Keesokan harinya, Algar menjalani hari-harinya seperti biasa. Lelaki itu tidak bersemangat seperti biasanya. Algar hari ini akan kembali ke sekolah hanya untuk melihat pengumuman kelulusan dan peringkat siswa terbaik. Untuk barang-barang dan motor lelaki itu sudah Dion jemput kemarin. Untunglah Dion sudah pulang dari perjalanan bisnisnya.
Setelah kemarahan Algar mereda kemarin, Dita langsung menanyakan keadaan lelaki itu dan menenangkannya. Dita sedikit terkejut dengan cerita yang Algar katakan, pantas saja Algar terlihat sangat marah. Dita juga sudah menceritakan kepada Dion tentang Algar yang terlihat seperti itu.
Algar melangkahkan kakinya menuju ruang makan untuk menghabiskan sarapannya. Algar melirik Lidya sebentar kemudian kembali pada makanannya. Algar benar-benar kehilangan tujuan dan berubah hampir seratus delapan puluh derajat. Algar seperti orang yang berbeda, bahkan lelaki itu belum berbicara dengan Lidya sama sekali sejak kejadian 12.12 lalu.
Setelah selesai dengan sarapannya, Algar langsung berpamitan dengan Dita dan Dion kemudian langsung menancap gasnya menuju sekolah.
Sesampainya di sana, Rio dan Revan terlihat menghampirinya, namun Algar mengabaikan keduanya dan terus berjalan lurus menuju ke papan pengumuman.
Rio dan Revan sadar jika Algar masih diselimuti oleh kesedihan dan mereka tidak akan mengganggu itu. Mungkin Algar membutuhkan waktu untuk pulih kembali. Selayaknya seseorang yang baru jatuh cinta dan ditinggalkan oleh kekasihnya yang sangat ia cintai, bukankah itu sangat menyakitkan? Ya, itulah yang dirasakan Algar sekarang.
Algar menatap papan pengumuman itu dengan wajah datarnya. Lelaki itu membulatkan kedua matanya ketika mendapati nama Andara yang berada di peringkat ke-5 dari 200+ siswa. Algar menundukkan wajahnya. Perempuan itu pasti akan sangat senang jika ia masih berada di samping Algar. Mungkin perempuan itu akan jingkrak-jingkrak tidak jelas saking senangnya.
Algar tidak peduli dengan peringkatnya. Selama ia lulus, itu sudah cukup baginya. Tujuan Algar ke sekolah sudah terpenuhi dan kini lelaki itu berniat untuk kembali ke rumahnya.
Rio dan Revan terus memanggil Algar, namun Algar masih mengabaikan itu semua dan memilih untuk kembali ke rumahnya.
Di perjalanan, Algar menghentikan motornya tepat di depan toko buku yang sempat ia kunjungi bersama Lidya dulu. Algar memarkirkan motornya kemudian melangkah memasuki toko buku itu. Algar termenung di depan sebuah buku yang sempat Lidya pilihkan untuk ia berikan pada Andara. Algar mengambil salah satu buku itu.
Algar membalik buku itu. Algar tertegun dengan kalimat akhir yang berada di sampul belakang buku itu.
'Tak ada yang peduli dimana kita setelah kisah ini berakhir nanti, sebuah jurang tak berdasarkah? Atau justru pesisir pantai yang sejuk dan damaikah?
Tak ada seseorang yang berpikir sejauh itu ketika mulai menyukai orang lain. Yang ada hanyalah melakukan dan melakukan. Melangkah dan melangkah. Hanyut dan terhanyut. Gila dan menggila.'
Algar meremas buku itu kemudian membawanya menuju kasir. Algar tidak tahu angin apa yang membuatnya merasa tertarik dengan buku itu. Hanya saja Algar jadi merasa Andara berada di dekatnya jika ia memegang buku itu.
Yah, Algar berakhir dengan membeli buku itu kemudian kembali melanjutkan perjalanannya. Algar sudah memutuskan, setelah ia sampai rumah, ia tidak akan berbicara dan akan mengurung dirinya di kamar. Ngomong-ngomong, Algar belum berbicara sama sekali hari ini, bahkan dengan kasir di toko buku pun.
Algar memarkirkan motornya. Lelaki itu langsung disambut hangat dengan Dita yang sedang menyiram tanaman. Algar hanya mencium tangan wanita itu kemudian berlari ke kamarnya.
Dita merasa jika Algar masih berbeda. Bukan Algar yang sering bicara, sering melucu, sering menghibur, ia adalah sifat lain dari Algar. Algar yang pendiam dan sangat tertutup.
Dita khawatir jika Algar terus seperti itu, kondisinya akan semakin buruk.
Algar mengganti seluruh seragamnya kemudian menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Lelaki itu menatap buku yang baru saja ia beli. Algar tertarik dengan buku itu hanya karena kata-kata di sampul belakang buku tersebut.
Entah kenapa Algar merasa kata-kata itu sedikit menggerakkan hatinya.
Algar jadi teringat kejadian beberapa hari yang lalu, dimana ia membicarakan tentang masa depan pendidikannya dengan Andara. Padahal Algar sudah berjanji pada Andara akan tetap berada di sisi perempuan itu.
Algar meremas bukunya kemudian melemparnya. Lelaki itu benar-benar merasakan suatu perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya, sangat kacau.
Algar beranjak dari kasurnya menuju komputernya. Algar mencari sesuatu yang bisa memperbaiki suasana hatinya, namun tidak ada hasilnya. Algar tiba-tiba saja mengambil ponselnya dan mencari nama Andara. Saat lelaki itu akan memanggil Andara, Algar langsung teringat dengan Andara yang sudah tiada. Andara masih terlalu membekas diingatannya, lelaki itu harus segera mengikhlaskan Andara.
Algar terus mengurung dirinya sampai makan malam tiba. Dita memanggil Algar untuk makan malam bersama, kali ini lengkap dengan Dion bersama mereka. Karena Algar merasa sudah membaik dan ia ingin menyampaikan sesuatu pada Dion, maka Algar menuruti perintah mamanya itu dan langsung menuju ruang makan.
Sesampainya di sana Algar tidak terlalu banyak berbicara, lelaki itu hanya menghabiskan makan malamnya seperti biasanya.
Algar akan menyampaikan sesuatu pada Dion mengenai keputusannya. Algar tidak tahu apakah keputusan ini benar atau tidak. Algar hanya harus lepas dari semuanya dan memulai lembaran yang baru.
"Pa, abang sekarang suka ngacangin Lidya terus, tuh!" adu bocah kecil itu. Algar hanya meliriknya sebentar kemudian melanjutkan makan malamnya.
"Tuh, kan, Lidya cuma dilirik doang! Sebel, deh!" lanjutnya. Dita terkekeh dengan ocehan putrinya itu kemudian mengusap puncak kepala Lidya.
"Mungkin abang lagi ada masalah di sekolahnya, sayang. Kamu jangan gangguin abang terus ya, nanti dia tambah pusing." Lidya melirik Algar kemudian menundukkan wajahnya. Lidya hanya sebal karena abangnya yang tidak asik seperti biasanya. Biasanya Lidya selalu bermain dan bercanda dengan Algar, namun beberapa hari belakangan ini Algar berubah drastis.
Setelah makan malam selesai, Dita mengantar Lidya ke kamarnya dan menemani bocah kecil itu hingga ia terlelap. Di ruang makan hanya menyisakan Algar dan Dion yang tengah bersantai.
"Apa ada sesuatu yang mau kamu sampaikan?" tanya Dion sambil menyeruput secangkir teh hangatnya.
Algar mengangguk kecil.
Algar yakin jika Dion sudah mengetahui masalahnya di sekolah melalui Dita. Algar juga tidak masalah dengan itu. Algar hanya ingin mengatakan keputusannya tentang kelanjutan pendidikannya.
Karena kelulusan sudah diumumkan, maka Algar harus memberikan keputusannya hari ini. Algar berharap jika pilihannya tidak salah dan akan membawanya ke kehidupan yang lebih baik dari sekarang. Algar harus mengikhlaskan kepergian Andara dan mulai memperbaiki suasana hatinya. Semoga dengan keputusannya ini, Algar bisa memperbaiki suasana hatinya.
"Al akan kuliah di luar negeri, pa." Itu adalah kalimat pertama yang Algar ucapkan 'hari ini'.