Chereads / 12.12 | END | / Chapter 56 - Story 56 : Tragedi 12.12 (1)

Chapter 56 - Story 56 : Tragedi 12.12 (1)

12 Desember, 00.30.

Game sudah berjalan kurang lebih 1 jam dan kelompok Andara berhasil menebak setiap clue yang ada, dengan bantuan otak Andara tentu saja itu akan terasa sangat mudah.

Akhirnya kelompok Andara berhasil sampai diclue yang terakhir, mereka menemukan sebuah surat di pohon besar yang berisikan sebuah clue. Rio membaca clue tersebut, kali ini Andara sama sekali tidak mengerti dengan clue tersebut. Rio menanyakan kepala anggota kelompok lainnya dan merekapun menjawab sama seperti Andara, tidak mengerti.

Andara dan kelompoknya memutuskan untuk memutari peta terlebih dahulu sambil mencari-cari jawaban.

Andara memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket. Seperti permintaan Algar, Andara terus berada di belakang Rio dan tidak pernah jauh-jauh dari lelaki itu.

"Ra, lo udah tahu jawabannya?" Andara tertegun kemudian menggeleng kecil, bahkan perempuan itu belum memikirkan apa pun.

"Yah, gimana, nih? Yang lain ada yang tahu, gak?" Rania dan Tejo-anggota kelompok mereka-menggeleng bersamaan.

"Astaga, jo, jo. Sekali-kali pake otak lo ngapa," lanjut Rio hanya dibalas dengan cengiran polos Tejo. Andara hanya terkekeh dengan ucapan Rio tadi.

Tejo salah satu siswa yang tidak terlalu menonjol di kelasnya, jadi mungkin agak sulit. Andara melirik Rania, sepertinya perempuan itu sudah sangat mengantuk. Hal itu terlihat dari wajahnya yang lesu dan tidak lagi bersemangat.

Yah, bagaimana pun juga, mereka harus menyelesaikan permainan ini.

Andara mengedarkan pandangannya sejenak, tiba-tiba saja sebuah tangan menariknya dan menutup mulutnya. Situasi sudah terlalu gelap sehingga Andara tidak bisa melihat siapa yang sudah menariknya. Andara merasakan sesak napas, selanjutnya perempuan itu tidak tahu apa yang terjadi karena pandangannya yang mulai gelap.

"Lo sendiri belom dapet jawabannya, yo?" Rio menoleh ke arah Rania dan berpikir sejenak.

"Menurut gue sih jawabannya Galaksi, menurut lo gimana, ra?" Rio menoleh ke kanan dan kiri berusaha mencari sosok Andara, namun lelaki itu tidak mendapatkan apa pun.

"Ran, tadi Andara ada di belakang gue, kan?" Rania mengangguk kecil.

"Kok dia gak ada? Dia sempet izin pergi sama lo gak?" Rania menggeleng. Rio mulai panik. Jika Algar tahu Andara tidak ada, habis sudah dirinya.

"Mungkin dia cuma buang air kecil. Kita tungguin aja gimana?" usul Rania. Rio mengangguk.

"Kita tunggu dia di sini. Paling 5 menit dia udah balik," jawab Rio. Rio melihat peta yang ada di tangannya. Mereka hanya tinggal jalan lurus sedikit lagi dan mereka akan sampai di garis finish.

7 menit telah berlalu. Tejo menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia kemudian menyentuh bahu Rio.

"Yo, ini udah 7 menit dan Andara belum balik." Rio semakin panik. Lelaki itu mengacak surainya kasar.

"Gimana, nih? Bukannya guru-guru udah mastiin kalau hutan ini aman?" tanya Rania.

"Kita cari Andara sebentar. Kalau dalam 10 menit gak ketemu, kita lapor ke guru, setuju?" Rania dan Tejo mengangguk bersamaan. Mereka mulai mencari dan meneriaki nama Andara. Mereka yakin jika Andara tidak jauh dari tempat mereka saat ini.

Rio berusaha memutar otaknya. Algar pasti akan marah padanya. Ini bukan soal membayar utang atau bagaimana, Algar hanya bercanda soal itu. Jika Rio memberitahu Algar jika Andara tidak ada, bisa-bisa Algar langsung menghajarnya.

"Sialan! Ra ... lo di mana, sih?" kesalnya. Rio kembali melanjutkan langkahnya untuk mencari jejak Andara.

Semoga Andara cepat kembali dan mereka bisa menyelesaikan permainan dengan keadaan kelompok yang utuh.

♡♡♡

Rio, Tejo dan Rania kembali di titik awal mereka setelah selama 10 menit mencari Andara. Tejo dan Rania mengatakan jika mereka sama sekali tidak menemukan jejak Andara. Rio pun juga tidak bisa menemukan Andara.

Rio mengepalkan tangannya kesal.

"Gak ada pilihan lain, kita harus lapor guru!" final Rio. Tejo dan Rania setuju dengan keputusan Rio.

Akhirnya ketiganya menuju pos finish dan melaporkan kepada guru penjaga pos bila kelompok mereka kehilangan satu anggota. Guru pun mengerti dan mulai menurunkan bantuan untuk mencari Andara.

Rio termenung di depan tendanya sambil meremas peta permainan tadi. Padahal Andara sangat menikmati permainan ini, kenapa kejadian ini bisa tiba-tiba terjadi?

Rio mendongakkan wajahnya ketika sepasang sepatu milik seseorang berhenti tepat di depannya.

"Bener apa yang guru-guru bilang?" Rio kembali menundukkan wajahnya kemudian mengangguk kecil. Kalian tahu itu siapa? Dia adalah Algar.

Algar menyambar kerah baju Rio, Algar memaksa Rio untuk menatap lensanya yang tajam.

"Jawab gue, Rio. Bener kalau Andara hilang?!" Rio membuang mukanya.

"Iya. Maaf," lirihnya menyesal.

Algar mengepalkan tangannya, lelaki itu merasakan emosinya yang mulai meluap-luap. Ketika Algar mengayunkan pukulannya dan hampir mengenai wajah Rio, Revan datang dan berhasil menghentikan serangan Algar terhadap Rio.

"Stop, stop!!" lerainya. Algar menghembuskan napasnya kasar kemudian menjauhkan tangannya dari kerah baju Rio.

Algar memutuskan untuk melangkah menjauhi Rio dan Revan. Algar menjauhi mereka dengan tujuan untuk meredam emosinya, Algar sebenarnya tidak ingin menyalahkan Rio karena Algar tahu jika Rio sudah melakukan tugasnya dengan benar.

Algar hanya ingin mendinginkan kepalanya, sudah itu saja.

Sementara Revan berusaha menenangkan Rio dan mengatakan jika itu bukan salahnya. Revan mengatakan jika Algar hanya shock sehingga lelaki itu sangat emosi.

"Lo tenang aja, Andara pasti ketemu, kok." Rio mengangguk kecil kemudian berpamitan dengan Revan, lelaki itu mengatakan jika ia akan menangkan dirinya sejenak.

Para guru pun mulai ikut mencari Andara. Rio berbohong pada Revan, lelaki itu tidak akan tinggal diam, ia akan kembali memasuki hutan dan mencari Andara meskipun hutan sangat gelap dan tidak terlihat apa pun.

Rio kembali ke tempat ia menyadari hilangnya Andara, tidak jauh dari pos finish permainan. Seharusnya perempuan itu hanya akan mutar-mutar saja jika ia tersesat, dan Andara akan mudah ditemukan. Sayangnya perempuan itu tidak memiliki jejak sama sekali, itu artinya ia tidak tersesat dan mencari jalan. Lantas, ke mana Andara sebenarnya?

Rio tidak menyerah, Rio berusaha mencari Andara di jalur game kelompok lain. Meskipun sendirian, Rio sama sekali tidak memiliki rasa takut, hanya Andara yang terus berada di pikirannya. Rio harus menemukan Andra sebelum fajar terbit.

"RA!! LO DI MANA??!" teriaknya. Rio tahu Andara tidak akan menjawabnya, bodohnya ia tetap melakukan itu. Rio berharap menemukan sebuah petunjuk untuk dirinya menemukan Andara.

"RA, KALAU LO ADA DI SINI PLEASE JAWAB!" teriaknya lagi. Lama menunggu, tidak ada jawaban apa pun. Sepertinya Andara memang tidak ada di area game. Di mana lagi Rio harus mencari Andara?

Tiba-tiba saja senter yang Rio pegang mati, sepertinya baterainya habis. Rio membanting senter itu ke tanah. Rio mengacak surainya kesal.

"Sialan!"