Chapter 3 - Part 2

Suara dentuman musik menghantam setiap indra pendengaran manusia yang memasuki sebuah ruangan yang cukup luas dan mewah. Kelap-kelip lampu menemani setiap umat manusia yang sedang menari ria bak kesetanan di area dance floor. Suara berisik yang berasal dari sound music club itu sama sekali tidak mempengaruhi mereka, bahkan semakin kuat suaranya semakin liar pula mereka menari.

Marsha saat ini sedang duduk di sofa empuk yang telah ia booking, kemudian meneguk segelas cairan yang membasahi tenggorokannya. Matanya bergerilya mencari keberadaan kedua sahabatnya yang sejak tadi sudah menghilang entah kemana. Hana yang sejak awal masuk sudah berpamitan untuk menemui seseorang kenalannya dan Starla yang Marsha lihat sedang bercumbu dengan seorang pria berjas di ujung sana. Melihat pemandangan itu, Marsha menghelakan napasnya dengan kasar. Tujuan mereka ke tempat ini adalah untuk menghiburnya, tapi kedua sahabatnya malah sibuk dengan urusan mereka masing-masing dan meninggalkannya sendirian.

Memilih untuk meninggalkan zona amannya, Marsha berjalan menuju ke salah satu bar yang terlihat tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa orang saja yang duduk bersama dengan pasangan mereka. Pasangan yang mungkin baru mereka temui malam ini.

"Mau mencoba something nona?" Tawar seorang pria yang bekerja sebagai bartender.

"Berikan yang paling bisa membuatku tenang." Kata Marsha tanpa peduli apa yang akan terjadi kepadanya setelah itu.

Pria itu tersenyum penuh arti. "Bukan hanya tenang, kau akan terbang setelahnya." Katanya kemudian meninggalkan Marsha dan menyiapkan minuman untuk Marsha.

Mata Marsha kembali menelusuri setiap sudut ruangan dari tempatnya saat ini. Sampai di detik berikutnya, pandangannya jatuh pada seorang pria tampan yang juga sedang meminum alkohol langsung dari botolnya. Marsha mengernyit heran, apa tenggorokannya tidak sakit? Pikir Marsha.

"Ini nona pesanan anda." Suara berat pria itu mengalihkan pandangan Marsha. Marsha tersenyum simpul, kemudian meneguk setengah gelas cairan itu. Rasanya sangat pahit, tapi cukup membuat hati Marsha tenang.

"Tampan." Gumam Marsha ketika kembali memperhatikan pria tampan itu. Marsha menggelengkan kepalanya kala pria itu kembali meminum minuman alkohol itu tanpa jeda.

"Apa dia gila?" Celetuk Marsha yang kemudian kembali meneguk minumannya.

Tanpa Marsha sadari, seorang pria yang sedari tadi ia perhatikan tiba-tiba sudah berada di sebelahnya. Ia duduk di tepat di sebelah kanan dirinya sembari menunjukkan sebuah senyuman menggoda, sangat menggairahkan.

"Terpesona, huh?" Katanya membuat Marsha menggeleng cepat.

"Kau gila." Katanya tanpa sadar.

"Kau mengataiku?" Katanya tak suka.

"Berikan padaku." Marsha langsung merampas sebotol minuman yang ia dapatkan dari pria itu dan meneguknya hingga tandas.

"Kau lebih gila." Katanya membalikkan perkataan Marsha.

"Aku hanya penasaran. Tenggorokanku terasa sakit menegaknya langsung, tapi mengapa kau tidak?" Tanya Marsha yang penasaran sembari memegangi kepalanya. Ia sudah minum cukup banyak malam ini.

"Tidak. Aku sudah terbiasa."

Marsha sudah tidak mempedulikan pria itu lagi. Ia kembali memesan minuman beralkohol itu dan menegaknya sampai tandas. Pria di sebelahnya menatap Marsha tidak percaya. Saat ini Marsha terlihat seperti baru saja diputuskan oleh kekasihnya dan melampiaskannya pada minuman itu. Begitulah pemikiran pria asing itu.

"Kau...kau brengsek!" Teriak Marsha membuat pria yang duduk di sebelahnya mengernyit heran.

"Aku?" Tanyanya sembari menaikkan sebelah alisnya.

Marsha menatapnya sengit. Namun, sedetik kemudian air matanya sudah mengalir begitu derasnya. Pria itu kembali dikejutkan akan tingkah konyol Marsha.

"Kau...kau Kenzo sialan!" Teriaknya sambil terisak.

"Ternyata benar. Dia baru putus cinta." Gumamnya.

Marsha terus saja menangis tanpa tahu tempat. Pria di sebelahnya pun hanya menonton sembari meminum minuman alkoholnya.

"Aku mencintaimu, sangat." Isak Marsha membuat pria di sebelahnya tersedak alkohol. Entah mengapa pernyataan cinta yang sebenarnya bukan untuk dirinya membuat hati pria itu nyaman. Terselip rasa hangat dihatinya mendengar hal itu.

Marsha menatap pria di sebelahnya tepat dimanik matanya. Menangkup rahang tegas itu, kemudian menariknya mendekat.

"Aku mencintaimu." Katanya kemudian langsung menempelkan bibirnya pada bibir pria asing itu.

Pria itu cukup terkejut dengan perbuatan Marsha. Ia tidak menyangka Marsha berbuat sebegitu beraninya. Dan ini untuk pertama kalinya ia merasakan rasa nyaman dan hangat menyelimuti hatinya.

"Tolong jangan tinggalkan aku." Bisik Marsha dengan suara parau ketika pria itu hendak meninggalkan Marsha. Dan lagi, Marsha kembali menerjangnya dengan penuh gairah. Melumatnya dalam membuat siapa saja akan terbuai akan ciuman yang diberikan Marsha.

"Shit! I want you!" Geramnya tertahan.

Pria itu pun mulai membalas ciuman Marsha tak kalah sengit. Memberikan rasa yang berbeda yang tidak pernah Marsha rasakan sebelumnya. Hingga ciuman itu terlepas begitu saja saat pasokan udara diantara keduanya hampir habis. Tanpa ijin dari sang empunya, pria itu kembali melanjutkan kegiatannya. Mengecup leher jenjang Marsha dan memberikan tanda kepemilikan disana.

"Ahhh..." Desahnya lembut membuat pria itu menggeram dengan dehaman sensualnya.

"Call my name baby." Pinta pria asing itu.

Marsha tak menjawab. Ia lebih menikmati kecupan hangat yang dirasakannya di leher jenjangnya. Bahkan kecupan itu kini sudah turun menuju ke bahunya yang terbuka bebas.

"Alland. Call me Alland, please!" Pinta Alland lagi. Ia sangat frustasi karena Marsha tak memberikan jawabannya.

"Alland, please!" Desah Marsha yang tak mampu menahan gairahnya.

Alland menggeram tertahan. "Let's play." Katanya yang kemudian membopong Marsha menaiki anak tangga dan membawanya ke dalam sebuah kamar.

Sesampainya di dalam kamar, pria bernama Alland itu menghempaskan tubuh Marsha di atas kasur yang empuk. "Kau tidak akan kubiarkan malam ini." Bisik Alland dengan suara paraunya dan Kembali memberikan lumatan lembut di bibir Marsha yang begitu menggodanya.

"Aku ingin mendengar kau memanggil namaku kembali." Pintanya dengan mata yang berkabut penuh gairah.

"Kau mau aku mengatakannya?" Tanya Marsha yang sudah hampir kehilangan akal sehatnya dan di balas dengan sebuah anggukan lemah dari Alland.

Marsha tersenyum manis menanggapinya. "Alland, i want you!" Kata Marsha yang juga menginginkan Alland.

Alland tersenyum puas. "Kau tidak bisa menghentikanku setelah ini." Katanya, kemudian melanjutkan kegiatannya.

"I want you, Alland." Bisik Marsha lagi membuat Alland tak bisa menghentikan apa yang akan ia lakukan pada wanita di hadapannya ini.

"Jangan menyesalinya."

***