.
"Loh Alya kamu disini?". Tanya Bambang.
"Iya, kamu lagi ngapain?". Tanya Alya juga.
"Aku mau belanja perlengkapan kantor, soalnya baru pindahan". Jawab Bambang.
"Pindahan? Jadi setelah mecat Vita kalian langsung pindahan? Wah bener – bener ya, bos kamu kejam". Kata Alya.
"Bukan begitu, kita kesitu yuk, nanti aku jelasin sambil minum kopi".
Bambang mengajak Alya ke sebuah cafe di dekat toko furniture. Disana Bambang memberitahu Alya mengapa Vita harus dipecat. Ia tidak memberitahu secara blak – blakan. Bambang hanya memberitahu bahwa ini ada kaitannya dengan masa lalu Grando. Grando memecat Vita demi kebaikan Vita karena Grando tidak ingin Vita terlibat dengan masa lalu Grando yang pelik.
"Ya tapi seenggaknya harus dibicarakan baik – baik, jangan main pecat aja, kan kasian Vita nya". Kata Alya.
"Iya, setelah masalah kami selesai saya yakin Pak Grando akan menemui Vita dan menjelaskan semuanya". Kata Bambang.
Grando sedang duduk di ruangan kerjanya yang baru. Ruangan itu nampak lebih sempit dari ruangan yang sebelumnya. Terdengar bunyi suara dari handphone nya. Ternyata Agung menelponnya. Kemudian Grando mengangkat telepon dari Agung. Agung mengatakan bahwa ia ingin mengkonfirmasi kabar yang ia terima soal perpindahan kantor Grando.
"Saya dengar paman pindah kantor, mengapa mendadak sekali?". Tanya Agung.
"Oh itu, keuangan perusahaan saya sedang sulit, jadi kami putuskan untuk menyewa Gedung baru yang lebih kecil untuk menghemat". Jawab Grando.
"Loh kenapa paman tidak bilang padaku? Aku bisa meminjamkan uang jika hanya untuk sewa Gedung". Kata Agung.
"Ah, itu.. tidak masalah Gusti Prabu, saya tidak ingin merepotkan gusti". Kata Grando.
"Kalau begitu besok saya mampir ya".
"Boleh, silahkan".
Hari mulai larut, Vita berjalan seorang diri ditengah keramaian kota Jakarta. Tetapi ia tidak menyadari bahwa Grando ada dibelakang mengamatinya. Saat Vita hendak di copet, Grando langsung beraksi tanpa sepengetahuan Vita. Grando menyelamatkan Vita secara diam – diam. Tatapan Vita menjadi sangat kosong. Ia menatap langit yang mulai gelap. Ia mengingat saat kencan pertamanya dengan Grando di pasar malam. Semua itu terlalu manis untuk di lupakan. Tapi mau bagaimana lagi, ia sangat sulit menghubungi Grando.
Sesampainya di apartemennya. Vita terlihat sangat kelelahan, kemudian Alya menanyakan kabar Vita hari itu. Vita bercerita bahwa ia tidak berhasil menemui Grando. Ia datang ke kantor tetapi perusahaan itu telah pindah gedung, Vita terlihat sangat frustasi. Ia bisa menerima jika harus dipecat, tetapi setidaknya ia perlu alasan kenapa ia dipecat. Alya duduk di sampingnya dan memberitahu bahwa ia bertemu dengan Bambang. Ia menceritakan apa yang ia dengar dari Bambang. Alya meminta Vita untuk bersabar terlebih dahulu karena mungkin Grando butuh waktu untuk menjelaskan permasalahannya. Tetapi Vita nampak bersih keras untuk segera menapatkan jawaban. Ia berusaha untuk menghubungi Bambang tetapi Bambang tidak mengangkat telponnya dan juga tidak membalas pesannya.
"Aduh, saya gak tega nih sama Vita. Besok saya harus bicarakan ini sama si bos". Kata Bambang.
Malam itu Dewi Bulan menemui Vita yang sedang melamun di Taman Apartemennya. Dewi Bulan memberikan Vita bunga dan meletakannya di pangkuan Vita. Vita nampak terkejut melihat Dewi Bulan yang nampak Cantik dan muda itu.
"Apa ini?" Tanya Vita.
"Bunga itu bisa menenangkan jiwa yang sedih anak ku". Jawab Dewi Bulan.
"Jiwa yang sedih?". Tanya Vita.
"Ya saya tau kamu sedang bersedih, tapi yang dilakukan pria itu karena ia tidak bisa merelakan kamu untuk lelaki lain, dia memang egois". Kata Dewi Bulan.
"Lelaki lain?, Ma,,, Maksudnya lelaki lain?". Vita menoleh tetapi Dewi Bulan sudah menghilang.
Vita merasa bingung apakah ia sedang berhalusinasi. Tetapi bunga yang sedang ia pegang adalah bunga asli.
"Haduh aneh sekali". Kata Vita
Ke esokan harinya Agung datang ke kantor baru PT Mencari Cinta Sejati yang baru. Ia melihat kondisi keadaan kantor baru itu yang menjadi sangat sempit membuat Agung jadi prihatin. Ia telah berkeliling – keliling dan melihat ruang konsultan, tetapi tidak ada Vita disitu, lalu ia menanyakan mengenai Vita kepada konsultan lainnya.
"Ngomong – ngomong, kok saya gak lihat Vita yah?". Tanya Agung.
"Dia sudah dipecat Pak". Jawab Christian.
"Hah dipecat? Kok bisa?". Tanya Agung.
"Kami juga tidak tau Pak, bahkan Vita pun tidak tau kenapa dia di pecat". Jawab Christian.
"Wah pasti ada yang gak beres nih, Vita di pecat, lalu pindah kantor". Kata Agung.
Kemudian Agung bergegas mencari Grando untuk mencari jawabannya. Namun Grando sedang berada diluar kantor. Lalu Agung bertanya pada Bambang. Bambang tidak bisa menjawab pertanyaan Agung karena harus Grando yang langsung menjelaskannya, Agung pun menjadi semakin penasaran. Agung menunggu Grando selama berjam – jam di ruangan Grando tetapi Grando tidak juga datang. Bambang merasa kasihan pada Agung, lalu ia menelpon Grando dan memintannya untuk segera ke kantor. Grando pun bergegas pergi ke kantornya untuk menemui Agung.
Sesampainya di kantor, Agung langsung bertanya kepada Grando apa alasan dia memecat Vita, padahal Vita sudah bekerja dengan baik karena selama ini Vita menjadi konsultan antara Agung dan Lisa sehingga Agung dapat menilai kinerja Vita. Agung mengatakan bahwa ia telah menganggap Vita sebagai temannya sendiri, bukan hanya seorang konsultan. Grando tidak berkata apapun, ia langsung berlutut di hadapan Agung dan meminta maaf. Grando menundukan wajahnya yang muram itu. Ia juga menyembunyikan mata nya yang sedang menahan tangis.
Agung merasa heran dengan apa yang dilakukan Grando. Ia meminta Grando untuk jujur kepadanya agar tidak terulang kembali kesalahan Grando di masa lalu yang tidak jujur kepadanya. Akhirnya Grando menjelaskan kepada Agung bahwa ia memecat Vita karena Vita adalah reinkarnasi Putri Cendrawati. Ia tidak bisa merelakan Vita untuk Agung karena ia sudah jatuh cinta kepada Vita. Kemudian Grando memohon pengampunan dari Agung. Agung tidak menjawab sepatah katapun. Ia langsung berlari meninggalkan kantor itu dan mencari Vita.
Hari itu hujan turun dengan derasnya, pandangan Agung di dalam mobil menjadi kabur. Samar – samar Agung melihat Vita yang sedang berjalan ditengah hujan sambil melamun. Agung memarkir mobilnya di depan minimarket lalu keluar. Ia berlari ke arah Vita sambil membawa payung. Kemudian Agung memayungi Vita. Vita terkejut melihat Agung yang tiba – tiba datang menghampirinya. Lalu Agung memeluk Vita dengan erat.