Suara cempreng Navy yang begitu mendominasi serta seruan Vano yang begitu nyaring terdengar kontras dengan suara deep nya membuat fokus Gavin, Gevan, Dami dan Demi yang tengah membuat ulang santan terganggu.
"SEMANGAT KAKAK AYEYY.." Ucap Navy lantang berharap dengan kalimat yang telah ia serukan dapat memberikan afeksi semangat bagi dua pasang kembaran yang tengah berjuang itu.
Vano pun tak mau kalah dengan si bungsu. Dia mengepalkan tangan di udara, lantas berteriak kencang. "SEMANGAT KAKAK-KAKAK KU YANG TIDAK GANTENG SAMA SEKALI. KARENA YANG PALING GANTENG DI RUMAH INI HANYA VANO SEORANG. JANGAN PATAH SEMANGAT YA. FIGHTING!! VANO LUV KALIAN BANYAK-BANYAK."
"Begayaan lo Anjir. Berisik!!" Ketus Dami saat suara berat Vano menyapa rungunya. Aissh.. jujur saja, suara Vano itu tidak enak di dengar sama sekali.
Vano yang semula tersenyum lebar. Mencebik kesal, Dami kalo sudah menunjukan taringnya. Dia bisa apa Selain diam. Ini semua demi keberlangsungan hatinya agar tidak tersakiti. tau kan kalo setiap yang keluar dari mulut Dami mengandung unsur cabai, pedas dan nyelekit.
"Nav, Van lo berdua daripada banyak ngebacot. Lebih baik bantuin kita. Inget ye.. lo lo pada juga ikutan minum santan nya Bunda." Itu si tertua yang ngomong. Dengan atensinya yang tidak teralihkan dari memarut kelapa. Bisa gawat jika ia kehilangan fokus, bisa-bisa bukan kelapa yang ia parut tetapi tangan mulus, shimmering, splengdid dan glowingnya yang malah kena parut. Erghh.. membayangkan itu membuat Gavin ngeri sendiri. jangan sampe, jangan sampe.
"Kita bantuin apa Bang? Bukan nya kalian berempat aja cukup? Entar kalo gue sama Bang Vano ngebantuin terus bikin kacau, kita berdua juga yang di salahin. Ogah gue, jadi kaum yang selalu ternistakan." Balas Navy yang langsung di acungi jempol Oleh Vano.
"Nah bener tuh. Hayati lelah jika harus menjadi kaum yang hidupnya penuh nista dari para saudara, wahai para akhi." Timpal Vano mendramatisir.
"Lebay." Sahut Gevan dingin. Bahkan manik tajamnya menatap Vano datar.
"Eh iya.. ngomongin tentang santan nih. Efek samping kita minum santan yang belum di masak apa?" Tanya Demi sambil menatap paras tampan kelima saudaranya.
Gavin mengedikan bahunya acuh. "Gue ga tau. Coba Van searching di Google."
Titah dari Gavin langsung diangguki oleh Vano. Ia merogoh saku celana trainingnya untuk mengambil ponsel yang ia simpan di dalam sana. Lalu setelah itu, ia pun mulai mengotak-atik ponselnya itu, memasuki halaman google lantas menulis sesuatu di laman pencarian.
"Efek samping minum santan mentah yaitu lemak jenuh, menyebabkan alergi, menyebabkan penurunan berat badan, kolestrol tinggi, menyebabkan sembelit, tinggi kalori dan lain-lain. Dah gitu aja." Kata Vano seraya meletakan ponselnya ke atas meja pantry.
"Bego. Baca semuanya jangan judulnya doang anjir." Sergah Demi merasa kesal karena Vano hanya membaca judulnya saja tanpa menjelaskan secara terperinci.
"Yee.. suka-suka gue lah. Masih untung gue mau nyari infonya malah di protes. Lagian kalo pengen tau lebih jelas lagi, searching aja sono pake hape lo. Kuota mahal coyy." Balas Vano tak mau di salahkan.
Demi mendengus sebal menghadapi Vano yang malah nyolot. "Serah lo dah. Yang waras mah ngalah." Balas Demi kembali fokus memeras santan kelapa.
"Dihh..." Vano berdecih, dengan ekor mata yang menatap Demi tajam. Seolah siap mengibarkan bendera perang pada saudaranya itu.
"Udah.. ga usah berantem sesama saudara, itu tidak mencerminkan perbuatan yang baik. Sepatutnya kita harus saling menyayangi, menghargai dan menghormati sesama. Bukan nya malah saling menyakiti. " Serobot Navy dengan tampang alimnya. Ia bahkan tersenyum lebar mengundang tatapan bingung dari kelima saudaranya.
"Kesambet apaan lo Nav, tumben alim?." Tanya Demi heran.
"Kesambet jin tomang kali." Timpal Gavin.
"Bukan kayaknya. Mungkin habis minum Santan otaknya jadi bener sedikit. Biasa aura-aura manusia yang mau inanillahi suka inshaf di akhir hayatnya." Tambah Vano. Aduh... itu mulut Vano minta di tambal pake lem Tikus kayaknya. benar-benar lancar jaya ngomongnya.
Huft...
Navy membuang nafas kasar. Jadi dirinya itu serba salah ya. Barbar dikit di komentarin, bener dikit di heranin. Terus Navy harus kayak gimana? Jadi Gila gitu! sebal Navy tuh lama-lama. jadi bungsu bukan berarti jadi sasaran bully-an kakak-kakak ya. awas aja Navy akan balas dendam nanti.
"Astagfirulloh.. Bang Vano mulutnya minta di sembelih ya." Ujar Navy dengan nada yang sengaja di lembut-lembutkan bahkan kedua matanya mengerjap-ngerjap, layaknya anjing yang minta di beri makan.
"Inget Azab Bang. Nyumpahin orang itu ga baik, DOSA BESAR!!! Anjir emosi aing." Navy meraup Wajahnya Kasar dengan wajah yang memerah menahan amarah. di dalam hati ia terus berkata sabar. iya dia harus sabar menghadapi kakak-kakaknya itu.
Vano, Demi, Dami, Gevan dan Gavin memandang Navy dengan tatapan heran. Adik bungsu mereka itu kenapa sih? Gaje banget. Begitulah sekiranya yang ada di pikiran kelima saudara tertua keluarga Rayannaka.
"Gaje Nav." Seloroh Vano. Posisinya yang kini berada di dekat Navy bisa membuat dia leluasa menjitak kening sang Adik. Jitakan itu cukup kencang karena menimbulkan sebuah ringisan dari Navy.
"Sakit bego." Protes Navy seraya mengusap-ngusap keningnya bekas jikatakan dari sang kakak.
"Aissshh... kenapa suasananya jadi nge-boringin gini sih. Ngelawak kek. Pengen ngeluarin tawa emas nih gue." Kata Demi dengan raut memelasnya. Ia termasuk orang yang hyper, dan suka berada di keramaian. Maka tak heran, jika ia merasa bosan dengan situasi yang menurutnya boring ini.
"Lo kalo pengen ketawa, undang Sule aja kesini. Ngapain nyuruh kita ngelawak. Punya otak tuh ditaro di kepala bukan nya di dengkul. Jadi Ogeb kan."
Tawa seketika menggelegar saat mendengar balasan dari Dami yang luar biasa pedas bahkan membuat Demi melongo di tempat. Ia masih terkejut omong-omong mendapat serangan bon cabe dari Kembaran nya yang tiba-tiba. Aissh... kalau tau endingnya bakalan seperti ini dia kan bisa menyiapkan mental dan hatinya lebih dulu.
"Astatang.. Bang Dami Savage sekali. rasa-rasanya tuh seperti anda menjadi ironman." Ujar Vano di sela tawanya yang mengudara.
"Duhh... panutan ku." Itu Navy yang berbicara sembari mengacungkan kedua ibu jari tangan nya. rautnya yang semula kesal berubah ceria ketika melihat salah satu saudaranya ternistakan. bahagia Navy itu sederhana, melihat salah satu saudaranya ternistakan itu sudah membuat ia bahagia. jahanam memang Navy tuh. bukannya merasa kasian pada Demi yang kena semprot cairan cabe dari Dami, Navy malah tertawa senang di atas penderitaan Demi.
huh.. untung saja Demi baik hati dan tidak sombong, untung saja Demi rendah hati, untung saja Demi rajin menabung, untung saja Demi sabar, untung saja Demi ganteng. jadi saat melihat kedua bungsu Rayannaka menertawakan penderitaannya, ia hanya mampu menghela nafas sabar. sudah biasa.
****