Chereads / The Loneliest CEO / Chapter 15 - Cinta tak kan salah

Chapter 15 - Cinta tak kan salah

Pagi itu Grando berdiri di rooftop rumahnya, ia memandangi matahari yang terbit dari arah timur. Di dalam lamunannya ia mengingat wajah Vita ketika ia mengembalikan ingatan masalalu Vita. Vita terlihat kecewa karena ia merupakan bagian dari masa lalu Grando dan Agung. Saat air mata Grando jatuh ke pipinya, hujan mulai turun dengan rintik – rintik. Grando meraih air hujan dengan tangannya. Tidak lama kemudian ia merasa frustasi. Ia berteriak dan suara petir terdengar di waktu yang bersamaan.

Sementara itu Vita dan Alya tiba di apartemen baru mereka. Saat mereka keluar dari mobil, hujan turun dengan derasnya tetapi Vita tetap keluar dari mobil sehingga ia terbasahi oleh hujan yang sedang turun. Vita berhenti sejenak, kemudian ia mengingat ketika Grando memayunginya di pinggir jalan setelah Grando memarahinya karena ia tidak mendapatkan lukisan putri cendrawati. Lalu ia mengingat saat ia berdiri berdua Agung di halte bus menunggu hujan turun saat mereka janjian ketemu di cafe. Ia juga mengingat saat Agung memayunginya dan memeluknya ketika hujan di dekat minimarket setelah Agung mengetahui bahwa Vita adalah reinkarnasi dari Putri Cendrawati.

"Vita, hujann,, cepat lari" Teriak Alya.

Namun Vita tidak mendengarkan Alya. Ia teringat di masa lalu saat Prabu Rumbaka tersenyum kepada Putri Cendrawati ditengah hujan. Saat itu mereka sama – sama dipayungi oleh seorang pelayan Istana di Kerajaan Sunda ketika Prabu Rumbaka berkunjung ke Istana Kerajaan Sunda.

"Vita, Ayo,, kamu udah basah banget". Alya sambil berusaha menarik tangan Vita.

Vita berjalan ditarik oleh Alya ke loby Apartemen, tetapi Vita masih terbawa kenangan masa lalu nya. Ia mengingat wajah Patih Mahawira di Lapangan Canggu, Meski Mahawira telah membunuh ayah dan ibunya, Mahawira terlihat sedih di hadapannya, mungkin dia telah menyesal membunuh orang tua Putri Cendrawati. Terlebih saat Putri Cendrawati menusukan keris ke tubuhnya sendiri, Mahawira terlihat sangat kalang kabut.

"Vita kamu basah banget, pasti kamu kedinginan deh. Ayo kita naik ke atas, biar bisa cepat ganti baju". Ajak Alya.

"Tunggu dulu". Kata Vita

"Hah kenapa?". Tanya Alya.

"Sepertinya di masa lalu dia tidak sejahat itu, dia nampak bersedih bahkan meneteskan air mata saat aku menusukkan keris itu ke tubuhku". Kata Vita.

"Maksud kamu Patih Mahawira alias Grando?". Tanya Alya.

"Ya dia". Jawab Vita.

"Haduh, ingatan masa lalu ku belakangan ini telah kembali, aku masih ingat saat dia menusuk keris di dada Prabu Maharaja, saat aku hendak menolong gusti prabu, aku pun ditusuk oleh pasukan nya, dia sungguh kejam vit, itu kenapa dia mendapatkan hukuman". Kata Alya.

"Ya, ucapanmu memang ada benarnya". Sambung Vita.

Sepertinya Vita masih belum bisa menerima kenyataan bahwa ia telah dibunuh dimasa lalunya oleh lelaki yang ia cintai di kehidupan saat ini.

Di tempat lain Bambang datang mengunjungi kediaman Grando. Ia melihat Grando yang saat itu sedang kacau balau di rooftop rumahnya. Bambang mendekat ke Grando dan menanyakan apa yang dapat ia bantu untuk Grando.

"Bawakan aku bir pletok". Kata Grando.

"Aduh jam segini dimana aku bisa nyarinya, bir pletok kan ada nya cuma di Situ Babakan". Kata Bambang.

"Cari di pasar malam". Teriak Grando.

"I..iyadeh,, iya". Bambang sambil lari karena takut kena pukul Grando.

Bambang pergi ke pasar malam di daerah kota tua. Tidak sengaja ia bertemu dengan Ayahnya yaitu Baskoro.

"Hah, ayah ngapain disini?". Tanya Bambang.

"Jualan Bir Pletok". Jawab Baskoro.

"Hah, sejak kapan Ayah jualan bir pletok di pasar malam?". Tanya Bambang.

"Kamu terlalu sibuk sampai – sampai kau tidak tau bisnis baru Ayah". Jawab Baskoro.

"Iya juga sih, eh kebetulan Gusti Patih minta bir pletok, berapa yah harganya?". Tanya Bambang.

"20 ribuan aja bam sebotol, tuh kamu pilih sendiri mau yang mana". Kata Baskoro.

Bambang memilih sendiri bir pletok yang dia beli untuk Grando. Siapa sangka bila Bambang sebenarnya salah ambil. Ia malah mengambil tuak, bukan bir pletok.

"Haduh, dasar pelayan bodoh. Yang kau ambil itu tuak, bukan bir pletok,,, tapi yaa,, mungkin saat ini patih yang malang itu memang lebih membutuhkan tuak untuk menenangkan hatinya". Kata Baskoro.

Tidak lama kemudian Dewi Bulan muncul disamping Baskoro.

"Haduh, kau selalu saja mengerjai anak itu". Kata Dewi bulan.

"Aku perlu tontonan seru". Kata Baskoro.

"Kau bilang akan mengistirahatkan tubuh itu, mengapa kau masih menggunakannya?". Tanya dewi bulan.

"Aishhh,, ini adalah minggu terakhir aku menggunakan tubuhnya". Jawab Dewa langit yang ada di tubuh Baskoro.

Bambang berlari ke mobilnya. Lalu ia melaju mobilnya dengan kencang karena takut dimarahi oleh Grando. Sementara itu Grando masih ada di rooftop rumahnya sambil menatap langit yang gelap. Kesedian yang ia alami saat ini terus membawanya keingatan masalalu dimana ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri saat Putri Cendrawati menusuk keris ke tubuhnya. Dahulu ia tidak mampu melindungi nyawa sang putri. Ia merasa tidak pantas bila harus mendapatkan cinta Vita. Orang yang dimasa lalu telah di hancurkan olehnya. Grando menghancurkan tanaman dalam pot yang ada di hadapannya. Kemudian ia menangis dengan kencang. Petir kembali bersuara, hujan kembali turun dengan derasnya sehingga membasahi Grando.

Tidak lama kemudian Bambang datang sambil membawa dua botol minuman yang dia pikir adalah bir pletok. Ia berlari mendekati Grando dan memberikannya tuak itu. Grando langsung mengambilnya dari tangan Bambang dan kemudian menenggaknya.

"Ya minuman ini rasanya memang sama seperti hari itu". Kata Grando.

Grando menghabiskan satu botol minumannya. Bambang hanya mengamatinya sambil duduk.

"Selama ratusan tahun dia tidak pernah jatuh cinta. Sekalinya jatuh cinta sama orang yang akan membuatnya mati. Ckckck… The real sad boy..". Kata Bambang sambil mengamati Grando yang mulai mabuk.

"Eh tunggu dulu, kenapa bir pletok ini bikin aku melayang? Ah sudah lah". Grando menenggak lagi minumannya.

Hujan sudah berhenti, dan Grando telah menghabiskan 2 botol tuak yang dibeli Bambang di Pasar Malam. Melihat Grando yang lemah seperti melayang – layang, Bambang berjalan mendekati Grando dan mengajaknya untuk masuk dan beristirahat.

"Bos, ayo masuk nanti masuk angin". Ajak Bambang sambil menarik tangan Grando.

"Huh, Angin tidak akan membunuhku Bambang! Aku hanya bisa mati jika Agung menikah dengan Vita,, Hahaha,,, Hahahahahahaaaaaa,, hiks ,, hikss ,,hikss". Sahut Grando yang semakin mabuk.

Bambang memapah Grando dan membawanya masuk ke dalam.

"Haduh kenapa dia mabuk sih, padahal kan cuma minum bir pletok". Kata Bambang.

"Vita..Vita..Vita.. Bunuh aku Vita". Kata Grando yang sedang mabuk.

Malam itu Agung berada di galeri lukisan milik kakaknya. Ia melihat – lihat lukisan Putri Cendrawati, dan lukisan Prabu Rumbaka yang tertempel sejajar. Agung menyentuh lukisan Putri Cendrawati dan mulai terbawa dengan masa lalu saat ia melihat Putri Cendrawati berjalan bersama dayangnya di Istana Kerajaan Sunda. Agung terus saja tersenyum seolah dia sudah benar – benar melupakan Lisa. Ia nampak seperti terobsesi kembali dengan Putri Cendrawati.

"Sebentar lagi kita akan menikah dinda". Kata Agung sambil mengusap wajah Putri Cendrawati di dalam lukisan.

Rudy datang mendekati Agung. Ia menanyakan apa yang akan Agung lakukan kedepannya. Agung berkata bahwa ia akan segera menikahi Vita, dan menjalani hidup yang tidak pernah ia bisa lakukan di masa lalu.

"Tapi apakah rasanya akan sebahagia ketika dimasa lalu?". Tanya Rudy.

"Maksud kakak?". Tanya Agung.

"Di kehidupan ini mungkin sudah berubah, apa yang kalian rasakan mungkin tak lagi sama. Apa kau yakin, Vita juga memiliki perasaan yang sama?". Tegas Rudy.

Setelah perbincangannya dengan Rudy, Agung mulai memikirkan apakah Vita mencintainya atau tidak.

Ditempat lain Bambang baru tiba di rumahnya. Saat Bambang membuka pintu rumahnya, ia melihat ayahnya yang sedang duduk sambil membaca buku.

"Loh, ayah belum tidur?". Tanya Bambang.

"Ayah nunggu kamu pulang, gimana Pak Grando? sudah baikan?". Tanya Baskoro.

"Boro – boro, setelah minum bir pletok ia langsung mabuk. Baru kali ini aku lihat orang mabuk karena minum bir pletok". Jawab Bambang.

Kemudian Baskoro meminta Bambang duduk disampingnya. Baskoro menasihati Bambang agar ia bisa menemani Grando hingga akhir karena itu adalah tugas menjadi tugas keluarga mereka. Baskoro juga meminta agar Bambang bisa lebih dewasa, jangan kekanak – kanakan dan terus bergantung padanya.

"Ayah minta mulai sekarang kamu berubah, kamu harus hidup mandiri". Kata Baskoro.

"Iya yah".

Ke esokan harinya adalah acara movie award. Lisa datang ke acara tersebut sendirian tanpa di damping oleh manajernya. Di sepanjang karpet merah, ia berjalan dengan tatapan kosong meski para wartawan meneriakinya beberapa pertanyaan, ia seolah tak mendengarnya. Sebenarnya Lisa sempat memberikan undangan movie award ke Agung sebelum Agung mengetahui bahwa Vita adalah Putri Cendrawati. Kini Lisa sudah tidak mampu mengharapkan Agung lagi karena ia mengerti bahwa Agung tidak bisa ia miliki kembali di kehidupan ini. Terkadang ia menyesali karena telah membuang semua bunga yang dikirimkan Agung pada saat awal Agung mendekatinya.

Beberapa nominasi telah dibacakan dan beberapa rekan artis Lisa telah berhasil mendapatkan piala award itu. Kini tiba saatnya nama Lisa disebut dalam nominasi artis paling populer. Tidak disangka ternyata Lisa memenangkan kategori tersebut dan berhasil mendapatkan piala award nya. Lisa maju ke atas panggung dan mengucapkan banyak terima kasih untuk semua pendukungnya, keluarga, teman – teman. Tiba – tiba Lisa melihat ke arah bangku VIP, ia melihat Agung duduk tersenyum sambil bertepuk tangan.

"Saya juga mengucapkan terima kasih untuk seorang penyemangat yang tidak bisa saya sebutkan namanya. Dia adalah teman, kakak, dan juga kekasih bagi saya". Kata Lisa.

Penonton bersorak dan bertepuk tangan. Agung tersenyum dan mengangguk seolah mengisyaratkan ia berterima kasih pada Lisa.

Setelah acara Movie Award selesai, Lisa dan Agung berbicara di sebuah cafe diatas puncak. Mereka berbicara sambil memegang secangkir kopi dan menatap indahnya lampu di kota dari kafe tersebut. Agung meminta maaf karena harus menyakiti hatinya untuk kedua kalinya. Tetapi kali ini ia benar – benar harus memilih, maka ia putuskan memilih Vita.

"Ya, saya mengerti kanda. Di masa lalu saya sudah cukup menjadi istri kanda. Sekarang saatnya Vita yang menemani kanda. Semoga kanda dan Vita, bahagia selalu". Kata Lisa.

Lisa terbawa dengan ingatan masa lalunya, saat ia masih menjadi Ratu. Kala itu ia begitu merindukan Prabu Rumbaka.

FLASH BACK

Ratu Sudewi berlari menuju Istana tempat tinggal Raja. Ia berlari dengan semangat hingga dayang istana tidak mampu mengejarnya.

"Ampun Gusti, anda tidak boleh berlari". Teriak Dayang yang sudah kelelahan.

"Sekali – sekali tidak apa – apa mbo". Teriak Ratu.

Saat Ratu berlari ia tidak sengaja menabrak Raja yang sedang lewat bersama dengan pengawalnya. Kemudian Ratu menabrak tubuh Raja.

"Aduh". Kata Ratu.

"Dinda, ada apa datang kemari?". Tanya Prabu Rumbaka.

"Saya merindukan kanda, sudah satu minggu saya tidak melihat kanda". Jawab Ratu.

"Saya baru saja mau ketempat dinda". Kata Raja

"Benar kah?". Ratu senang mendengar ucapan Raja.

Kemudian Raja mengantar Ratu ke Istana Ratu. Mereka berdua berjalan bersama sambil mengamati bintang – bintang yang indah. Hari itu Ratu tidak menyadari bahwa Raja sudah menderita sakit dan usianya sudah tak akan lama lagi. Meskipun begitu, hari itu adalah hari yang bahagia untuknya. Karena pada saat itu ia bisa berjalan beriringan dengan Raja yang dicintainya.

------

Malam itu Grando duduk di ruang kerja Baskoro di rumahnya. Hari itu Baskoro dan Grando duduk bersama dan berbincang – bincang sebagai sahabat lama.

"Usia saya mungkin sudah tidak lama lagi gusti". Kata Baskoro.

"Usia saya pun tak lama lagi". Kata Grando.

"Benar, saya titip Bambang, dia yang akan menemani Gusti hingga akhir". Kata Baskoro dengan suaranya yang sudah serak.

"Terima kasih atas pengabdianmu selama ini, jasamu dan pelayananmu tidak mampu saya balas dengan apapun". Grando sambil memegang tangan Baskoro yang sudah mulai keriput.

Grando menyadari bahwa usia Baskoro sudah tidak lama lagi. Tetapi ia tidak teg ajika harus memberitahu Bambang. Bambang pasti akan sedih.

Besoknya Agung berusaha menghubungi Vita tetapi Vita tidak dapat dihubungi. Ia kebingungan lalu pergi ke rumah Grando. Agung memohon kepada Grando untuk dapat menemukan Vita. Grando menganggukan kepalanya pertanda ia menerima perintah sang raja. Akhirnya selama seharian penuh Grando pergi kesana kemari untuk mencari Vita tetapi tidak ketemu. Bahkan telepon Alya pun tidak dapat dihubungi. Bambang ikut membantu Grando untuk mencari Vita. Setelah jam 5 sore, Bambang mendapatkan telepon, seseorang yang menelpon sudah memberikan kabar yang tidak baik untuknya. Ia pergi berlari menuju mobilnya. Saat ia hendak membuka pintu mobilnya, Grando menahannya, kemudian Grando mengatakan bahwa ia akan menyetir untuk Bambang. Rupanya Grando mengkhawatirkan Bambang yang pikirannya sedang kacau balau setelah menerima telepon dari seseorang.

Sesampainya di depan rumah Bambang, ada bendera kuning yang terpasang. Ia membuka pintu mobil dan terjatuh lemas. Ia menangis sekencang – kencangnya. Hari itu ayahnya yaitu Baskoro telah meninggal dunia. Grando ikut turun dari mobil dan mengusap – usap pundak Bambang untuk menenangkannya. Seorang kerabatnya mempersilahkan Bambang untuk masuk dan melihat jasad ayahnya sebelum dimakamkan. Grando memapah Bambang untuk masuk ke dalam rumahnya yang saat itu sudah ramai dengan orang – orang yang sedang melayat. Bambang sangat berduka. Ia mengingat saat – saat masa kecilnya bersama ayahnya. Ayahnya selalu bilang bahwa hidup keluarganya hanya untuk mengabdi pada Grando.

"Gusti, mulai hari ini saya akan melayani gusti dengan sepenuh hati. Saya akan menggantikan ayah saya menjadi adik, kakak sekaligus bapak untuk anda". Kata Bambang pada Grando.

"Terima kasih". Ucap Grando sambil mengusap pundak Bambang untuk menenangkannya.

Hari mulai gelap, Alya pergi ke toko bunga karena ia ingin menyimpan bunga di rumah barunya. Tiba – tiba ia melihat karangan bunga yang ditujukan untuk Baskoro.

"Baskoro? Bukan kah itu nama ayahnya Bambang?". Pikir Alya dalam hati.

Kemudian Alya menanyakannya kepada pemilik toko.

"Ngomong – ngomong, bunga ini untuk Pak Baskoro yang mana kalau boleh tau?". Tanya Alya kepada karyawan toko bunga yang ia datangi.

"Itu Pak Baskoro ayahnya Pak Bambang, agen biro jodoh yang terkenal itu loh". Jawab karyawan Toko.

"PT Mencari Cinta Sejati?". Tanya Alya.

"Ah iya, benar itu nama PT nya". Jawab Karyawan tersebut.

Alya merasa tidak enak karena selama ini Bambang sudah baik kepadanya, ia juga belakangan ini sedang pendekatan dengan Bambang, hanya saja mereka harus terpisah karena masalah Grando dan Vita.

"Kalau gitu, mohon dibuatkan bunga ikat untuk ucapan duka dari saya untuk Pak Baskoro". Kata alya.

Alya memutuskan untuk datang melayat ayahnya Bambang.

Setelah Alya menemui Bambang dan mengucapkan bela sungkawanya. Disana ada Grando juga. Tetapi karena suasana sedang berduka Grando tidak menanyakan apapun kepada Alya mengenai keberadaan Vita. Tetapi Alya merasa bahwa Grando harus mengetahui keberadaan Vita, karena saat ini Vita menjadi lebih sering murung sendiri semenjak ia mengetahui bahwa dirinya adalah reinkarnasi dari Putri Cendrawati yang selama ini ditunggu oleh Grando untuk dinikahkan kepada reinkarnasi Prabu Rumbaka yaitu Agung. Alya memberitahu Grando bahwa saat ini Alya dan Vita sudah pindah tempat tinggal, karena Vita tidak mau menikah dengan Agung. Setelah mendapat informasi dari Alya, Grando langsung bergegas pergi mencari Vita dan meninggalkan Alya bersama Bambang.

Hari itu Vita berjalan sambil melamun ia hampir tertabrak mobil, tetapi Grando menyelamatkannya dengan cara menghadang mobil itu. Vita sangat terkejut karena bisa melihat wajah Grando dikala ia sangat merindukan Grando.