Chereads / Gelang Persahabatan / Chapter 12 - #12 Trio MeLiDa

Chapter 12 - #12 Trio MeLiDa

Aku dan Hikari kini sudah jarang saling mengabari karena sibuk dengan tugas masing-masing. Semenjak masuk sekolah kami sudah jarang mengobrol. Aku juga lebih sering menghabiskan waktu bersama keempat teman terbaik ku di kelas. Tugas di sekolah membuatku sering merasa kelelahan, belum juga tugas-tugas rumah yang harus ku kerjakan setiap hari.

Aku selalu bangun jam 5 pagi untuk bersiap-siap ke sekolah, kemudian aku berangkat pukul 6.15. Setiba di sekolah, aku belajar hingga siang. Sepulangnya aku langsung makan kemudian tidur siang, jika terlalu lelah aku bisa tidur hingga pukul 4 sore. Setelah bangun, aku mulai membersihkan rumah. Lalu beberapa jam mungkin aku menjaga adik barulah aku mandi dan sembahyang. Malamnya pukul 6.30 aku sudah mulai belajar dan mengerjakan tugas sekolah jika ada, setelah itu baru aku tidur.

Sudah hampir 1 bulan lebih aku dan Hikari tidak mengobrol lagi, dia juga tidak ada kabar sama sekali. Diri ku yang sekarang lebih tidak peduli kepada siapapun, jadi aku tidak terlalu memikirkan nya. Saat malam hari, aku merasa ada yang tidak nyaman. Aku tiba-tiba memikirkan Hikari, apakah dia baik-baik saja disana? Mungkin kini ia sudah memiliki teman-teman baru yang bisa menemaninya setiap saat, semoga saja begitu.

Keesokannya, ketika hari libur tiba. Aku bersama keempat temanku berencana untuk bepergian ke taman. Sudah lama kami tidak pernah menghabiskan waktu bersama lagi. Untuk itu kami menyiapkan beberapa makanan, snack, dan minuman agar tidak merasa bosan disana. Suasana pagi itu sangat cerah dan juga tidak terlalu terik, jadi kami enak menikmati hari libur ini. Sesekali kami membahas tugas sekolah yang begitu banyak dan membuat stress, sesekali juga kami membahas tentang barang-barang indah yang akan kami beli bersama.

Lalu, Tesya memberikan kami sebuah informasi baru yang menghebohkan anak-anak kelas 10.

"Hey hey, apa kalian sudah tau mengenai 3 murid baru itu?" bisik Tesya

"Eh, murid baru? Siapa?" tanya ku

"Yaampun, kau tidak tau? Mereka itu terkenal sebagai anak cabe" jelas Lyu

"Lalu?" tanya ku lagi seperti orang tidak peduli

"Kau ini, semua murid-murid kelas 10 takut padanya." jelas Molly

"Benarkah? Memangnya mereka seseram itu? Aku tidak percaya, mana mungkin ada yang takut pada mereka, ya mungkin beberapa saja. Lagipula laki-laki pun tidak akan takut kepada perempuan bukan?"

"Ya.. memang benar sih. Mereka seperti Ratu bagi kaum perempuan kelas 10, tapi jika ada gadis yang berani berurusan dengan mereka, maka mereka akan balas dendam. Contohnya seperti kejadian Via, pacarnya direbut oleh ketua geng itu." ucap Molly

"Kau benar, belum lagi kejadian yang menimpa Indris. Dia sampai harus dibawa ke rumah sakit karena terjatuh dari tangga, itu adalah ulah Trio MeLiDa itu" sambung Tesya

"Etto.., Trio MeLiDa?"

"Iya, itu nama geng mereka. Melisya, Liona, dan Dania"

Kami sibuk membicarakan ketiga anak cabe itu, meski demikian aku sama sekali tidak takut dengan mereka. Meskipun aku sedikit gemetar mendengarnya, tapi aku tidak akan lemah jika mereka melakukan sesuatu kepada ku. Jika mereka berani membully ku maka aku hanya perlu melaporkan nya kepada guru BP.

Keesokan harinya, dipagi hari yang cerah, murid-murid sudah mulai dihebohkan dengan kemunculan trio MeLiDa itu. Penampilan mereka menunjukkan kejelasan kalau mereka adalah anak-anak jalanan yang suka keluyuran kapan saja. Gaya berpakaian mereka yang begitu ketat dan lipstik tebal di bibir mereka membuatku risih melihat nya, tanpa memperdulikan mereka aku langsung saja masuk ke kelas.

Ketika jam keluar main tiba, mereka ternyata nongkrong didepan kelasku. Aku sedikit ketakutan waktu itu, namun aku mengabaikan nya dengan membaca buku Ramayana yang selalu ku bawa. Obrolan mereka terdengar seru sekali, hingga suara mereka terdengar menjijikkan, seperti terlalu lebay. Ya, mereka sengaja seperti itu agar dapat menarik perhatian teman kelasku. Di kelasku memang lumayan banyak laki-laki tampan yang siap menggoda seluruh wanita kelas 10, namun mereka kebanyakan lebih pendiam.

Salah satu dari mereka sangat akrab denganku, namanya Ruki. Kami memang akrab karena sesama penggemar anime. Sesekali kami mengobrol untuk membahas anime yang sedang populer saat itu. Ruki memang dikenal sebagai laki-laki yang populer karena ketampanan nya, sehingga ketika melihat kedekatan ku dengan Ruki banyak dari mereka yang cemburu dan iri kepada ku.

Dan tak disangka ternyata Liona juga suka pada Ruki hingga tergila-gila dengannya. Sejak pertama kali bertemu Ruki, Liona langsung jatuh cinta kepada nya. Segala cara ia lakukan agar bisa mendapatkan dirinya, namun semua usahanya itu selalu gagal. Ketika ia mengetahui kalau banyak orang yang juga suka pada Ruki, ia langsung membully orang tersebut. Dan bagaimana jika ia sampai tau kalau Ruki menyukai ku?

Untuk beberapa hari ini aku tidak ingin terlalu dekat dengan Ruki. Aku tidak mau menjadi korban pembullyan trio MeLiDa itu. Meskipun aku sudah menjauhi nya, namun Ruki tetap saja mendekati ku. Dan saat itu, Liona tak sengaja melihat ku sedang asyik mengobrol bersama Ruki. Wajahnya langsung memerah dan alisnya mengkerut tanda kesal. Ia langsung menghampiri kedua sahabat nya Melisya dan Dania.

"Huaa, Mel!" Liona langsung memeluk Melisya

"Eh, lu kenapa?" tanya sahabat nya

"Hikss hikss, Ruki suka pada gadis lain, dan itu teman kelasnya sendiri" jelas Liona

"Wah, serius? Ngk bisa dibiarin nih, kita harus kasi dia pelajaran" ucap Dania

"Ya, benar sekali. Ngak ada ampun pokoknya" sambung Melisya

Keesokan nya, ntah kenapa aku memiliki firasat buruk hari ini. Aku merasa ada yang tidak beres, namun aku tidak mau terlalu memikirkan nya. Waktu itu sekolah masih sangat sepi, karena aku datang pagi-pagi sekali. Suasana nya lumayan membuat bulu kuduk merinding. Aku mengalihkan semua itu dengan memainkan handphone ku. Aku me nyecroll semua chatan yang ada di whatsapp, hingga ketemu lah chatan ku dengan Hikari dulu. Terlihat foto profilnya adalah anime perempuan yang sedang tersenyum, aku merasa senang melihat nya. Mungkin dia memang sudah menemukan teman baru yang lebih baik.

Tak lama kemudian, pintu kelasku terpukul keras. Aku kaget mendengar nya dan langsung menoleh keluar. Ternyata trio MeLiDa itu sedang berdiri disana dengan wajah super kesal. Aku sedikit gemetar melihat tatapan mereka yang begitu sinis. Perlahan-lahan mereka berjalan mendekat kearah ku. Aku pun bergegas bangkit dari kursi dan mendekati mereka.

"Maaf, ada apa ya?" tanya ku

"Ada apa? Seharusnya kami yang nanya sama elu" ucap Melisya

"Eh?" aku sedikit kebingungan

"Jangan pura-pura ngk tau deh, ngapain si Ruki deket-deket sama kamu?" tanya Dania

"M-memang kenapa? Apa masalah nya?" tanya ku

"Alah lu ini sok pura-pura, lu tau kan kalau Liona suka sama Ruki, ngapain lo deket-deket sama dia?"

"Aku? Sorry ya, dia yang ngedeketin, bukan aku" jawabku

"Oh masa sih? Mentang-mentang kamu suka anime jadi bisa seenaknya nyari kesempatan buat ngedeketin dia" ucap Liona dengan nada menantang

"Eh, kamu kalo ngomong jangan sembarangan ya. Mikir dulu, perhatiin dulu, jangan langsung ngebully orang" aku mulai kesal

"Lu kira gue hewan yang harus mikir dulu sebelum bertindak?"

"Kalian ini memang otak hewan kan, yang selalu bertindak tanpa berpikir dulu"

Perdebatan kami memancing emosi masing-masing. Meskipun aku sendirian, namun aku bisa membela diriku dengan baik. Baru kali ini aku berhadapan dengan gadis-gadis berandalan seperti mereka. Tidak ada yang mau mengalah, aku dibuat pusing oleh mereka. Emosi ku juga sudah tidak karuan lagi, ingin sekali rasanya membunuh mereka.

"Mulai sekarang, gue peringati jauhi Ruki!" tegas Liona

"Kenapa kamu ngak bilang aja langsung sama orang nya? Toh juga dia yang ngedeket bukan aku"

"Ihhh! Pokoknya kamu jangan deketi Ruki!"

"Kamu ini sewot banget ya jadi orang. Udah nakal, kepala batu pula" keluh ku

"Apa lu bilang??!"

Liona langsung saja menarik rambut ku dengan keras. Aku sedikit merintih kesakitan dan kemudian mendorong nya hingga jatuh.

"Kalian punya otak ngak sih?! Mikir dulu napa sebelum nge bully orang. Kalian lebih milih pergi ato ku laporin ke guru BK?!"

Karena takut dengan ancaman ku, mereka lebih memilih pergi daripada memperpanjang perkelahian kami. Dari balik pintu, beberapa temanku ternyata menyaksikan perdebatan kami, ia lalu segera menghampiri ku.

"Kamu ngak papa kan?" tanya Adel

"Iya, aku ngak papa kok" jawabku sambil meng elus-elus rambut

"Kau berani sekali ya berhadapan dengan mereka" ucap Nita

"Ya lagipula untuk apa aku takut dengan mereka"

Kejadian itu sangat membuat Liona semakin kesal dengan ku. Dikelas nya ia kelihatan seperti menahan emosi. Dania yang menyadari itu langsung menghampiri temannya, kebetulan saat itu sedang jamkos.

"Woi, Liona! Jangan melamun, ntar setannya datang lo" goda Dania

"Biarin aja" ucap Liona kesal

"Hey, lu kenapa sih? Masih kesel ama yang tadi?" tanya Melisya

"Ya iya lah. Cwe itu keterlaluan banget, gue kesel ama dia"

"Udah udah, ntar kita kasi dia pelajaran yang ngak ada ampun nya karena udah berani nantang kita" ucap Dania

Sementara itu, aku terlamun di kelas. Clara sudah pindah sekolah karena urusan orang tuanya yang pindah tempat kerja, jadi aku merasa sangat sendirian sekarang. Aku menatap kearah langit yang mendung, seperti mendukung perasaan ku saat ini, suram dan kesepian. Ketika jam pulang sekolah, hujan turun sangat lebat. Aku terpaksa menunggu sebentar sampai hujannya mereda. Tak jauh dari tempat ku menunggu, trio MeLiDa itu sedang mengawasi ku. Aku berharap Ruki tidak menghampiri ku karena dia juga masih menunggu hujan reda. Namun..

"Yo, Ai-chan!" sapa nya

"Tch! Kenapa dia malah kesini sihhh" geram ku dalam hati

Aku pun menjauhi Ruki agar Liona tidak berpikir yang aneh-aneh kepada ku. Tapi, kemanapun aku pergi, Ruki selalu mengikuti ku dari belakang.

"Oi, Ai-chan kamu mau kemana sih???"

"Kemana aja yang penting kamu berhenti ngikutin aku" ucapku kesal

"Eh, doushita?" Ruki kebingungan

"Sudahlah, kau tidak perlu tau. Yang jelas berhentilah mengikuti ku" aku pun bergegas pergi dan dia akhirnya berhenti mengikuti ku.

Besoknya, aku merasakan firasat aneh lagi, dugaanku pasti trio itu akan membully ku pagi ini. Namun, ketika tiba dikelas, suasananya biasa saja. Trio itu pun tidak terlihat di kelasnya ketika aku melewati nya tadi.

"Syukur lah... " ucapku

Lalu tiba-tiba dari belakang...

"Yo! Ai-chan!" seru Airin

"Oi, kamu ini bikin ngagetin aja"

"Hehe, gomen gomen"

Airin adalah salah satu temanku dari kelas sebelah. Kami juga sesama wibu dari sejak SMP.

"Tokoro de.., aku dengar kau berdebat dengan trio itu kemarin"

"Oh, iya. Darimana kau tau?"

"Aku mendengar nya dari temanku, mereka membicarakan nya"

"Ma.., dasar tukang gosip"

Ketika jam keluar main tiba, diumukan bahwa para guru semuanya akan rapat di ruang aula. Semua murid-murid merasa senang saat itu, namun aku merasakan sesuatu yang buruk. Dan benar saja, ketika guru-guru sedang rapat, trio itu mendatangi kelasku. Mereka kelihatan seperti sedang mencari mangsa yang akan menjadi santapan mereka. Semua siswi di kelasku hanya terdiam dan tak mau melihat kearah mereka. Sementara aku sibuk membaca buku Ramayana ku yang lebih bermanfaat dibandingkan berurusan lagi dengan mereka.

"Oi, anak sok pintar!" ucap Dania meneriaki ku

Namun, aku tidak melihat kearah mereka dan tetap saja membaca.

"Sok jutek! Oi, lu budek ya?!" Liona mulai kesal

Teman-teman ku juga sedikit ketakutan.

"Kalian kenapa sih? Datang-datang langsung marah begini" ucap Arga

"Udah deh ya, jangan ikut campur!"

"Oi, lu denger ngak?!" Liona menghampiri ku

Waktu itu Ruki sedang tidak dikelas, ia sedang bersama Brian untuk membeli snack di kantin.

"Oi BUDEK!" Melisya langsung mengambil buku ku dan melempar nya kebelakang kelas.

Melihat kelakuannya yang sudah melewati batas, aku langsung berdiri dan menampar pipinya yang mulus itu. Semua orang terkejut melihat nya dan sedikit ketakutan akan kemarahan Melisya.

"Kauu!"

Melisya hampir saja menamparku, tapi aku langsung menghentikan nya.

"Kau sadar apa yang telah kau lakukan tadi?"

Melisya masih saja melotot kepada ku.

"Kau sudah melewati batasanmu, bukan hanya kau, tapi kalian bertiga" ucapku tenang namun terbilang emosi yang menahan.

"Lalu? Memangnya kenapa hah? Buku seperti itu tidak mengandung ajaran penting"

"Bodoh, bodoh sekali. Orang seperti mu memang tidak tau sopan santun"

Melisya seperti tidak memperdulikan ucapanku. Aku pun mengambil buku ku yang barusan dilempar oleh nya dan kembali membaca. Tingkahku membuat mereka bertambah kesal, tanpa basa basi Liona langsung menarik rambut ku hingga terjatuh dari kursi. Aku merintih kesakitan, namun tidak ada yang bisa menolong ku. Para lelaki hanya bisa menasehati mereka, meskipun berusaha melepaskan tangan Liona, namun tarikan tangannya sangat kuat.

Tak lama kemudian, tangannya pun berhenti menjambak ketika seseorang tiba-tiba memegang tangan nya.

"R-ruki?" Liona amat terkejut dan mereka canggung

"Lepaskan" ucapnya seperti akan marah

Namun, Liona tetap terdiam melihat sosok pria yang ia sukai.

"Aku bilang lepaskan!" teriak Ruki sontak membuat Liona melepaskan tangan nya dari rambut ku.

Kepala ku terasa nyeri akibat jambakan itu, aku pun merasa sedikit pusing dan menidurkan kepala ku di meja sambil memijat nya.

"R-ruki, kau... "

"Pergilah dari sini" ucapnya dengan nada pelan

"A-aku.. "

"Pergi!"

Ketiga gadis itu langsung pergi, Liona tak ingin membuat Ruki membenci nya karena sikapnya tadi. Semua pun kembali tenang, murid-murid dari kelas sebelah yang menonton nya juga kembali ke kelas masing-masing.

"Daijoubu desu ka?" tanya Ruki

"Haik, arigatou"

Saat pulang sekolah, aku bertemu lagi dengan mereka.

"Mereka ini ngak ada kapok-kapok nya" ucapku dalam hati

"Lu mau cari mati ya?" ucap Melisya

Aku sedikit mengangkat alis.

"Asal kamu tau ya, lu itu satu-satunya orang yang paling berani nantang sama kami"

"Terus? Harus bilang wow gitu? Kimoi (menjijikkan)"

"Lu itu emang ngeselin ya. Liat aja, sekarang lu ngak bakal pulang dengan selamat" ucap Liona

"Hoh? Masa sih? Tapi.. papa aku udah nunggu didepan, dia harus cepat-cepat. Maaf, lain kali aja ngasi pelajaran nya, bye"

Sikapku memang mengesalkan kepada orang-orang seperti mereka. Karena tidak terima, kini Liona sudah benar-benar keterlaluan. Ia menjambaki rambut ku lagi, namun kali ini dengan sangat kasar. Waktu itu sudah tidak ada siapapun orang yang bisa memisahkan kami. Dania dan Melisya hanya tertawa dan menyoraki kelakuan Liona.

"Terus Liona, jambak rambut nya. Ahahahaha" tawa Melisya

"Kencangkan tarikan nya!" sambung Dania

Tak lama kemudian, datanglah guru BK yang sedang berkeliling. Melihat aksi ketiga gadis yang membully ku itu, beliau langsung menghentikan nya.

"Heh! Kalian ini ngapain caci maki teman kalian sendiri hah?!"

Liona, Melisya, dan Dania langsung menunduk.

"Jawab! Kalian mau ibu laporin ke kepala sekolah?!"

Ketiga nya menggeleng kan kepada.

"S-sebenarnya buk, dia itu tadi ngejailin kita. Makanya kami marah" Dania gugup

"Ngak buk, mereka yang duluan cari masalah!"

"Heh, lu diem aja budek!"

"Sudah sudah, sekarang ikut ibu ke ruang BK!"

"Shit, dari TK sampe sekarang ngak ada yang namanya Ai pernah masuk ke ruang BK" ucapku dalam hati

Diruang BK, mereka sibuk saja menceritakan cerita palsu yang mereka buat. Aku hanya bisa duduk diam sampai mereka berhenti berbicara.

"Ai, kenapa kamu tidak ngomong? Apa kamu memang benar-benar menjahili mereka?" bu guru kelihatan ingin memarahi ku.

"Tidak buk, saya hanya ingin menunggu mereka berhenti berbicara saja"

"Lalu? Apa kamu benar melakukan itu?"

"Tentu tidak buk. Sebenarnya... " aku pun menceritakan semuanya dari awal.

Ketiga orang itu hanya bisa diam dan bingung ingin membalas apa. Dan akhirnya aku pun memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah ini lagi, dan kami akhirnya saling meminta maaf, walaupun mereka tidak iklas melakukan nya.