Chereads / The Loneliest CEO / Chapter 14 - Bersembunyi

Chapter 14 - Bersembunyi

Malam itu Grando pergi ke candi tempat ia dimakamkan. Grando menaruh canang dan berdoa. Ia menatap langit malam itu. Tiada bintang – bintang saat itu karena sedang teduh. Gelapnya malam di hari itu membuka kenangannya di masa lalu, ketika ia meminum racun dan memuntahkan darah. Beberapa saat sebelum kematiannya tiba, ia menulis surat untuk Raja nya yaitu Prabu Rumbaka dengan darah yang keluar dari mulutnya itu. Didalam surat itu ia menuliskan janjinya, apabila ia bereinkarnasi ia akan mengabdi untuk Rajanya. Ia juga berjanji akan menemukan reinkarnasi Putri Cendrawati dan akan mempersatukan cinta Sang Raja dan Sang Putri. Dan ternyata janji itulah yang mengikatnya hingga ia dibangkitkan kembali dan mendapatkan hidup abadi.

"Sekarang saatnya sudah tiba anakku, kau sudah menunggunya selama ratusan tahun, kini saatnya kau membayar dosamu dimasa lalu". Kata Dewi Bulan yang tiba – tiba muncul.

"Dewi, saat saya dibangkitkan, saya tidak pernah diberitahu mengapa saya dibangkitkan. Bukan kah dosa saya tidak bisa diampuni?". Tanya Grando.

"Dosa mu ditanah canggu memang tidak bisa diampuni, bahkan rohmu akan musnah dan tidak bisa reinkarnasi. Tetapi setiap hari aku mendengar doa para pengikutmu, bahkan doa Prabu Rumbaka, Raja mu saat itu. Sebagai Ibu bagi para manusia, aku memohon pada yang maha kuasa agar kau bisa bereinkarnasi. Doa itu akan dikabulkan jika kau berhasil menebus dosamu, maka dari itu kau kubangkitkan kembali karena aku ingin menyelamatkanmu". Jawab Dewi Bulan.

Grando terlihat lemas hingga ia jatuh berlutut. Sementara itu Dewi Bulan telah pergi meninggalkan Grando. Grando meneteskan air matanya sambil meremas – remas dadanya yang terasa sesak akibat patah hati.

"Jadi seperti ini yang dirasakan Gusti Prabu 700 tahun yang lalu. Rasanya sakit sekali mencintai seseorang yang tidak bisa dimiliki". Kata Grando di dalam hatinya.

Grando berdiri dan merapihkan pakaiannya. Kemudian ia pergi meninggalkan candi itu.

Di tempat lain Vita merasa kebingungan saat Agung memayungi dan memeluknya ditengah hujan. Vita menanyakan apa yang terjadi dengan Agung. Awalnya Vita menduga bahwa itu ada kaitannya dengan Lisa, tetapi Agung berkata bukan karena Lisa. Agung mengatakan bawa ia sudah menemukan Putri Cendrawati.

"Oh, begitu. Lalu siapa sebenarnya reinkarnasi Putri Cendrawati itu?". Tanya Vita.

"Reinkarnasi Putri Cendrawati adalah kamu".

"Ah becanda kamu mah". Kata Vita.

"Aku serius, aku akan membuat kamu mengingat semuanya". Kata Agung.

Agung memberitahu Vita bahwa ia sudah lama melihat Vita sebagai bayangan Putri Cendrawati. Tetapi Agung belum bisa meyakininya beberapa waktu lalu. Namun hari ini, Grando memberitahu semuanya bahwa Vita adalah reinkarnasi Putri Cendrawati. Vita tidak bisa meyakini perkataan Agung. Agung mengatakan bahwa ia akan mengembalikan ingatan Vita tentang masa lalunya. Ia akan meminta bantuan Grando untuk membuat Vita mengingat kembali akan masa lalunya. Karena Vita masih belum mempercayai kata – kata Agung. Vita pun menyepakatinya. Ia bersedia untuk bertemu dengan Grando untuk mengembalikan kenangan masa lalunya.

Hari itu Agung mengantarkan Vita pulang ke Apartemennya. Saat Agung membalikan badannya dan berjalan keluar dari lobby apartemennya ia seolah melihat Agung berubah menjadi seseorang dengan kostum Kerajaan Jawa Kuno yang berjalan keluar dari Lobby.

"Apantuh, aduh kayanya aku mulai halusinasi deh, aduh Vit ini gak bener". Kata Vita sambil menepuk – nepuk Pipinya.

Sesampainya di depan pintu, Alya membukakan pintu dan sekilas Vita melihat Alya berpakaian seperti dayang Kerajaan Sunda. Vita langsung mengucek – ngucek matanya.

"Ah halusinasiku mulai parah". Kata Vita.

"Kamu kenapa sih Vit?". Tanya Alya.

"Haduh, nanti deh aku ceritain, sekarang aku lelah, mau langsung tidur". Jawab Vita.

"Iya, jangan lupa mandi dulu, tadi kehujanan kan". Perintah Alya.

"Iya nyah".

Malam itu Grando masih berada di Jawa Timur, setelah ia mengunjungi candi tempat ia dimakamkan, ia pergi ke candi tempat Prabu Rumbaka dimakamkan. Tidak disangka ia bertemu dengan Lisa yang sedang berdoa di candi itu. Lisa menoleh dan menyapa Grando.

"Loh Pak Grando?". Lisa terkejut.

"Lisa, Kau disini?". Tanya Grando.

"Ya, saya sedang berkunjung ke makam Gusti Prabu". Kata Lisa

"Oh, iya saya lupa kalau kamu reinkarnasinya Ratu Sudewi, maafkan saya". Grando langsung berlutut.

"Eh,, eh,, tidak perlu. Dulu aku memang Ratu, tapi di kehidupan ini aku bukan siapa – siapa, bahkan mungkin saya yang lebih pantas memberi hormat untuk Pak Grando". Kata Lisa sambil memegang pundak Grando yang sedang berlutut.

Kemudian Grando berdiri dan tersenyum kepada Lisa.

"Saya senang melihat anda hidup dengan sehat di kehidupan ini". Kata Grando.

"Terima kasih, saya juga senang bisa bertemu dengan Pak Grando di kehidupan ini, ngomong – ngomong tidak masalah kan jika saya tidak memanggilmu Paman Patih lagi?". Tanya Lisa.

"Ah,, tidak masalah gusti, eh Lisa.. Saya pun sekarang sudah bukan lagi seorang Patih". Jawab Grando.

Kemudian Grando dan Lisa berdoa bersama – sama. Setelah selesai berdoa di candi tempat Prabu Rumbaka dimakamkan, Grando dan Lisa menuju candi tempat Ratu Sudewi di makamkan.

"Dulu aku pernah syuting sinetron disini, dan aku tak tau kalau ini ternyata makamku sendiri". Kata Lisa.

"Pasti berat bagi kamu setelah mengetahui masa lalu kamu?". Tanya Grando.

"Awalnya memang sulit di percaya, tapi semua itu seperti nyata dan aku tidak bisa menghindarinya. Dahulu aku berjanji dikehidupan ini jika bertemu Raja kembali, aku akan membuat Raja jatuh cinta padaku, tetapi ternyata Raja masih mencintai wanita yang sama". Jawab Lisa.

"Maafkan aku yang sudah mengacaukan kehidupan kamu saat ini". Kata Grando.

"Tidak apa – apa, mungkin takdirku memang seperti ini, aku berharap kamu bisa segera terlepas dari kutukan itu, dimasa lalu aku sangat menghormati dan menyayangi Paman Patih yang ku anggap seperti pamanku sendiri, meski ayahku membenci kamu". Ucap Lisa.

Lalu Lisa dan Grando mengingat masa lalu mereka, saat Patih Mahawira menyampaikan surat dari Ibu Suri Maheswari yang memintanya datang ke Istana Kerajaan Jawa untuk dipertemukan dengan Prabu Rumbaka.

----

FLASH BACK

Hari itu Patih Mahawira di iringi oleh pasukannya pergi mengunjungi rumah Adipati Arya Kusuma yang merupakan pemimpin di negara bagian Kerajaan Jawa.

"Selamat datang gusti Patih". Kata Adipati Arya.

"Terima kasih". Ucap Mahawira.

Adipati Arya mengajak Mahawira dan para pengawalnya untuk duduk di pendopo dan diberikan jamuan.

"Maksud kedatangan kami kemari adalah untuk menyampaikan perintah dari Ibunda Raja yaitu Ibu Suri Maheswari untuk melamar Putri anda". Kata Mahawira.

"Melamar? Maksudnya melamar Sudewi?". Tanya Arya.

"Benar, ini suratnya". Mahawira memberikan surat nya pada Adipati Arya.

Adipati Arya membaca surat itu, ia merasa senang dan berterima kasih karena putrinya telah dipilih sebagai Ratu Kerajaan Jawa. Saat itu seorang pelayan wanita yang melayani Putri Sudewi menguping, kemudian ia berlari menuju kamar Putri Sudewi dan memberitahukan bahwa Putri Sudewi akan segera di angkat menjadi Ratu. Mendengar hal itu, Putri Sudewi sangat gembira.

----

Mengingat hal itu membuat Grando dan Lisa tersenyum seolah mereka merindukan kehidupan masa lalu mereka.

"Tapi sebenarnya, aku sudah mencintai kanda Prabu jauh sebelum ia diangkat jadi Raja". Kata Lisa.

"Benarkah?". Grando terkejut.

"Ya, dahulu Prabu Mahesa Nagara mengadakan sayembara memanah, dan saya ikut menonton sayembara itu, kanda Prabu Rumbaka juga ikut dalam sayembara itu".

-Fash Back ke Masa remaja Prabu Rumbaka dan Ratu Sudewi-

Saat itu Prabu Mahesa Nagara mengadakan sayembara memanah, ia menjanjikan bagi siapa yang berhasil memanah tepat sasaran akan mendapatkan 100 keping emas. Pengawal kerajaan memukul gong tanda dimulainya pertandingan memanah. Peserta pertandingan itu terdiri dari beberapa pendekar termasuk Prabu Rumbaka yang saat itu masih remaja, tidak disangka Prabu Rumbaka berhasil memenangkan sayembaranya.

"Kanda bangga sekali denganmu, terimalah hadiah ini untukmu". Kata Prabu Mahesa Nagara.

Dayang kerajaan memberikan sebuah peti emas kecil yang berisi 100 keping emas. Namun Prabu Rumbaka menolaknya, ia meminta Raja untuk membagikan hadiah itu kepada rakyat miskin di Kerajaan Jawa. Prabu Mahesa Nagara sangat terharu dengan kebijaksanaan adiknya itu. Kemudian ia memberi pengumuman di depan rakyatnya yang sedang menonton sayembara itu.

"Baiklah, karena adik saya menolak untuk menerima hadiah sayembara ini, maka keping emas ini akan dibagikan kepada rakyat miskin di Kerajaan Jawa". Kata Prabu Mahesa Nagara.

Melihat kedermawanan Prabu Rumbaka, membuat Ratu Sudewi yang saat itu adalah Putri seorang bangsawan menjadi jatuh cinta. Pandangan matanya tidak bisa jauh dari wajah Prabu Rumbaka. Hingga ia di ledek oleh teman – temannya.

Dua hari kemudian Putri Sudewi dan pelayannya pergi ke Pasar Canggu untuk membeli perhiasan. Tiba – tiba iya diseruduk oleh kudanya Prabu Rumbaka hingga terjatuh. Prabu Rumbaka turun dari kudanya dan meraih tangan Putri Sudewi. Putri Sudewi masih terkejut dan ia menatap Prabu Rumbaka dengan tatapan kosong.

"Maaf, apakah saya boleh melepas tangan saya?". Tanya Prabu Rumbaka.

"Ah, iya maaf, terima kasih". Jawab Putri Sudewi.

"Saya yang seharusnya minta maaf karena kuda saya, Putri jadi jatuh". Kata Prabu Rumbaka.

"Oh, tidak masalah, aku baik – baik saja".

Kemudian Prabu Rumbaka melihat – lihat perhiasan, ia mengambil gelang dan memberikannya kepada Putri Sudewi.

"Mohon ambilah ini sebagai permintaan maaf saya". Kata Prabu Rumbaka.

"Terima kasih".

"Kalau begitu saya permisi dulu".

Prabu Rumbaka pergi meninggalkan Putri Sudewi.

2 tahun setelah hari itu, Putri Sudewi mendengar kabar bahwa Prabu Rumbaka telah diangkat menjadi raja, ia sangat bahagia mendengar hal itu meski ayahnya Adipati Arya Kusuma kurang setuju dengan pengangkatan Prabu Rumbaka karena Adipati Arya adalah pengikut setia Prabu Mahesa Nagara. Namun setelah setahun Prabu Rumbaka menjabat sebagai Raja di Kerajaan Jawa, ia mendengar pengumuman kerajaan bahwa Prabu Rumbaka akan menikah dengan Putri Sunda, hal itu membuat Putri Sudewi sangat sedih. Ia mengurung diri dikamarnya dan menjadi tidak nafsu makan.

----

"Ya, begitulah kisah cintaku yang tanpa balas". Kata Lisa setelah ia menceritakan masa lalunya pada Grando.

Grando hanya terdiam dan mengusap pundak Lisa untuk menenangkannya.

Ke esokan harinya, Agung datang pagi – pagi sekali ke rumah Grando. Saat itu Bambang juga sedang berada di rumah Grando. Ia sedang membantu menyirami tanaman milik Grando.

"Loh bam, kok kamu yang nyiram?". Tanya Agung.

"Gak apa – apa mas Agung, eh Gusti Prabu". Jawab Bambang.

"Tidak perlu kaku seperti itu Bam, dikehidupan ini kamu bukan pelayan saya lagi". Kata Agung.

"Eh, iya juga sih, sekarang saya sekertarisnya Pak Grando". Kata Bambang.

Agung menanyakan keberadaan Grando pada Bambang, kemudian Bambang mengantarkan Agung untuk bertemu dengan Grando. Agung langsung bicara terus terang pada Grando, ia ingin Grando membuka kenangan masa lalu Vita agar dia bisa mengetahui bahwa dirinya adalah reinkarnasi dari Putri Cendrawati. Grando tidak bisa menolak permintaan Agung. Ia menurutinya dan langsung bergegas menuju sebuah taman yang sebelumnya Agung sudah janjian dengan Vita. Sesampainya di Taman, disana sudah ada Vita yang ditemani oleh Alya. Grando memulai ritual untuk mengembalikan ingatan Vita dan juga Alya.

Setelah itu Vita dan Alya dapat melihat kenangan masa lalunya, saat Prabu Rumbaka datang berkunjung ke Istana Kerajaan Sunda, saat Patih Damar datang membawakan surat perintah yang isinya adalah lamaran dari Raja untuknya, lalu ia juga mengingat saat – saat kematiannya di tanah bubat. Ia mengingat wajah Grando yang telah menusuk ayah dan ibunya dan juga Alya yang saat itu adalah dayang yang melayaninya. Kemudian ia mengingat betapa ia kesakitan saat menusukkan keris ke dadanya sendiri di depan Grando. Vita tersadar dan mengeluarkan air matanya. Alya menoleh dan langsung menenangkan Vita.

"Apakah kamu sudah mengingatnya?". Tanya Grando.

"Ya, aku mengingatnya". Jawab Vita.

"Apakah kamu melihat wajahku di masalalumu?". Tanya Grando kembali.

"Ya aku melihatnya". Jawab Vita yang sedang banjir airmata.

"Kalau begitu kau pasti sudah tau bahwa Grando akan mempersatukan kita di kehidupan ini". Kata Agung,

"Ya, Aku tau". Jawab Vita sambil menoleh ke arah Grando dengan wajah yang sedih.

Begitupun dengan Grando yang tak kuasa menahan airmatanya yang sudah penuh dan hendak jatuh ke pipinya.

Vita meminta waktu selama 3 hari untuk menenangkan diri. Ia meminta Agung dan Grando untuk tidak menemuinya 3 hari kedepan. Awalnya Agung menolak, tetapi Grando menenangkan Agung dan meminta Agung untu mengabulkan permintaan Vita. Akhirnya Agung setuju untuk membiarkan Vita menenangkan diri. Lalu Vita dan Alya kembali ke apartemen mereka tanpa di antar. Sementara itu Agung dan Grando berpisah di taman.

Tidak disangka dari jauh Dewi Bulan dan Baskoro yang dirasuki Dewa Langit sedang mengamati mereka.

"Mengapa kau buat kisah mereka serumit ini". Kata Dewi Bulan.

"Ya, aku senang melihatnya". Jawab Baskoro.

"Tapi sepertinya kau tidak sehat?". Tanya Dewi Bulan.

"Bukan aku yang tidak sehat, tapi tubuh ini". Jawab Baskoro.

"Ya benar, mungkin kau harus memakai tubuh Bambang lain kali". Kata Dewi Bulan.

"Ya, kau benar".

Vita dan Alya sudah sampai di Apartemen mereka. Vita langsung membuka kopernya dan memasukan barang – barangnya.

"Loh,, loh ,, loh,, ada ap aini?". Tanya Alya.

"Kita harus pergi al, dari sini". Jawab Vita.

"Kenapa? Kamu kan harus menikah dengan Agung". Kata Alya.

"Gak bisa, aku gak cinta sama dia". Sahut Vita.

"Loh tapikan dulu kamu cinta sama dia".

"Itukan dulu, sekarang nggak lagi, udah buruan kamu mau ikut pergi sama aku gak?". Tanya Vita.

"Ah,, iya – iya".

Vita dan Alya mengemasi barang – barang mereka. Rupanya cinta Vita untuk Grando begitu besar sehingga ia tidak sanggup untuk menikah dengan Agung.