"Berisik." Ketus Gevan yang merasa terganggu dengan suara berisik yang di akibatkan oleh Tawa kedua adik paling mudanya.
"Kalo kita berisik. Ga usah di dengerin Bang. Sumpel aja telinga lo pake Kain kafan tujuh lapisan. Hahaha.." sepertinya Vano tengah menceburkan dirinya di kandang buaya. Buktinya setelah mengucapkan itu Gevan langsung memberikan tatapan tajam, sedangkan ke empat saudaranya yang lain refleks menepuk jidat mereka pelan. Entahlah mereka tidak tau, apakah Vano sadar atau tidak saat mengucapkan itu. Benar-benar cari mati anak itu.
"Siap-siap lo Bang. Bang Gevan mulai emosi." Batin Navy berucap, meratapi nasib sial salah satu saudaranya.
Cukup lama Gevan membiarkan Vano tertawa. Hingga akhirnya Vano berhenti sendiri dengan raut tegang yang tidak dapat di sembunyikan lagi.
Cowok itu menatap Gevan takut-takut. Ia baru menyadari kesalahan nya, dan itu membuat dia merutuki mulutnya sendiri. "Hehehe.. Peace Bang Gev. Gu-gue keceplosan." Vano mengatakan itu dengan nada gugup. Tapi meskipun Vano telah menunjukan ekspresi takut, Gevan sama sekali tidak melunturkan tatapan tajamnya. Tangan yang semula tengah memeras parutan kepala itu ia hentakan, bahkan hampir membuat wadah yang digunakan untuk menyimpan parutan kelapa itu nyaris menumpahkan isinya. Pertanda jika hentakan dari Gevan benar-benar kuat.
Di tempatnya Vano meneguk salivanya kasar. Ya Tuhan.. adakah orang yang berkenan menyelamatkan Vano dari kemarahan buaya Amazon ini?
"Lo bosen hidup?."
Vano dengan cepat menggeleng saat pertanyaan yang di lontarkan oleh Gevan yang ia yakini untuknya itu menyapa telinganya.
"Nggak Bang. Asli. Gue tadi ga ada niat ngatain lo kok. Ampun Bang. Jangan bunuh gue." Mohon Vano ketakutan. Cowok itu menangkupkan tangan nya di depan wajah.
Gevan tersenyum miring sambil memutar bola matanya jengah. Jangan bunuh katanya? Cihh.. saudara nya satu itu memang pikiran nya selalu aneh-aneh dan tentunya di luar nalar. Dia kira Gevan ini pembunuh apa? Yang benar saja!! Tapi tidak salah juga sih Vano mengatakan itu, toh tatapan yang di layangkan Gevan padanya memang kelihatan seperti ingin membunuhnya saat itu juga.
"Oke gue maafin. Tapi.."
Wajah cerah Vano sedikit meredup saat Gevan mengatakan 'Tapi' entah kenapa tiba-tiba perasaan nya mendadak tak enak.
"Lo harus ngelanjutin pekerjaan kita bikin santan. Sendirian."
"Loh?!!."
"Lo mau gue maafin kan?"
Vano yang semula akan melayangkan protesan langsung mengangguk patuh saat lagi-lagi Gevan melayangkan tatapan tajam.
"Bagus. Tinggalin Vano disini. Biar dia yang bikin Santan nya. Ga boleh ada yang bantu. Gue cabut dulu." Usai mengucapkan itu Gevan pun berlalu pergi meninggalkan Dapur diikuti oleh Dami, Demi dan Gavin.
"Nav bantu gue." Melas Vano saat hanya ada dia dan sang adik bungsu di dapur.
Navy yang tengah meminum air putih pun mengangkat sebelah alisnya kala mendengar kalimat Vano. Ia meletakan gelas di tangan nya ke atas meja. Kemudian berkata "lo siapa ya? Sorry gue ga kenal."
Ada yang tau definisi saudara laknat? Lihat saja Navy. Ia dengan pongahnya tersenyum lebar ke arah Vano dengan dagu yang di angkat tinggi.
"Sombong." Gumam Vano dalam hati. Ia memasang tampang datar kala bersitatap dengan Navy.
"Sorry to say brother. Sekarang waktunya gue bobo siang biar face gue makin handsome. Selamat berjuang, saudaraku yang paling burik." Navy tertawa di akhir katanya. Ia langsung lari keluar dari dapur saat Vano mengangkat pisau yang entah dari mana laki-laki itu dapatkan.
"Saudara Bangsat. Awas aja kalo lo minta bantuan gue ga bakal bantuin lo." Gerutu Vano setelah kepergian Navy.
Ia dengan wajah yang luar biasa di tekuk langsung meraih parutan dan kelapa yang sudah di potong-potong dengan ukuran besar. Kemudian dengan emosi yang menggebu mulai memarut kelapa itu. Mana kelapa yang harus di parut masih banyak lagi. Benar-benar sial Vano hari ini.
Vano yang malang.
****
Setelah keluar dari dapur raut jenaka Navy menghilang di iringi dengan desahan kasar yang mengudara. lalu, tanpa sepatah kata pun ia langsung berjalan menaiki anak tangga yang menghubungkan lantai dua.
sesuai agendanya, hari ini ia akan habiskan harinya dengan tiduran di kasur. berhubung Handphone, laptop, i-pad dan komputer nya masih di sita sama Mona mangkanya seharian ini Navy hanya rebahan-rebahan dan rebahan. jujur saja tanpa ke empat item itu, hidup Navy terasa booring sekali.
dengan gerakan malas, Navy yang semula tengkurap memeluk 'si cinta' sang guling kesayangan turun dari ranjang, kemudian berjalan menuju TV nya berada. ia mengambil remote TV, lalu menekan tombol power.
seketika itu pula TV yang semula mati akhirnya menyala. mengoper-ngoper chanel berharap ada yang seru tapi helaan nafas pelan yang keluar dari mulut Navy menandakan tak ada satu pun acara di TV yang menarik.
"aisshh.. gue bosen. pengen nonton Drakor." pekik Navy mengusak rambutnya kasar.
ia menjatuhkan tubuhnya ke atas karpet dengan remote TV yang masih setia dalam genggamannya. memandang hampa pintu kamarnya yang tertutup rapat.
"gara-gara guci sialan kebahagiaan gue di renggut seketika. enyah lo guci." gila, mungkin satu kata itu yang mewakili Navy hari ini. bagaimana tidak, sudah berbicara sendiri, mengumpat sendiri sekarang dia malah menyalahkan guci yang tadi tak sengaja ia pecahkan padahal kan guci itu tidak salah apa-apa.
"ARGGGGHH." Teriak Navy frustasi.
ya.. se-frustasi itulah Navy tanpa handphone, laptop, komputer, dan i-pad nya. benar-benar ngenes sekali. biar saja di anggap lebay, karena bertingkah seperti itu. toh, Navy tidak peduli. biarkan orang berkomentar apapun tentang dirinya, terserah!! karena mereka punya mulut juga. mau membicarakan dia yang jelek-jelek pun, terserah!! mereka berhak menilai. tapi satu hal yang harus di camkan, apa yang keluar dari mulut mereka jikalau itu semua tidak benar maka karma siap menanti. mungkin tidak di dunia bisa saja di akhirat, bukan? simpel Navy sih gitu.
"kenapa sih Lo Nav, teriak-teriak gitu." ujar Gavin yang entah sejak kapan sudah menongolkan kepalanya di pintu yang terbuka sedikit.
Navy langsung menatap kakak sulungnya sengit.
"ga usah bacot lo!" Navy mode garang on.
Gavin yang kena semprot Navy langsung membelalakkan matanya dengan tangan yang menutup mulutnya yang menganga.
"Navy, lo tega kasarin cowok setampan gue?" tanya Gavin dengan raut yang di melas-melaskan. membuat Navy memutar bola matanya jengah.
"lebay." cibir Navy pelan. tapi seketika raut masam Navy berubah cerah. ia menatap Gavin dengan raut berbinar.
"Bang." panggil Navy.
Gavin yang belum beranjak dari tempatnya, memandang Navy dengan kening mengernyit. "kenapa lo? sawan?"
"anjir bukan, mmmzz.. gue pinjam laptop lo bol---"
"ga." potong Gavin bahkan sebelum Navy menuntaskan ucapannya. membuat Navy mengeluarkan deathglare nya.
"gue banyak tugas, bye." setelah mengucapkan itu, Gavin langsung menutup pintu kamar sang adik bungsu. di ikuti dengan teriakan Navy yang menyumpah serapahinya.
"ANJING, GAVIN EDAN, ABANG LAKNAT, ENYAH LO DARI MUKA BUMI. GA GUNA." Navy mode garang on pt 2.
****