Andara melangkah memasuki sekolah dengan hati yang sangat senang dan gembira. Kalian tahu? Selama satu minggu penuh Andara dan Algar belajar bersama dan waktu mereka berduaan jadi sangat banyak. Itu yang membuat Andara sangat senang dan bersemangat hati ini.
Hari ini adalah hari ujian kelulusan. Setelah ujian, sekolah akan diliburkan. Siswa hanya tinggal menunggu hasil dan perpisahan. Kabarnya, saat perpisahan nanti, angkatan Andara akan berkemah di hutan, seperti pasukan pramuka saja, kan? Tapi, memang itu kesepakatannya. Apa pun kesepakatannya tentu saja Andara sangat menantikan perpisahan, walaupun di lain sisi ia merasa sangat sedih karena harus berpisah dengan Algar.
Andara memasuki kelasnya. Pagi-pagi Andara sudah disambut dengan keluhan Algar dan wajah lelaki itu yang sama sekali tidak bersemangat. Andara menghampiri tempat duduk lelaki itu kemudian menyapanya. Andara memberikan semangat kecil pada Algar. Setidaknya, Algar sedikit tersenyum setelah Andara memberinya semangat.
Andara kemudian menuju tempat duduknya dan kembali membuka bukunya. Andara melirik ke arah Rio dam Revan yang ternyata juga sedang membaca buku. Andara melirik lagi ke arah Algar, lelaki itu sedang bermalas-malasan, sangat berbeda dengan kedua temannya. Andara menggelengkan kepalanya. Andara kemudian memutuskan untuk kembali menghampiri Algar dan memberikan buku tebal kepada Algar.
Algar menaikkan satu alisnya.
"Baca!" perintah Andara membuat Algar terdiam. Baca? Setebal ini? Bahkan isinya hampir sampai 500 halaman.
"Baca? Lo yakin? Tebel banget, gila!" Andara melipat kedua tangannya di depan dada.
"Ya, terus? Gue suruh baca, bukan ngapalin," jawab Andara membuat Algar terdiam.
"Mumpung masih ada waktu 30 menit. Buruan baca! Pahamin materi-materi yang menurut lo penting!" Algar terpaksa mengangguk dan membuka buku tebal itu. Melihatnya saja Algar sungguh enggan, namun Algar tidak bisa menolak permintaan Andara karena wajah perempuan itu sangat menyeramkan tadi.
Andara memperhatikan Algar yang sedang membaca kemudian memutuskan untuk kembali ke tempat duduknya. Andara sekarang hanya memperhatikan lelaki itu dari jauh.
Bahkan punggung lelaki itu terlihat sangat sempurna di mata Andara. Astaga.
♡♡♡
Andara mengerjakan ujiannya dengan sangat lancar. Beberapa kali Andara memperhatikan Algar dan sepertinya lelaki itu sangat kesulitan, namun Algar mengerjakan ujiannya dengan sangat jujur. Tidak mencontek.
Pelajaran yang menjadi kelemahan Andara adalah Bahasa Inggris. Andara sudah belajar dengan giat, namun perempuan itu masih suka kebingungan sendiri. Andara menatap punggung Algar, sepertinya lelaki itu sangat lancar dalam. mengerjakan ujian Bahasa Inggris. Apa Algar sangat paham dengan soalnya?
Andara menggigit kukunya. Tidak bisa disangkal jika perempuan itu sedang bingung dengan sebuah soal sekarang. Andara harus berpikir, berpikir, dan berpikir.
Ketika Andara kembali melirik Algar lelaki itu tengah meliriknya dan tersenyum miring pada Andara. Algar kembali menoleh ke arah papan tulis. Apa-apaan itu? Apa Algar sedang mengejeknya? Andara mengepalkan tangannya. Sialan, lihat saja. Andara memutuskan untuk melewati soal yang sulit dan kembali melanjutkan mengisi jawaban pada soal yang menurutnya mudah.
Andara menghela napasnya lega setelah ia berhasil menyelesaikan ujian Bahasa Inggris dengan tepat waktu.
Andara memutuskan untuk beristirahat sebentar ke kantin dan membeli beberapa minuman. Saat Andara akan melangkah keluar kantin, tiba-tiba saja Revan memanggilnya membuat perempuan itu kembali menoleh.
"Ra! Sini gabung sama kita!" Andara menaikkan satu alisnya kemudian menggeleng kecil.
"Udah sini, ra!" lanjutnya. Andara tetap menggeleng. Revan berusaha mencari cara agar Andara mau bergabung bersama ia dan teman-temannya termasuk Algar.
"Kata Algar, kalau lo gabung, dia bakal beliin lo gulali!" Algar menaikkan satu alisnya. Andara terdiam. Gulali? Ahhh, kenapa harus seperti itu sih.
Algar menoleh ke arah Andara kemudian tersenyum miring. Lagi-lagi senyum itu, sangat menggoda dan tidak bisa dilupakan.
Andara tidak terbiasa nongkrong di kantin atau bersama dengan lelaki. Andara hanya tidak ingin kabar yang aneh tentang dirinya menyebar lagi. Oleh karena itu, Andara sangat tidak ingin bergabung dengan Algar dan teman-temannya, tapi kalau dibelikan gulali sih ... Andara tidak bisa menolak.
Andara terpaksa menghampiri ketiganya dan duduk di samping Algar. Andara di tepi dan Algar di pojok dekat tembok. Andara tidak berbicara apa pun, perempuan itu hanya menundukkan wajahnya seraya terus mendengarkan ketiganya berbicara.
"Ra, kenapa diem aja? Ngomong, dong." tegur Rio. Andara mengangguk kecil.
"Gue gak biasa nongkrong kayak gini, tahu, gak?!" omelnya berbisik. Rio dan Revan terkekeh kecil sementara Algar menaikkan satu alisnya.
"Gak apa-apa kali, sekali doang. Dari pada pusing mikirin ujian, mending nongkrong sebentar." Andara menatap Algar terdiam. Andara memang sedikit pusing akibat soal Bahasa Inggris tadi, tapi bukan berarti ia harus bersantai dan tidak memikirkan ujian selanjutnya. Itu sangat tidak boleh!
"Tapi gue gak biasa!" sewotnya. Algar menghembuskan napasnya kasar.
"Ya makanya dibiasain dong, Andara sayang." Rio dan Revan menatap Andara yang terdiam membisu. Kedua lelaki itu tertawa melihat wajah Andara yang memerah. Andara memukul bahu Algar.
"Di sini banyak orang, tahu. Kalau mereka denger gimana?" Algar menaikkan satu alisnya.
"Ya, ya udah. Emang kenapa?" Andara berusaha menahan emosinya. Algar ini memang sangat susah sekali dibilangin. Bikin pusing saja.
"Udahlah, gue mau balik ke kelas aja. Bye!" Andara melangkahkan kakinya kesal meninggalkan kantin sementara Algar hanya menatap punggung perempuan itu yang semakin menjauh.
"Andara terlalu kalem, anjir." Algar menaikkan satu alisnya dengan ucapan Revan barusan.
"Makanya jangan diajak barbar. Biarin aja dia kalem, lebih baik gitu." Rio mengangguk setuju kemudian menempeleng kepala Revan.
"Tuh, dengerin." Revan mengusap kepalanya yang terasa panas.
"Btw, tadi gue asal bilang tentang gulali itu. Gimana?" Algar berdecih kemudian berdiri dari duduknya.
"Tetep gue beliin," jawabnya kemudian meninggalkan Rio dan Revan di kantin. Algar berjalan menuju kelasnya.
Algar melihat dari kaca jendela sosok Andara yang sedang membaca buku. Algar merasa tenang sekali menatap perempuan itu. Begitu tenang dan mendamaikan hati.
Algar melanjutkan langkahnya memasuki kelas dan menghampiri tempat duduk Andara. Algar berdiri di hadapan perempuan itu membuat ia langsung mendongakkan wajahnya. Andara menatap Algar dengan pandangan yang polos. Algar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Besok ... lo mau jalan sama gue?" Andara terdiam sebentar. Besok sekolah sudah mulai diliburkan, sepertinya tidak apa-apa jika ia menerima tawaran Algar.
"Boleh," jawabnya sambil tersenyum. Algar juga membalas dengan senyuman.
"Tentang gulali itu, besok, gue janji." Andara mengangguk paham. Andara tidak menyangka jika Algar benar-benar mengajaknya jalan dan membelikannya gulali, pasalnya Andara tadi hanya ikut nongkrong sebentar saja.
"Gue pegang janji lo." Andara tersenyum diikuti Algar yang mengangguk.
Algar mengatakan jika ia akan menjemput Andara pagi-pagi di rumahnya. Andara menyetujuinya. Perempuan itu sangat-sangat menantikan hari esok.