Chereads / 12.12 | END | / Chapter 55 - Story 55 : Perpisahan.

Chapter 55 - Story 55 : Perpisahan.

Seperti yang sudah disepakati bersama, angkatan Andara akan berkemah saat perpisahan. Hari ini adalah hari di mana perpisahan itu tiba, Andara bangun sangat pagi untuk menyiapkan segala perlengkapannya.

Andara semalam hanya berbicara dengan Algar lewat telepon hingga jam menunjukkan pukul 21.00 kemudian Andara memutuskan untuk menutup teleponnya dan beristirahat.

Saat ini, pukul 04.15, Andara sudah terbangun. Perempuan itu sedang mengemas barang-barang yang mungkin ia butuhkan nanti. Andara memasukkan beberapa pakaian dan barang-barang ke dalam koper besarnya. Andara juga tidak melupakan jaket karena sepertinya udara malam di hutan akan sangat dingin.

Andara juga tidak lupa membawa alat make-upnya, itu adalah yang terpenting karena mereka akan mengadakan sesi foto bersama untuk kenang-kenangan.

"Nah, udah siap semua," monolognya seraya mengunci koper besarnya yang sudah terisi.

Andara beralih menuju dapur rumahnya, perempuan itu berniat untuk membawa bekal dan membuat sarapan. Andara memasak cukup banyak, sehingga Andara dapat menyisihkannya untuk bekal di perjalanan nanti.

Waktu menunjukkan pukul 05.00, Andara memilih untuk sarapan dan menyiapkan penampilannya. Oh, iya, Andara akan berangkat menuju halte bus bersama Algar. Mereka berkumpul di halte bus dan menggunakan bus sebagai kendaraan yang akan membawa mereka menuju ke lokasi perkemahan.

Algar akan sampai 30 menit kemudian, Andara masih memeriksa setiap barang bawaannya.

Andara kemudian mengambil sebuah pigura yang berisi foto bundanya. Andara tersenyum kecil dan memeluk pigura itu. Andara percaya jika bundanya selalu memperhatikannya dan menjaganya dari sana.

Andara yang mendengar klakson motor langsung meletakkan kembali pigura bundanya setelah ia mengucapkan salam perpisahan. Andara langsung membuka pintu rumahnya dan mendapatkan Algar dengan tas punggung besarnya.

Mereka berangkat dan sampai tepat pukul 06.00. Algar menghampiri Rio dan Revan sementara Andara hanya mengekori lelaki itu.

"Widih, pagi-pagi ada yang udah jalan bareng aja, nih!" canda Rio. Algar hanya mengabaikan ledekan teman-tan laknatnya itu.

"Kira-kira kita perjalanan berapa jam?" tanya Algar. Rio dan Revan mengingat apa yang guru mereka katakan kemarin.

"Kayaknya sih 5 jam. Kalo gue gak salah kemaren pak Roni bilang 5 jam," jawab Rio. Algar hanya ber'oh' ria.

Kemudian para guru meminta siswa berbaris rapi dan mulai mengabsen setiap kelas. Algar berbaris di belakang Andara. Setelah selesai mengabsen, para guru membagikan nomor bus untuk setiap kelasnya, para siswa bebas memilih pasangan duduk mereka. Algar memilih Andara, sementara Andara hanya terdiam. Andara tidak bisa mengelak jika ia juga ingin duduk bersama Algar.

"Yo, van, udah lo berdua aja," ucap Algar pada keduanya. Rio dan Revan saling bertatapan.

"Gue ga maho, njir."

"Gue juga, njir." Algar menghela napas berat.

"Yaelah, gue gak bilang lo berdua maho, anjir. Lo berdua duduk bareng aja di belakang gue, jadi kita bisa ngobrol bareng," lanjut Algar. Rio dan Revan mengangguk paham dan akhirnya mereka setuju.

♡♡♡

Perjalanan sudah berlalu selama 2 jam. Andara merasakan matanya yang mulai berat, Andara berpikir untuk tidur sejenak karena perjalanan masih akan berlanjut selama 3 jam kedepan.

Algar terkejut karena sesuatu yang menyentuh bahunya. Algar mengira jika Rio dan Revan yang berada di belakangnya itu menjahilinya dan Algar sudah berniat untuk memarahi mereka. Baru saja Algar menoleh, emosi lelaki itu langsung menghilang ketika mengetahui apa yang menyentuh bahunya, itu adalah kepala Andara. Sepertinya perempuan itu tengah terlelap dan tidak menyadari jika kepalanya menyentuh bahu Algar.

Algar mengulurkan tangannya kemudian mengusap puncak kepala Andara. Algar berharap jika perempuan itu dapat tertidur dengan pulas.

3 jam telah berlalu dan Andara benar-benar tertidur pulas. Algar menggoyangkan tubuh Andara sedikit untuk membuat perempuan itu terbangun karena mereka sudah sampai di lokasi perkemahan.

Andara perlahan membuka kedua matanya, perempuan itu mengucak matanya.

"Kita udah sampe?" Algar mengangguk kecil.

"Udah. Kita dikasih waktu 10 menit buat diriin tenda. Yuk!" Andara mengekori Algar dan turun dari bus tadi.

Setelah mereka mendirikan beberapa tenda, guru memberikan nama-nama kelompok yang akan tidur dalam satu tenda, kelompok itu juga berguna untuk bermain games nanti.

Andara mendapatkan kelompok dua perempuan termasuk dirinya, dan dua lelaki termasuk Rio di dalamnya. Algar mendapatkan kelompok dua perempuan dan dua lelaki yaitu dirinya dan Revan. Algar dan Andara berbeda kelompok, untunglah masih ada Rio di kelompoknya, jadi Andara tidak terlalu merasa sendiri.

Pukul 20.00 mereka mengadakan acara api unggun seperti biasa. Andara hanya duduk di samping Algar sambil memeluk dirinya sendiri. Kalau kalian tidak tahu di sini sangatlah dingin! Andara saja sampai memakai jaket tebal, untunglah perempuan itu membawanya.

Para guru mengatakan jika mereka telah menyiapkan sebuah game untuk tengah malam nanti, sepertinya para siswa diajak untuk tidak tertidur hingga pagi nanti, huft. Yah, karena ini perpisahan dan mungkin ini menjadi kenangan terakhir Andara bersama teman-temannya, jadi Andara tidak terlalu memasalahkan hal itu.

Gamenya cukup mudah, para siswa dianjurkan untuk menemukan sebuah clue yang tersebar di hutan besar ini. Setiap kelompok diberikan peta dan rute yang berbeda-beda. Setelah mereka menemukan clue, mereka harus menuju pemberhentian sementara dan menebak jawaban dari clue yang sudah diberikan tadi. Terus seperti itu sampai finish.

Game akan dimulai pada 23.30. Sambil menunggu, para siswa dipersilahkan untuk memakan bekal yang mereka bawa. Banyak juga acara yang disediakan sambil menunggu gamenya dimulai.

Bagi Andara, ini cukup menghibur.

Beberapa jam telah berlalu, waktu masih menunjukkan pukul 22.00, itu artinya masih ada kurang lebih satu jam lagi sampai gamenya dimulai. Jujur saja Andara sangat menantikan gamenya karena ia baru pertama kali merasakan bermain game di hutan.

Algar mengulurkan tangannya kemudian menggenggam tangan Andara. Andara merasakan telapak tangan Algar yang sangat dingin. Cuaca hari ini memang tidak hujan, namun entah kenapa anginnya sangat dingin, atau karena sudah malam, ya?

"Yo, lo harus jagain Andara. Prioritasin Andara atau lo bayarin semua utang gue di kantin?" Rio menaikkan satu alisnya.

"Iya, iya, pasti gue jagain, kok. Lo tenang aja, Andara bakal aman sama gue." Andara hanya terdiam mendengarkan kedua orang itu berdebat tentang dirinya. Andara tidak terlalu peduli. Toh, dirinya pasti aman karena sekolah sudah menjamin keamanan hutan ini. Tidak akan ada apa-apa.

"Ra, lo denger gue. Lo harus ada di deket Rio apa pun yang terjadi, oke?" Andara mendengus.

"Iya, Algar. Kan kita cuma main game di sekitaran sini doang, gak bakal terjadi apa-apa. Percaya sama gue," balas Andara. Algar terdiam karena menurutnya perkataan Andara ada benarnya.

"Ya pokoknya lo gak boleh kenapa-napa!"