Rea sudah sampai di depan rumah Aldy. Sebelum dia keluar dari mobil, sekali lagi dia bercermin untuk memastikan bahwa penampilannya kali ini sudah benar-benar sempurna.
Rea melepas seat belt miliknya, kemudian turun dari dalam mobil miliknya. Dia berjalan masuk ke pelataran rumah Aldy. Rumah Aldy masih tampak sepi, hanya ada beberapa mobil bertengger di sana.
Rea melangkah masuk ke dalam rumah Aldy yang pintunya terbuka. Matanya mencari Aldy berkeliling ruangan. Tapi tetap saja Rea tak menemukannya.
Saat mata Rea berkeliling, Rea menemukan pintu taman belakang yang terbuka. Rea yakin Aldy pasti ada di sana. Rea melangkah menuju pintu itu.
Benar saja dia melihat Aldy ada di sana. Rea semakin mempercepat langkahnya untuk sampai ke taman belakang itu. Namun, langkah Rea terhenti ketika tiba-tiba dia melihat ada orang lain selain Aldy di sana.
Rea diam, menatap orang yang ada di samping Aldy. Ternyata orang itu adalah seorang wanita. Wanita itu mendekat kearah Aldy kemudian memeluknya.
Rea menatap lekat-lekat siapa wanita yang sedang memeluk Aldy itu. Langkahnya kini semakin mundur, saat dia memastikan bahwa wanita itu adalah Angel.
Ternyata hal yang ditakutkan oleh Rea seharian tadi terjadi. Angel menjadi penghalang cintanya bersama Aldy. Yang lebih parahnya lagi, Aldy seolah menyambut pelukan Angel dengan penuh cinta.
Mata yang selalu memandang Rea dengan penuh cinta, kini mata itu tengah memandang Angel dengan lebih banyak cinta. Tubuh yang hangat, yang sering Aldy gunakan untuk memeluk Rea, kini tubuh itu ia berikan kepada Angel.
Rea perlahan melangkah mundur. Tenggorokannya seakan tercekat, melihat kebenaran di depan matanya.
Rea berusaha menahan tangisannya, walau bulir buning itu sudah mengembang di ujung pelupuk mata miliknya. Rea tetap berusaha tetap tegar. Paling tidak sampai dia keluar dari rumah Aldy.
Rea berbalik, kemudian berjalan keluar menuju mobil miliknya yang ia parkir di pelataran rumah Aldy. Sebelum dia sampai di pintu depan rumah Aldy, ibu Aldy keluar dari kamar dan melihat Rea pergi.
Ibu Aldy memanggil Rea dan menanyakan padanya kenapa dia pergi. Tapi Rea tak menanggapi pertanyaan itu dan langsung pergi dari rumah Aldy.
"Rea, kamu sudah datang Nak. Loh, Rea kamu mau kemana? Pestanya belum juga dimulai. Rea... Rea!!"
Rea semakin mengencangkan langkahnya, dia langsung masuk ke dalam mobil saat ibu Aldy berteriak memanggil namanya.
"Aldy, kamu dimana Al?" panggil ibu.
Aldy mendengar suara ribut-ribut di depan. Dia segera melepaskan pelukan Angel dan meminta Angel menunggunya sebentar.
"Angel, sepertinya ada sesuatu di depan. Aku seperti mendengar suara ibu memanggilku. Kau tunggu sebentar di sini ya, aku akan segera kembali."
Anggel hanya mengangguk untuk mengiyakan apa yang dikatakan oleh Aldy. Sedangkan Aldy bergegas ke depan untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.
"Aldy, kamu dari mana saja?"
"Aldy di taman belakang Bu, bersama Angel. Ada apa ibu berteriak-teriak memanggilku?"
"Rea Al, tadi Rea datang ke rumah ini."
"Rea? Dimana Bu? Sedari tadi hanya ada Angel. Tak ada Rea di sini."
"Ibu tadi melihatnya, dia berlari dari arah taman belakang. Ibu sudah berusaha memanggil namanya, tapi sekilas ibu lihat wajah Rea memerah kemudian dia pergi dari rumah kita. Coba kamu ke depan Al, sepertinya Rea membawa mobil."
Aldy panik saat mendengar cerita ibunya tadi. Aldy segera keluar rumahnya. Dari pintu dia lihat mobil Rea pergi, meninggalkan pelataran rumah Aldy.
Aldy berlari dan mencoba mengejar mobil milik Rea. Aldy meneriakkan nama Rea agar dia menghentikan mobilnya. Tapi percuma saja, Rea sudah tancap gas dan pergi.
Aldy masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil kunci mobil miliknya. Dia berniat ingin mengejar Angel dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Bagaimana Al? Betul itu Rea?"
"Ya Bu, betul. Aku akan segera mengejarnya Bu. Aku harus memastikan dengan jelas kenapa dia tiba-tiba pergi sebelum bertemu denganku. Aku titip Angel di taman Bu."
"Ya, kejarlah Rea secepatnya Aldy. Tanyakan kenapa dia pergi. Soal Angel, biar dia bersama dengan Ibu di rumah."
Aldy mengambil kunci mobil kemudian keluar rumah dan memasuki mobilnya. Dia segera menghidupkan mesin dan tancap gas mengejar mobil Rea yang sudah berada jauh di depannya.
Aldy terus mengebut di jalan raya. Berharap dia akan bisa menyusul mobil Rea, sebelum Rea sampai di rumahnya. Tapi sayang, sepertinya usaha Aldy sia-sia. Mobil milik Rea sudah tidak terlihat sama sekali di depan.
Beberapa menit lagi Aldy akan sampai ke depan rumah Rea. Dia berharap kalau Rea pulang ke rumah, tidak kemana-mana. Agar Aldy bisa segera bertemu dengannya dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada Rea.
Aldy tenang, dia melihat mobil Rea tengah terpakir di depan rumahnya. Aldy turun dari mobilnya dan mendekat kearah mobil milik Rea. Aldy melihat bayangan Rea di dalam mobil. Dia mengetuk pintu kaca mobil milik Rea.
Tok tok tok!!
"Re... keluarlah."
"Rea, kumohon keluarlah sebentar saja, please!!"
Aldy terus mengetuk pintu kaca mobil milik Rea. Rea menghapus airmatanya kemudian membuka pintu mobil dan menemui Aldy yang sudah menunggunya di luar.
"Rea, kamu kena....--"
Belum selesai Aldy bicara, Rea membuka pintu belakang mobilnya. Dia mengambil sebuah bucket bunga besar hadiah untuk kelulusan Aldy yang dia beli siang tadi. Rea menggenggam bucket bunga itu kemudian menyerahkannya kepada Aldy.
"Untukmu."
"Untukku? Terimakasih Rea, tapi kenapa kau tadi pergi? Ibu bilang tadi kau....--"
"Sudah cukup Aldy, aku lelah. Aku sudah cukup sakit. Aku ingin beristirahat, lebih baik kau pulang saja."
"Tapi Rea, katakan dulu padaku. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau seperti ini? Aku minta maaf padamu kalau aku telah melakukan kesalahan yang fatal. Kita bicarakan ini baik-baik."
"Tidak Aldy, tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan. Aku rasa semua ini cukup sampai di sini saja, aku masuk dulu. Lebih baik kau pulang saja, sudah malam."
"Tidak bisa Rea, kita harus bicara walaupun hanya sebentar saja. Kau harus menjelaskan padaku dulu apa yang sebenarnya telah terjadi. Jangan buat aku bingung seperti ini, kumohon."
Rea menolak ajakan Aldy untuk bicara. Rea masuk ke dalam rumah, kemudian mengunci pintu rumahnya. Aldy dibiarkannya berteriak-teriak di depan rumah memanggil namanya.
"Rea..., tunggu dulu Rea! Kita harus bicara, Rea!!"
Rea masuk ke dalam rumahnya. Dia menangkupkan bibirnya, agar isak tangisnya tidak terdengar oleh Mamanya. Rea segera berjalan menuju kamarnya. Saat berjalan menuju kamarnya, Rea berpapasan dengan Mamanya. Mama Rea bertanya kepada anaknya itu.
"Rea, ada apa denganmu? Apa kau baik-baik saja?"
Akan tetapi Rea tetap diam dan mengabaikan pertanyaan Mamanya. Rea segera berlalu menuju kamarnya. Rea menutup pintu kamarnya, kemudian mengunci pintu itu.
Rea masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamarnya lalu memutar kran shower miliknya. Dia duduk di bawah pancuran shower sambil menangis meraung memikirkan nasibnya.
Kenapa dia harus kecewa untuk yang ke beberapa kalinya. Disaat hatinya sudah mulai bisa melupakan Hans, Aldy datang menawarkan cinta yang tulus.
Rea pikir, dia akan bahagia bersama Aldy, tapi nyatanya dia masih harus mengulang rasa sakit itu untuk yang kesekian kalinya.