Chereads / 12.12 | END | / Chapter 57 - Story 57 : Tragedi 12.12 (2)

Chapter 57 - Story 57 : Tragedi 12.12 (2)

12 Desember, 06.30.

Rio menyerah. Rio tidak bisa menemukan Andara di manapun. Rio kembali ke lokasi perkemahan dan melihat jika guru-guru sudah meminta para murid untuk berbaris. Sepertinya ada suatu pengumuman yang akan disampaikan.

Rio ikut berbaris di barisan kelasnya, di paling belakang. Rio masih diambang-ambang kejadian malam itu. Tidak ada yang janggal dan Andara seharusnya berada di belakangnya.

"Anak-anak, karena kejadian yang tak terduga menimpa kita, maka dengan berat hati, saya selaku kepala sekolah, ingin menyampaikan jika acara perpisahan kita akan dibatalkan. Saya mohon untuk seluruh siswa segera menyiapkan barang-barang kalian. Kita akan berangkat pukul 09.00," jelas kepala sekolah. Rio tertegun. Lalu bagaimana dengan Andara? Apa sekolah tidak akan bertanggung jawab dan meninggalkannya begitu saja?

Baru saja Rio akan menghampiri kepala sekolah, sayangnya Algar lebih dahulu berhadapan dengan wanita paruh baya itu. Rio memutuskan untuk mendengar sedikit pembicaraan mereka.

"Bu, maaf, tapi bagaimana dengan kasus Andara, bu?" Wanita itu mengusap bahu Algar.

"Kami sudah menghubungi tim SAR. Agar tidak ada korban selanjutnya, saya dengan berat hati membatalkan acara perkemahan ini dan kita harus meninggalkan hutan ini," jawab wanita itu. Algar hanya terdiam seraya mengepalkan tangannya.

"Kamu tidak perlu memikirkan apa pun, nak. Kita sudah mencarinya selama berjam-jam, namun tidak menemukan tanda-tanda Andara. Masalah ini biar kita serahkan kepada tim SAR. Ibu akan menghubungi kamu bila pihak sekolah mendapatkan kabar terbaru dari tim SAR," lanjutnya kemudian meninggalkan Algar sendirian.

"Baik, terima kasih, bu ...," lirihnya.

Setelah peninggalan kepala sekolah itu Algar langsung memukul pohon besar yang ada di depannya.

"Sialan! Apanya yang 'tidak perlu memikirkan apa pun'! Gue gak akan bisa tenang sebelum Andara ditemuin!" monolognya.

Rio mendengar itu, sangat jelas. Rio jadi merasa tidak enak dengan Algar. Rio harusnya lebih bisa menjaga kekasih sahabatnya itu, sayangnya ia terlalu lalai.

Rio menyesal. Saat itu ia terlalu terpaku pada jawaban permainan hingga ia membiarkan Andara berada di belakangnya begitu saja.

Masalahnya Andara hilang begitu saja bahkan tanpa meninggalkan jejak. Jika perempuan itu hanya tersesat, harusnya Rio sudah menemukannya karena Rio sudah mencari hampir di seluruh hutan ini. Sialan!

♡♡♡

20 menit sebelum keberangkatan bus, Rio dan Revan menghampiri Algar yang tengah termenung. Rio sudah bertekad untuk meminta maaf lagi kepada Algar, bagaimana pun juga ini adalah salahnya. Revan mendorong punggung Rio untuk lebih mendekat pada Algar. Rio mengepalkan tangannya.

"Gar, sorry, kalau aja waktu itu gue lebih merhatiin Andara ...," lirihnya Algar mendongakkan wajahnya kemudian menyentuh bahu Rio.

"Gak apa-apa yo, manusia pasti pernah lalai. Gue percaya Andara pasti ketemu, kok. Gue juga minta maaf, tadi gue kelepasan emosi," jawab Algar. Rio tersenyum dan mengangguk kecil.

"Yuk masuk bus, bentar lagi jalan," sambung Revan diangguki Rio dan Algar.

Rio dan Revan memasuki bus duluan. Algar menoleh ke arah hutan tempat perkemahan mereka. Algar sangat tidak ingin meninggalkan hutan ini dan masih ingin terus mencari Andara. Namun dengan terpaksa dan berat hati, Algar harus mengikuti ketentuan sekolah dan kepala sekolah.

Algar tetap percaya jika Andara pasti ditemukan. Pasti. Andara tidak mungkin meninggalkannya.

Algar kemudian melangkahkan kakinya menaiki bus. Bus berangkat pukul 09.00, seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya.

Algar menatap bangku kosong di sampingnya. Algar jadi mengingat saat keberangkatan mereka, di mana Andara tertidur dan bersender di bahunya. Algar menyentuh bahunya, sangat terasa kosong.

Algar memilih mendengarkan musik melalui earphonenya karena perjalanan yang mereka tempuh masih sangat jauh.

Algar percaya pada sekolahnya, pasti sekolahnya akan bertanggung jawab. Algar juga percaya pada tim SAR karena mereka adalah orang-orang yang berpengalaman dalam bidang ini.

Rio dan Revan masih duduk di belakang Algar. Kedua lelaki itu sama-sama terdiam. Rio masih tidak menyangka jika hal ini akan terjadi pada Andara. Pastinya Algar sangat bersedih jika harus meninggalkan hutan itu. Sayangnya ia tidak bisa membantah keputusan sekolah.

"Yo, gue boleh tanya kenapa Andara bisa hilang?" Rio menoleh ke arah Revan.

"Gue dan kelompok gue berhasil sampe diclue terakhir. Kita sama-sama pikirin jawabannya. Gue ada di depan bareng Tejo, sementara Rania di belakang gue dan di belakangnya Rania itu Andara. Gue bener-bener ngerasa aman-aman aja waktu itu. Pas gue mau nanyain jawaban ke Andara, tau-tau dia udah hilang gitu aja, tanpa jejak sama sekali. Bahkan kita bertiga udah nyari kemana-mana, tapi tetep aja Andara gak bisa kita temuin. Ini semua salah gue, harusnya gue lebih merhatiin Andara saat itu," jelas Rio panjang. Revan mengusap punggung lelaki itu.

"Ini bukan salah lo, yo. Lo tenang aja, Algar dan gue percaya kalau Andara pasti segera ditemuin." Rio mengangguk kecil. Walaupun begitu, tetap saja, jauh di dalam hatinya Rio merasa sangat bersalah.

Perjalanan berjalan dengan lancar. Mereka sampai di tempat awal keberangkatan mereka pada pukul 16.00.

Algar melangkahkan kakinya menuruni bus. Algar mengambil motornya dan langsung menancap gasnya menuju rumah. Algar sudah tidak memikirkan apa pun lagi, Algar hanya ingin menenangkan dirinya.

Sesampainya, Algar langsung disambut dengan Dita. Algar mencium tangan Dita.

"Lho? Udah balik, bang? Bukannya masih satu minggu lagi?" Algar menggeleng kecil.

"Ada masalah, ma. Perpisahannya terpaksa dibatalin," jawab Algar. Dita menaikkan satu alisnya.

"Masalah? Masalah apa, bang?" Algar terdiam sebentar.

"Pokoknya ada, lah, ma. Al mau istirahat dulu." Algar melanjutkan langkahnya menuju kamar. Algar hanya masih belum siap untuk memberitahukan mamanya tentang Andara yang menghilang.

Algar membanting tas besarnya ke kasur. Algar juga memukul kasur dengan sangat kencang sampai Dita menegurnya, untunglah Algar memiliki alasan yang logis.

Algar kembali memukul kasurnya, namun kali ini dengan pukulan yang tidak terlalu kencang. Algar harusnya meminta tukar dengan Rio sehingga ia bisa lebih menjaga Andara. Sial, Algar menyesal sekarang.

Algar memutuskan untuk membersihkan dirinya dan mendinginkan pikirannya. Algar tidak boleh terlalu memikirkannya dan membiarkan masalah ini ditangani oleh ahlinya. Algar hanya tinggal menunggu kabar dan Algar yakin ada kabar bahagia yang akan disampaikan oleh tim SAR.

Algar tidak menyangka jika kejadian ini akan terjadi. Andara dan dirinya bahkan sudah memiliki rencana untuk jam bebas nanti. Andara berencana untuk melihat sunset dan sunrise bersama Algar. Tapi semuanya hancur dengan kejadian tiba-tiba ini.

Algar akan menemui Rio dam Revan malam nanti. Algar tidak ingin melabrak atau justru mengajak mereka ribut, Algar hanya ingin mendiskusikan kepada mereka tentang masalah ini. Apa yang harus mereka lakukan selanjutnya dan apa saja kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi.

Yah, Algar tetap berharap ia menerima kabar baik, bukan kabar buruk.