Chereads / Zennavy / Chapter 2 - 1. Sarapan

Chapter 2 - 1. Sarapan

Navy menutup pintu kamar yang di depannya ada gantungan papan bertuliskan 'Dongsaengnya BTS & EXO' ia kemudian berjalan menuruni setiap anak tangga satu persatu dengan siulan-siulan kecil menandakan jika Remaja itu tengah bahagia sekarang.

Senyumnya terukir begitu indah saat ia baru tiba di meja makan. Lalu dengan Menarik nafasnya begitu panjang. Navy membuat semua anggota keluarganya hampir saja mendadak serangan jantung berjama'ah. Ketika mendengar sapaan kelewat riang menyapa gendang telinga mereka.

"PAGI EPRIBADEHHH NAVY SI GANTENG TIADA TARA DATANG." sapa Navy dengan merentangkan kedua tangannya yang di balas dengan decihan tak suka dari Vano. Omong-omong, dia dendam kesumat pada adiknya. Karena si Bonnie kucing kesayangan Navy pup di sepatu kesayangannya yang akan ia gunakan untuk nongkrong bersama sahabat-sahabatnya di warung kopi Mang Jajang.

"Bisa ga? Ga usah teriak-teriak. Lo mau bikin telinga kita semua budeg hah?." Seloroh Gevan--kakak kedua Navy dengan Sewot.

Navy berdecih tidak suka, ia menghentak-hentakan kakinya sembari berjalan menghampiri kursi kebanggaan yang sudah ia hak patenkan menjadi miliknya seumur mati. Seumur hidupkan sudah mainstream maka dari itu Navy memilih menjadikannya seumur Mati biar antimainstream katanya.

Saat Navy sudah mendaratkan bokongnya dengan mulus dan selamat tanpa cedera sedikit pun. Ia langsung meraih centong nasi, kemudian menyendokan tiga centong nasi sekaligus ke atas piringnya. Mengambil saus sambal terasi, ikan asin tanjan, daun singkong yang sudah di rebus, dan terakhir pete yang menggugah selera makannya.

Tanpa menghiraukan anggota keluarganya yang menatap Navy heran, Navy dengan santainya memakan makanannya dengan lahap tak lupa sebelah kaki yang ia tekuk ke atas. Sesekali remaja laki-laki itu menjilati jari jemarinya yang di hinggapi remahan Nasi.

Melihat gaya makan Navy yang tidak pernah berubah sejak kecil, Mona hanya menggelengkan kepalanya. kemudian, Mona pun menyuruh kelima anaknya yang lain dan suaminya untuk kembali melanjutkan acara sarapan mereka yang terpotong karena kedatangan Navy. Sesekali bibir tipis wanita cantik itu melengkung, melihat betapa Absurdnya cara makan Navy.

Ia melirik suaminya--Jiwoon yang tampak khidmat menikmati Sandwich selai kacang, sesekali lelaki berdarah Korea itu menyesap kopi panasnya dengan mata yang fokus membaca koran.

Hening merajalela. Baik diantara mereka tidak ada yang membuka suara. Hanya ada dentingan sendok yang beradu dengan piring menjadi pemecah keheningan.

"Nav, lo laper apa doyan? Tiga centong nasi langsung ludes sekaligus." heran Gavin--kakak pertama Navy.

Sebelum menjawab, Navy bersendawa terlebih dahulu. Mana kencang dan...

"Anjir lo kalo mau bersendawa jangan di deket gue, bego. Bau pete." Sewot Vano yang langsung menutup hidungnya menggunakan Tangan. Ingatkan jika tadi Navy baru saja memakan pete? Memang selera makan setiap anggota keluarga Rayannaka itu berbeda-beda. Jiwoon dengan Sandwichnya, Mona dengan nasi gorengnya, Gavin dan Demi dengan daging ayam yang di jadikan lauk wajib di setiap makan mereka. Gevan, Dami dan Vano yang menjadikan sayuran sebagai menu wajib mereka. Dan ini yang paling beda diantara semua. Navy dengan Asin, Sambal, lalapan, dan pete yang tidak boleh absen dalam menu makannya. begitulah Navy dengan segala tingkah polah dan kesederhanaannya.

"Ya mangap, keceplosan gue." Ucap Navy sembari cengengesan.

"Maaf Nav, maaf bukan mangap. Lo pikir ikan di daratan yang mangap-mangap." Navy mengangguk saja menanggapi Koreksian Demi.

Mona menggeleng mendengar pembicaraan diantara anak-anaknya. Ia dengan telaten membereskan bekas sarapan anggota keluarganya, dengan terlebih dahulu menumpuk piring-piring kotor yang sudah tandas isinya. Lalu membawanya ke dapur.

Sepeninggal Mona. Jiwoon melipat koran yang telah selesai ia baca, kemudian laki-laki paruh baya yang masih terlihat tampan di usianya yang sudah kepala tiga itu menatap satu persatu wajah anak-anaknya.  Hingga atensi ayah enam anak itu tertuju pada si bungsu yang tengah menandaskan segelas susu pisang miliknya.

"Dek." Panggil Jiwoon. Mengundang atensi dari Gavin, Gevan, Dami, Demi, Vano minus Navy.

"Dek." panggil Jiwoon lagi.

Navy menyimpan gelas yang sudah kosong isinya ke atas meja. Lalu menaikkan sebelah alisnya bertanya. "Appa manggil aku?."

Mendengar pertanyaan seperti itu, membuat Jiwoon mendengkus sebal. "Bukan, tapi manggil anak kecil di belakang kamu."

Tubuh kurus Navy menegang seketika saat Jiwoon berkata seperti itu. Dengan perlahan Navy pun membalikkan tubuhnya ke belakang, namun tidak ada siapa-siapa di sana. Membuat Navy yang sudah di lingkupi rasa Parno langsung terlonjak memeluk Vano dengan posisinya yang duduk di atas paha sang kakak.

Vano yang sedang meminum air putih langsung tersedak saat itu juga. Bahkan air putih yang belum sepenuhnya turun ke kerongkongan terciprat kemana-mana, saking kerasnya ia terbatuk.

Bukannya khawatir atau bagaimana melihat wajah putih sang kakak yang memerah akibat tersedak, Navy malah mengalungkan lehernya ke leher sang kakak, kencang. Membuat jalur pernapasan Vano sedikit tersumbat.

"Nav-vy beg-bego lep-lep-pas." Ucap Vano sembari berusaha melepaskan tangan Navy dari lehernya. ayolah tadi dia tersedak sekarang dia kesulitan Nafas. Dan siapa penyebabnya? Maka jawabannya adalah tuan Zennavy yang terhormat.

"Dasar adik laknat." Umpat Vano di sela-sela usahanya melepaskan diri dari kungkungan Navy.

"Adek lepas itu bang Vano nya. Wajahnya udah merah gitu." Mendengar suara Mona yang mengintruksi. Navy pun melepas pelukan nya kemudian cengengesan tak jelas sembari berpindah posisi menjadi duduk kembali di kursi kebanggaan.

"Maaf ya bang hehehe."

"Hehehe." Balas Vano seraya mendelik kesal. Dengan raut di tekuk dan luar biasa keruh, Vano menyambar segelas susu kedelai yang akan di minum Demi kemudian menegaknya hingga tandas. Tanpa memperdulikan pelototan Demi yang di tunjukan padanya.

"Salahin Appa tuh Bun. Masa tadi Appa nakut-nakutin Adek. Bilang ada Anak kecil di belakang adek." Adu Navy.

Mona menghela nafasnya pelan. Lalu tatapan wanita itu bergulir pada Jiwoon. "Habisnya sih yank. Aku panggil Adek. Adek ga nyahut mulu." Tak ingin di salahkan atau di hakimi oleh istri tercinta, Jiwoon pun memberikan Alasan.

"Yank yank yank. Appa pikir bunda yangyang aktor China apa." Gerutu Navy.

Jiwoon mendelik. Mulutnya terbuka hendak memberikan balasan pada mulut anak terkecilnya itu. Namun suara Mona yang terdengar memanjakan telinga Jiwoon membungkam mulut Jiwoon saat itu juga.

"Udahlah Mas. Mending sekarang kamu pergi ke kantor deh. Keburu siang, entar kejebak macet lagi. Bukannya kata kamu, pagi ini ada Rapat sama klien kamu kan?."

Jiwoon mengangguk pasrah, ia kemudian berdiri dari singgasananya seraya merapihkan jas hitam yang melekat begitu menawan di badan Atletis Jiwoon. Setelah mencium kening sang Istri dalam durasi singkat dan setelah keenam putranya menyalimi tangannya, Jiwoon pun berlalu pergi menuju kantor.

****