Chereads / Fake Friends for Future / Chapter 29 - Cinta Pertama

Chapter 29 - Cinta Pertama

"Aldy apakah aku boleh tahu siapa Angel?"

"Dia adalah teman masa kecilku. Angel adalah bagian masa lalu dari aku dan keluargaku."

"Bagian dari masa lalu?"

"Ya, selain dia adalah teman masa kecilku. Dia juga merupakan cinta pertamaku."

"Aku pikir, aku adalah cinta pertamamu, tapi ternyata ada orang lain yang telah menduduki posisi emas itu."

Aldy menoleh kepada Rea. Dia seperti melihat Rea agak sedikit cemburu saat membicarakan tentang Angel.

"Rea, kita sudah sampai rumahmu."

"Ayo, turun dulu Al! Mamaku mungkin saja ingin bertemu denganmu dan mengucapkan selamat padamu."

"Baiklah, aku akan mampir sebentar."

Aldy dan Rea turun dari mobil kemudian berjalan masuk ke dalam rumah. Mama Rea menyambut kedatangan mereka dan memberi selamat kepada Aldy.

"Aldy, selamat ya, untuk kelulusanmu."

"Terimakasih Tante."

"Rencanamu habis lulus ini mau gimana?"

"Belum tahu Tante."

"Mama, baru juga lulus udah ditanyain macem-macem aja. Biar napas dulu kali Ma."

"Ya kan kali aja Aldy mau nerusin kuliah S2 nya, atau mau ngelamar kerja dimana gitu, atau malah mau...--"

"Mau apa Ma?"

"Mau ngelamar kamu Rea," ledek Mama Rea.

Rea merona, dia merasa malu karena mamanya berkata seperti itu. Dia mengajak Al pergi ke taman belakang rumahnya.

"Mama...!! Jangan mulai deh! Ayo, Al kita ke taman belakang aja."

Aldy yang hanya tersenyum mendengar perkataan mama Rea, hanya diam tak menjawab apalun. Kemudian Rea menarik tangan Aldy untuk ikut ke taman belakang dan Aldy mengikutinya.

Sampai di sana, mereka duduk dalam diam. Rea menoleh kepafa Aldy kemudian mulai menanyakan lagi apa yang sudah dia tanyakan di mobil tadi.

"Al, jadi Angel itu cinta pertamamu?"

"Kenapa kita masih harus membahas hal ini Rea? Angel hanya masa lalu untukku. Kamulah masa depanku. Lebih baik kita bicara tentang kita daripada tentang hal lainnya."

"Maafkan aku Al, tapi aku lihat tadi Angel sangat dekat dengan keluargamu. Terutama dengan ibumu. Aku seperti orang asing tadi. Berada di tengah-tengah keluargamu dan Angel."

"Kau tidak perlu minta maaf Rea, jutru aku yang harusnya minta maaf. Aku juga tak tahu kalau Angel akan datang. Aku juga kaget melihat kedatangannya, setelah sekian lama tidak bertemu dengannya. Maafkan aku dan keluargaku, karena telah membuatmu tidak nyaman."

Aldy memegang tangan Rea. Dia menggenggamnya erat, mereka saling memandang sore hari itu. Setelahnya, tak ada lagi pembicaraan tentang Angel. Mereka hanya mengobrol seperti biasanya.

Setelah agak lama, Aldy pamit pada Rea untuk segera pulang. Dia akan membantu ibunya bersiap untuk acara syukuran wisudanya malam ini. Rea pun mengijinkannya dan mengantar Aldy sampai di depan rumahnya.

"Rea, sudah terlalu sore. Aku pamit dulu, aku harus membantu ibu mempersiapkan pesta malam nanti."

"Ya baiklah Aldy, ayo kuantar ke depan."

"Salam untuk mama."

"Ya, akan kusampaikan salam darimu nanti. Hati-hati ya Al."

Rea mengantar Aldy sampai di depan pintu rumahnya. Sebelum pulang, Aldy mengecup kening Rea dengan penuh kasih sayang. Rea tersenyum dan memejamkan matanya.

"Jangan lupa, datang tepat waktu."

"Ya, aku pasti datang tepat waktu Al."

"Cepat mandi dan berdandanlah yang cantik!"

"Iya, sudah pulang sana! Kalau kamu masih di sini terus kapan aku mandinya?"

"Yayaya, aku pulang dulu."

Aldy masuk ke dalam mobilnya kemudian pergi dari rumah Rea. Rea masuk ke dalam rumah, kemudian bergegas bersiap-siap untuk pesta Aldy malam ini.

***

Sejak hari kelulusan itu Aldy menjadi sangat sibuk. Dia jarang bertemu dengan Rea. Jangankan bertemu, menelpon pun sudah sangat jarang sekali.

Rea merasa sangat kesepian. Dia merasa Aldy sudah tak mencintainya lagi, Rea hanya menghabiskan waktu di kantor dengan menenggelamkan diri pada pekerjaan.

Sepulang kerja, dia pasti selalu menelpon Ferdinan untuk menemaninya. Rea menjadi sering minum dengan Ferdinan. Beberapa hari sekali, dia pasti menelpon Ferdinan dan mengajaknya minum.

Rea : "Fer, nanti malam jadi ya."

Ferdinan: "Apa kau tidak bosan Rea, setiap hari pergi bersamaku dan menghabiskan waktu denganku."

Rea : "Ayolah Fer, hanya denganmu aku bisa menjadi diriku sendiri. Bisa melepas semua stres dan penatku di kantor.

Ferdinan : "Ya, baiklah! Apa sih yang enggak kalau buat kamu Rea."

Rea : "Oke, jemput aku seperti biasa di kantor ya."

Fedinan : "Siap bos!"

Seperti itulah, Rea saat ini dia terus menerus bergaul bersama Ferdinan karena Aldy sama sekali tak memiliki waktu lagi bersamanya.

Rea hanya memiliki Ferdinan, sahabatnya yang setia menemani dia kapanpun dan dimanapun Rea membutuhkannya.

Sore itu, Ferdinan menjemput Rea di kantornya. Kemudian mereka berdua pergi ke sebuah Klub, untuk mulai menghilangkan penat mereka.

"Fer, pesan seperti biasanya."

"Ini masih sore Rea, tunggulah agak malam sedikit. Kita mulai dengan makan cemilan saja dulu. Apa kau tidak lapar? Seharian di kantor pasti membuatmu lelah dan lapar kan?"

"Tidak! Aku tidak lelah, juga tidak lapar! Aku hanya jenuh! Aku ingin minum sekarang saja Fer, cepat pesankan aku minuman seperti biasanya!"

"Ada apa denganmu Rea? Kenapa sekarang kau sangat menyukai minuman?"

"Kalau kau masih banyak bertanya, aku akan pergi!"

"Oh, oke! Jangan ngambek dong! Akan kupesankan minuman sekarang juga."

Ferdinan memesan beberapa makanan dan juga minuman untuk dia dan Rea. Mereka banyak minum hingga malam. Semakin malam, Rea sudah semakin mabuk dan jika sudah seperti itu, Ferdinan pasti akan menghubungi Aldy.

Sebelum mereka berdua tak sadarkan diri, akibat minum terlalu banyak. Ferdinan selalu menyempatkan diri untuk menelpon Aldy dan membawa Rea pulang ke rumah.

Ferdinan : "Halo Al!"

Aldy : "Ya, Fer ada apa?"

Ferdinan : "Tolong jemput Rea! Dia mabuk bersamaku!"

Aldy : "Mabuk? Dimana kalian?"

Ferdinan : "Ya, beberapa hari belakangan ini Rea selalu menelponku untuk menemaninya minum. Kami berada di tempat biasanya."

Aldy : "Baiklah, tunggu aku di sana. Aku akan menjemput Rea sekarang juga. Jaga dia sebelum aku datang Fer!"

Ferdinan : "Ya, cepatlah datang! Sebelum aku ketiduran, dan juga sebelum Rea muntah dan bertambah parah mabuknya!"

Aldy menutup telepon dari Ferdinan. Dia bergegas meninggalkan pekerjaannya dan meluncur kearah Klub yang ditunjukkan oleh Ferdinan tadi.

Dalam perjalanan Aldy heran, kenapa Rea berperilaku seperti itu. Aldy sangat mengenal Rea. Sudah bertahun-tahun mereka bersama. Baik itu sebagai teman ataupun sebagai pacar.

Aldy hapal betul kalau Rea bukanlah tipe wanita tukang minum seperti ini. Mungkin dia sedang punya masalah. Mungkin juga Rea sedang lelah dan bosan.

Setengah jam kemudian, Aldy telah sampai di Klub itu. Dia berkeliling untuk mencari Rea dan Ferdinan. Keduanya tengah tertidur tak sadarkan diri. Mereka menaruh kepalanya di atas meja.

Aldy datang menghampiri, lalu membangunkan Ferdinan lebih dulu. Setelah itu baru dia akan mengurus Rea dan membawanya pergi dari tempat itu.

"Fer, bangun! Fer, ayo bangun!"

Ferdinan sedikit bergerak saat Aldy membangunkannya. Dia mengerjapkan matanya kemudian tersenyum kearah Aldy.

"Kau sudah datang Al?"

"Ya, sudah! Ayo kita pulang!"

"Kau duluan saja, bawa Rea pulang. Aku bisa pulang sendiri nanti."

"Sekarang saja! Nanti kau malah mabuk lagi dan tergeletak di pinggir jalan. Ayo sekarang pulang bersama kami!"

"Ya, baiklah aku akan pulang sekarang."

Ferdinan bangkit dari tempat duduknya, kemudian berjalan keluar Klub. Aldy mengikuti di belakangnya dengan menggendong Rea yang sudah tak sadarkan diri.