Beralih lagi pada Navy... si manusia cerewet yang baru saja selesai mengadakan konser dadakan di kamar mandi yang naudzubillah luar biasa menggelegarnya itu. Ia kini sedang merenggut kesal, sembari membiarkan Mona membersihkan mukanya menggunakan handuk kecil berwarna putih.
"Lagian salah siapa, main ambil lap kotor terus di pake buat ngeringin muka basah kamu. Jadi cemong kan? Itu tuh lap yang baru aja Bunda pakai buat menghilangkan arang di bagian bawah panci." Omel Mona yang sudah selesai dengan acara 'mari mengeringkan wajah Navy' kepala wanita enam anak itu menggeleng tak percaya dengan tingkah putra bungsunya yang selalu ada-ada saja.
Navy yang mendengar omelan Bundanya hanya mengerucut sebal. Tidak terima dia tuh di salahin seperti itu, sementara disini dirinyalah yang jadi Korban. Salahin saja lap-nya sudah penuh arang ga bilang-bilang lagi. Hish.. pokoknya Navy mau kemusuhan aja sama lap sialan itu.
"Udah.. sekarang kamu bantu Bunda ngulek sambal." Ucap Mona sembari meletakan cobek kayu serta ulekan nya di hadapan Navy.
Navy yang memang pada dasarnya selalu antusias dengan hal yang berbau sambal seketika melupakan insiden mengenaskan yang baru saja menimpa wajah tampan nya itu. Ia dengan semangat mengambil ulekan, sembari memperhatikan Mona yang menyimpan bawang putih, bawang merah, cabai rawit, terasi, tomat segar, garam serta gula merah ke dalam cobek.
"Kamu ulek sampai halus ya. Bunda mau masak Telur Balado dulu."
"Oke siap Bun."
Selanjutnya, rumah yang semula heboh kembali tenang. Tentu saja, karena si pencipta kehebohan tengah fokus mengulek sambal.
Dan saking fokusnya mengulek, Navy bahkan tidak menyadari kedatangan Demi yang telah duduk di hadapan nya.
"Lagi apa lo?." Sontak saja pertanyaan itu mengundang Atensi Navy. Namun wajah Navy yang semula tenang, langsung terkejut dan...
Pluk..
Karena refleks, Navy langsung mencomot sambal yang baru saja ia ulek lalu melemparnya ke pipi Demi.
"Ihh.. dek apa-apaan sih. Anjir... masker gue." Pekik Demi. Membuat Mona membalikan tubuhnya dan terkejut saat mendapati sesosok pemuda yang wajahnya di lumuri warna putih. Sepertinya masker.
"Ehh.. kamu siapa?" Tanya Mona menghampiri meja Pantry. Ia bahkan mengabaikan Demi yang kini tengah meratapi maskernya.
"Ini aku Bun, Demi. Ahh.. dasar Adek laknat. Maskeran gue jadi ancur kan." Ucap dan umpat Demi. Hal itu membuat Mona harus turun tangan menjewer telinga sang anak ke empat.
"Coba Bunda mau denger tadi kamu ngomong apa aja?" ujar Mona dengan kedua alis yang terangkat.
Menyadari jika dia salah bicara tadi, Demi langsung cengengesan tak jelas.
"Damai Bun. Tadi mulut Demi refleks ngumpat."
Mona melepaskan jeweran nya. Ia kemudian mengusap telinga Demi yang baru saja ia jewer, berharap rasa sakit yang di timbulkan atas jeweran nya menghilang apalagi ketika melihat telinga putra keempatnya memerah membuat Mona menyesal karena menjewer telinga Demi, tapi itu juga Mona lakukan semata-mata agar putranya tidak berkata kasar kepada sesama anggota keluarga jadi jeweran lah sebagai hukuman akibat Demi yang mengumpat tadi.
"Dihh.. kayak cewek aja lo Bang. Pake maskeran segala. Ngaca noh, muka lo udah kaya setan yang baru nyobain pake kosmetik. Sungguh terlalu." Ucap Navy menghadirkan delikan dari Demi.
"Iri Bilang Boss." Sahut Demi, mengacungkan jari tengahnya kehadapan Navy lalu setelahnya ia ngacir ke kamar mandi, menghindari Mona yang kapan saja siap menjewer telinganya kembali.
Navy melotot, melihat tingkah Demi. Emosinya perlahan keluar, dengan dada yang naik turun beraturan. Ia membuka mulutnya, mengambil ancang-ancang untuk mengeluarkan suara emasnya. Dan Mona yang paham akan terjadi apa selanjutnya pun memilih menyingkir, dan kembali lagi ke kompor tak lupa telinganya sudah ia tutup dengan kedua tangan. Hanya dalam hitungan tiga detik, rumah ini akan kacau. Begitulah pikirnya.
Satu..
Dua..
Tiga..
"DEMI BANCI TAMAN LAWANG.. SINI LO GUE ULEK MUKA BULUK LO SAMPE ANCUR."
'Kan 'kan 'kan benar perkiraan Mona. Tarzan nya keluarga Rayannaka kembali berulah dengan suara emasnya itu.
"udah ga usah teriak lagi, mending kamu ulek lagi sambalnya. bahan-bahannya ganti lagi." kata Mona sembari menyerahkan bahan-bahan untuk membuat sambal kepada Navy.
Navy yang wajahnya tertekuk sebal pun mengangguk malas. dengan telaten remaja laki-laki itu menyingkirkan sambal yang berada dalam cobek kemudian membuangnya ke tempat sampah. iya di buang. soalnya sambal yang tadi kan sudah terkena tangan Navy yang melempar sambal ke pipi Demi. alhasil Navy pun harus membuat sambal kembali.
masih dengan perasaan kesal luar biasanya kepada kakak paling tengil setelah Vano, Navy dengan tenaga ekstra mengulek sambal melampiaskan emosi yang membakar jiwanya.
Mona yang memperhatikan bagaimana Navy mengulek sambal pun menegur "kalem dong Dek, ngulek sambalnya. kamu mah ngulek sambal kayak mau ngajak perang aja beringas bener."
"biarin Bun, Navy lagi kesel dan butuh pelampiasan." sahut Navy.
di tempatnya Mona hanya mengiyakan saja apa yang di katakan putra bungsunya dan kembali fokus pada masakan nya yang sebentar lagi matang.
tak lama Demi kembali datang ke dapur dengan wajah yang sebelas dua belas dengan Dami sudah selesai di bersihkan dari masker wajah dan sambal yang di lempar Navy tadi.
"wehh.. santai nguleknya Nav, lagi kesel ya." Demi datang-datang malah langsung goda Navy membuat ekspresi Navy semakin keruh. tangannya hendak terulur menuju cobekan, ia bersiap akan melempar Navy dengan sambal lagi tapi belum sempat niat Navy terealisasikan, Demi sudah pergi duluan dari dapur menghindari lemparan sambal yang jujur saja membuat pipinya terasa panas di akibatkan oleh cabai. Navy melongo di tempat menatap kepergian kakaknya, Demi kurang kerjaan banget bukan? datang ke dapur cuma buat goda Navy doang. sabar Navy mah sabar.
setelah beberapa menit kemudian, Navy pun menyelesaikan kerjaan menguleknya. "Bun, udah selesai." lapor Navy.
Mona yang kini sedang menyajikan telur balado ke piring menengok ke belakang lantas mengangguk pelan.
"oke, terimakasih Dek." balas Mona yang kembali tertuju pada kesibukannya.
Navy bergumam lalu ia pun mencuci tangannya di wastafel.
"Bun adek izin ke kamar."
"iya."
usai mendapatkan balasan dari Mona, Navy pun berlalu dari dapur menuju kamarnya. ia akan mandi biar segar habis itu nonton Drakor seharian wihh.. mantap bukan rencana Navy dan saking asyiknya membayangkan bagaimana seru nya ia menghabiskan weekend-nya tanpa sadar Navy menyenggol Guci kesayangan Mona yang di simpan tepat di dekat tangga menimbulkan suara nyaring yang menggelegar.
"ada apa?" tanya Mona menghampiri Navy yang sudah berkeringat dingin.
"loh Guci bunda?"
"mati gue." batin Navy nelengsa.
"Adek." Navy meneguk Salivanya kasar ketika Mona memanggilnya. lalu dengan cengengesan ia pun menatap Mona.
"peace Bun, Adek ga sengaja." ujar Navy berharap mendapat maaf dari Mona. namun bukannya kata maaf dari Mona yang ada telinganya menjadi korban. iya, Mona menjewer telinga Navy.
"Bunda ga mau tau laptop, I-pad, komputer, dan HP kamu Bunda sita."
Navy melotot tak terima. mulutnya terbuka hendak mengajukan protes, namun sayang Mona lebih dulu bersuara.
"Bunda ga terima protesan apapun, pergi sana ke kamar habis itu mandi."
Navy pun pasrah melihat bagaimana keruhnya wajah Mona setelah melepas jewerannya, Navy paham kalo Bunda nya sedang merasa sedih dan marah di waktu bersamaan. maka tanpa berkata apapun lagi, Navy pun naik ke tangga menuju kamarnya meninggalkan Mona yang kini sibuk membersihkan Guci kesayangannya yang pecah. Navy baru tau, selain tupperware, Guci pun bisa membuat emak-emak marah ternyata. bahkan Mona yang di kenal dengan lemah lembutnya bisa menjadi galak juga gara-gara Guci pecah.
****