Rea kira berkutat dengan pekerjaan akan membantunya melupakan masalahnya dengan Aldy. Tapi, nyatanya ia malah salah besar. Rea malah tak bisa berkonsentrasi sama sekali. Jika boleh di ibaratkan, otak Rea sekarang sama seperti benang kusut yang tak bisa di uraikan dengan mudah.
Setiap ia menghela napas, maka rasa sakit dan sesak di dada lah yang ia rasakan.
Sungguh. Jika boleh membolos bekerja, Rea akan membolos bekerja saja dan liburan jauh dimana ia tak dapat mengingat lagi soal Aldy. Tapi, selalu saja ekspektasi tak seindah realita, kan?
Rea harus tetap profesional apapun keadaan hati atau bahkan tubuhnya. Atasannya tentu tak akan mentolerir segala alasan seorang karyawannya. Mereka hanya mau semua beres dan berjalan dengan baik serta lancar.
Ah… sungguh sial sekali!
Semakin Rea memaksakan diri dan otaknya, semakin tak mampu pula Rea mengerjakan semua pekerjaannya.