Chereads / 12.12 | END | / Chapter 54 - Story 54 : Refreshing.

Chapter 54 - Story 54 : Refreshing.

Andara mengoleskan bedak tipis pada wajahnya. Andara juga menambahkan pelembab bibir agar tidak terlalu kering. Andara tersenyum di depan cermin dan mengangkat ibu jarinya tinggi-tinggi.

Andara melirik jam yang masih menunjukkan pukul 09.00. Oh, iya, mulai hari ini sekolah diliburkan. Siswa hanya tinggal menunggu hasil ujian mereka. Yah, Andara tidak terlalu khawatir dengan itu, Andara cukup tenang untuk saat ini.

Hanya tinggal beberapa menit lagi sebelum Algar datang menjemputnya. Algar mengirim pesan jika ia akan menjemput Andara pukul 09.30, Andara masih memiliki waktu 30 menit lagi.

Andara termenung menatap pantulan dirinya di cermin. Apa yang bisa Andara lakukan untuk menghabiskan 30 menitnya? Andara merasa sangat bosan.

Andara merasa otaknya sudah tidak bisa memberikan ide lagi, hanya satu yang bisa Andara lakukan, foto. Andara akan berfoto untuk menghabiskan waktunya. Siapa tahu ia akan mendapatkan foto yang bagus, kan? Kalau diingat-ingat, Andara sangat jarang sekali mengambil foto dirinya sendiri.

Tanpa Andara sadari, 30 menit sudah berlalu. Memang, jika cewek sudah foto itu waktu tidak akan terasa.

Andara yang mendengar klakson motor segera membuka pintu rumahnya. Andara tersenyum kecil pada Algar. Andara memperhatikan lelaki itu dari atas sampai bawah. Andara sedikit tersipu, pakaian apa pun jika dipakai oleh Algar akan sangat cocok.

"Udah siap?" tanyanya. Andara mengangguk kecil. Bahkan Andara sudah siap dari 30 menit yang lalu, hehe.

"Udah, yuk!" Andara menaiki motor Algar. Kalau dipikir-pikir, Algar sama sekali tidak. memberitahunya tujuan mereka hari ini. Algar hanya mengatakan jika ia akan membelikan Andara gulali.

Yah, kemana pun tak masalah jika Algar akan mentraktirnya. Andara sudah lama tidak memakan gulali soalnya, hehe.

Algar memarkirkan motornya di suatu taman bermain yang lumayan jauh dari kediaman Andara, mereka membutuhkan wakti setengah jam lebih untuk sampai di sana. Andara turun dari motor Algar kemudian memperhatikan taman itu dengan teliti. Dilihat dari manapun, taman ini seperti taman anak tk, namun sangat besar!

"Gar, ini taman bocah, kan?" Algar menaikkan satu alisnya kemudian menaik-turunkan kedua bahunya.

"Masuk dulu, baru komen." Andara sejujurnya kesal dengan ucapan Algar itu, tapi Algar benar. Andara dan Algar memasuki kawasan taman.

Taman itu bisa dimasuki hanya dengan membeli sebuah tiket. Harga tiketnya pun sangat terjangkau. Andara membulatkan matanya ketika memasuki taman itu. Kalian tahu? Taman ini benar-benar seperti dunia impian yang sangat Indah.

Andara memutar pandangannya. Sepertinya tidak seindah yang dibayangkan karena ... sangat banyak orang pacaran di sini dan Andara sedikit tidak menyukai itu.

"Banyak banget yang pacaran, sih!" gerutu Andara kesal. Algar menaikkan kedua alisnya.

"Tapi, kan, kita juga pacaran. Emang kenapa?" tanya Algar balik.

"Tetep aja gue risih, tau, gak?!" Andara memutuskan untuk jalan di depan Algar. Algar hanya memperhatikan punggung kecil itu kemudian tersenyum kecil.

"Gar, itu abang gulalinya!" ucapnya heboh. Algar mengikuti arah yang ditunjuk Andara kemudian mengangguk.

Algar menyambar tangan Andara, lelaki itu menggenggam tangan Andara hingga keduanya sampai di penjual gulali. Andara yang menyadari hal itu hanya terdiam sambil menundukkan wajahnya.

"Ra?" Andara tertegun kemudian mendongakkan wajahnya.

"Eh, iya?" jawabnya seperti orang yang kebingungan. Dasar Andara.

"Lo mau yang mana? Lo bebas pilih yang lo suka," lanjut Algar membuat Andara terdiam dan berpikir sejenak. Gulalinya terdiri dari banyak warna yang cerah, andara jadi bingung harus memilih yang mana.

Setelah lima menit berlalu, Andara merasa sangat senang karena bisa memakan gulali lagi setelah sekian lama. Entahlah kapan terakhir kali perempuan itu memakan gulali, pokoknya sudah sangat lama.

"Gimana?" tanya Algar. Andara menaikkan satu alisnya.

"Gimana apanya?"

"Rasa gulalinya lah, bego." Andara menatap Algar kesal kemudian merubah rautnya menjadi tersenyum.

"Enak, kok. Thanks, ya." Algar tersenyum kecil kemudian mengelus punggung tangan Andara, sangat terasa hangat dan lembut sehingga Algar menyukainya.

Algar kemudian menggenggam tangan perempuan itu sangat erat.

"Lo tahu?" Andara terdiam menunggu kelanjutan Algar.

"Papa pernah nanya ke gue, tentang kelanjutan pendidikan gue. Dia ngasih pilihan, kuliah di dalem negeri atau di luar negeri. Mama gue ngusulin gue untuk kuliah di luar negeri. Menurut lo sendiri, gue harus milih apa?" Andara terdiam. Mendengar Algar berbicara seperti itu entah kenapa membuat hati Andara sedikit berdenyut.

Jika Algar akan kuliah di luar negeri, itu artinya ia akan menjalani hubungan jarak jauh antar negara, kan? Andara membayangkannya saja sudah ingin menangis. Andara sangat tidak ingin Algar jauh darinya. Andara menghembuskan napasnya kemudian tersenyum kecil seraya menatap Algar.

"Lo harus milih apa yang terbaik buat lo. Lo harus mikirin untuk masa depan nanti. Apa pun yang lo pilih, pasti gue akan selalu dukung lo, kok." Algar terdiam sejenak.

"Lo yakin? Kalau gue kuliah di luar negeri nanti, kita bakal LDR-an." Andara ingin sekali mengatakan 'tidak', sayangnya Andara harus mendukung lelaki itu untuk masa depannya yang lebih baik.

"LDR-an bukan berarti kita putus kontak, kan? Kita masih bisa saling berkabar dan itu udah cukup," jawab Andara. Andara merasakan matanya yang sudah berkaca-kaca. Andara merasakan jika genggaman tangan Algar lebih erat.

"Gue gak mau jauh dari lo, ra. Gue mau setiap hari ketemu sama lo, kayak sekarang. Gue gak akan ngebiarin lo sendirian. Gue akan milih kuliah di dalem negeri." Andara tertegun.

"Ta-tapi, masa depan lo itu lebih penting, gar." Algar menaikkan satu alisnya.

"Kuliah di dalem negeri bukan berarti gak punya masa depan, kan?" Andara tersenyum kecil. Mendengar Algar mengatakan itu entah kenapa membuat Andara tenang. Ternyata yang takut kehilangan tidak dirinya saja, Algar juga memiliki rasa itu.

"Gue akan dukung apa pun keputusan lo!" Algar membalas senyuman Andara dengan sangat lembut.

Algar memang ingin menuruti mamanya, yaitu berkuliah di luar negeri, namun Algar masih sangat berat hati bila harus meninggalkan Andara dan keluarganya. Algar ingin terus berada di dekat Andara, itu saja sudah cukup baginya.

Algar tidak tahu sejak kapan ia mulai menyukai ketika dirinya berada di dekat perempuan itu. Setiap berada di dekat Andara, Algar selalu merasa nyaman.

Ya, sepertinya pilihan final Algar adalah berkuliah di dalam negeri dan akan terus berada di dekat Andara. Algar juga tidak melupakan jika ia masih harus melindungi Andara dari Elvan.

Meskipun keadaan sekarang baik-baik saja, Algar tidak boleh lengah karena lelaki itu sangat berbahaya. Algar mengencangkan genggaman tangannya, Algar tidak ingin melepas Andara begitu saja. Algar tidak ingin kehilangan Andara.

Algar pasti akan melakukan apa pun untuk melindungi Andara dari lelaki kejam bernama Elvan. Oleh karena itu, Algar masih harus terus berada di dekat Andara.