Sementara yang terjadi pada Navy, anak itu meneguk salivanya kasar saat melihat kedua kakak dingin nya yang tengah saling melempar tatapan tajam dan dingin.
"Lagi ngapain lo?." Tubuh Navy tersentak ketika mendengar pertanyaan itu. Ia menoleh ke samping kanan dan mendapati kakak pertamanya tengah menatapnya penuh tanya.
"Lagi ngapain disini?." Beda dengan Gevan yang tidak suka mengulang pertanyaan. Gavin malah sebaliknya, ia tidak akan berhenti mengulang pertanyaan. Sebelum tanya itu di jawab. Yaa.. Gavin memang cerewet, banyak omong dan pecicilan. Maka tak heran, Navy lebih sering berdebat dan bertengkar dengan Gavin karena perangai Kakak tertua nya yang sebelas duabelas dengan nya itu.
Tanpa mengeluarkan suara apapun, Navy menunjuk Dua punggung di depan sana. Membuat Gavin mau tak mau mengikuti arah telunjuk Navy. Mata sipit Gavin membulat dengan tangan kanan menutup mulutnya yang terbuka lebar.
"Astaga.. ternyata lagi ada perang tatap-tatapan." Gumam Gavin.
Navy menyenggol lengan kiri Gavin. "Pisahin gih Bang. Gue takut Dapur Bunda hancur gara-gara tatapan tajam mereka. bisa berabe entar." Suruh Navy pelan.
Gavin menggeleng rakus "nggak ah atut." balas Gavin dengan raut wajah yang di buat-buat seolah ia tengah takut sekarang.
"Anying.. bukan abang gue." Ucap Navy dalam hati saat mendengar perkataan lebay sang Kakak.
Wajah Navy berubah masam. Percuma ia berbicara dengan Gavin. Mau sampai lebaran monyet pun tidak akan pernah nyambung. Maklumin saja Gavin kan setengah waras. Tidak seperti dirinya yang Waras 100%, ini nih salah satu contoh orang yang tidak pernah mirror pada dirinya sendiri.
"Woahh... ada yang lagi tatap-tatapin nih.. ciee.. ciee.. awas Falling in Love." Teriakan seseorang menyentak Gavin, Navy, Gevan dan Dami.
Bahkan Gevan dan Dami langsung memutuskan kontak mata mereka kemudian memalingkan wajahnya ke sembarang arah.
Demi--si pelaku teriakan itu yang baru saja tiba dengan Vano di sisinya tersenyum tanpa merasa bersalah.
Ia bersama Vano berjalan menghampiri meja pantry di ikuti oleh Gavin dan Navy lalu ke empatnya duduk di kursi Pantry masing-masing. Navy berhadapan dengan Vano, Gavin berhadapan dengan kembaran nya--Gavin begitupun dengan Demi yang berhadapan dengan Dami.
"Lo berdua tadi ngapain? Mau War?." Tanya Gavin. Mimik wajah lelaki itu sangat serius.
Dami menunjuk Gevan dengan dagunya. "Salahin Bang Gevan tuh. Kenapa main ambil sereal gue." Ujar Dami.
Gevan yang merasa dirinya tidak bersalah pun mendelik. Ia denganĀ ringan menjitak kepala sang adik. "Lo lupa gue di larang sama Bunda buat nyentuh alat dapur?"
"Tapi bukan berarti makanan gue juga di Ambil. Pedo dasar."
"Lo bilang apa?." Tanya Gevan dingin. "Gue Pedo? Terus lo apa mucikari?."
Mulut Dami terbuka. Ia hendak menimpali ucapan Gevan. Tapi urung saat Navy menyodorkan satu gelas berisi cairan berwarna putih susu ke hadapan nya. Aahh.. bukan hanya pada dirinya saja tapi pada seluruh saudaranya.
"Udah jangan bertengkar. Mending kita minum susu aja." Lerai Navy yang kini sudah kembali duduk di tempatnya setelah selesai membagikan segelas susu-menurutnya. Kepada seluruh saudaranya itu.
Gavin memicingkan mata sipitnya memperhatikan gelas bening di hadapan nya. "Lo yakin ini Susu Nav? Kok kental banget." Ucap Gavin sembari mengangkat gelas di tangannya ke udara dan memutar-mutar gelas itu, seolah ia ragu dengan isi dari gelas yang katanya susu itu.
"Ya iyalah itu Susu.. wong tadi gue yang nyajiin langsung dari tekonya asal lo tau. terus kalo bukan susu apa coba."
"Dari teko?." Tanya Vano heran keningnya mengernyit dengan kedua mata yang memicing menyipit.
Navy mengangguk "kayaknya Bunda udah nyiapin dari awal deh, mangkanya Susunya di taruh dalam teko." ujar Navy.
Lalu setelah Navy mengucapkan itu. Seluruh putra dari pasangan Jiwoon dan Mona pun langsung meminum minuman itu.
Demi yang pertama kali menghabiskan minuman itu mencecap lidahnya. Rasanya benar-benar asing di indra perasanya ini. katanya ini susu, tapi kok agak beda ya.
"Kok Rasanya aneh ya?." Tanya Demi pada kelima saudaranya.
Gavin mengangguk membenarkan "rasanya gurih." Timpal Gavin.
"Lohh kok rasanya ga hambar ya kayak susu Fullcream." Heran Navy.
"Ada rasa kelapanya ini mah." Tambah Vano ketika selesai meminum isi dalam gelas itu.
"Di liat dari kekentalan nya tadi kayak--." Ucapan Dami menggantung ia nampak memikirkan sesuatu.
"Santan." Lanjut Gevan yang langsung di angguki oleh Dami.
"Nahh.. iya kayak santan." Ujar Dami.
Semuanya langsung terdiam, bibir mereka terkatup ratap ketika mendengar perkataan Dami. Mereka berenam saling melirik saudaranya satu sama lain sebelum pada akhirnya suara Mona yang baru saja dari halaman belakang menyentak ke enam saudara itu.
"Tumben kalian kumpul disini?" Tanya Mona dengan senyum manisnya. Netra wanita itu langsung terpaku saat melihat teko bening yang tersimpan di meja pantry.
"Lohh.. santan yang ada di dalam Teko ini kemana?" Tanya Mona sembari memperlihatkan teko bening di tangan nya kepada seluruh putranya.
"Maksud Bunda?." Tanya Demi bingung.
Mona menghela nafas, matanya melihat enam gelas kotor yang terdapat noda putih di dalamnya. Dan barulah Mona tersadar kemana isi teko di tangan nya menghilang.
"Kalian minum Santan? Astagfirulloh.. santan ini Mau bunda pakai buat memasak opor ayam. ini baru bunda peras tadi. Ya allah.. kalian tuh." Kata Mona sambil mengelus dada sabar
Ibu enam anak itu tidak menyadari jika seluruh putranya tengah melototkan mata mereka, terkejut.
"WHAT? SANTAN?."
Setelah Insiden minum Santan berjamaah yang di pelopori oleh Navy sendiri. Kini keenam Rayannaka bersaudara tengah menjalani hukuman dari Mona dikarenakan dengan seenak jidat mereka, telah menghabiskan Santan yang baru di buat Mona.
Hukuman nya adalah membuat Santan kembali. Yupps.. karena Mona akan membuat opor ayam. Dan bahan dasar dalam pembuatan opor tentu saja harus ada Santan. Maka dari itu Rayannaka bersaudara mendapat tugas untuk membuat Santan.
Gavin dan Dami bertugas memarut kelapa, Gevan dan Demi bertugas memeras sari kelapa yang sudah di parut lantas di saring kemudian dimasukan ke dalam teko kaca sedangkan kedua bungsu di rumah itu yakni Vano dan Navy hanya mengoceh tidak jelas menyemangati ke empat saudaranya yang tengah berjuang demi ketentraman rumah. Oke abaikan pemikiran lebay itu. intinya keenam Rayannaka, ahh.. ralat Keempat Rayannaka tengah sibuk sekarang, pengecualian dua diantara mereka yang bisanya hanya ngoceh tak jelas dan membuat keempat kakak mereka gedeg seketika pada si bungsu dan si pengais bungsu itu. benar-benar menyebalkan, bukannya membantu suara mereka itu malah benar-benar mengganggu. ingin rasanya mereka menjual kedua adiknya ke tukang loak, tukar tambah dengan barang lama yang antik mungkin tidak masalah. tapi sayang, pemikiran itu harus di hempas jauh-jauh. karena sebelum mereka menjual kedua adiknya, bisa-bisa Mona ngamuk dan memotong uang jajan mereka.
****