Chereads / 12.12 | END | / Chapter 52 - Story 52 : Persiapan Ujian Kelulusan.

Chapter 52 - Story 52 : Persiapan Ujian Kelulusan.

Andara melangkahkan kakinya menuju kelas. Hari ini akan diadakan persiapan untuk ujian kelulusan nanti. Siswa akan diberikan beberapa soal yang kemungkinan akan keluar di ujian kelulusan nanti.

Hari ini Andara merasa sangat siap karena otaknya sudah dipenuhi dengan materi dan rumus-rumus yang lumayan rumit. Andara merasa otaknya sudah sangat-sangat penuh.

"Pagi, ra," sapa Algar. Andara tersenyum kecil dan membalas sapaan Algar.

Andara terkekeh ketika melihat wajah Algar yang sangat tidak bersemangat. Sepertinya karena persiapan ujian. Apakah lelaki itu sama sekali tidak memiliki persiapan?

Sebelum jam pertama dimulai, Andara kembali membuka bukunya untuk mengingat materi-materi yang semalam ia hafalkan. Andara berharap bisa mendapatkan hasil yang baik sampai ujian kelulusan yang sebenarnya nanti.

Tapi, jika Andara lulus nanti, bukankah ia akan berpisah dengan Algar? Andara menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan pikiran-pikiran negatifnya.

10 menit kemudian, bel masuk berbunyi dan jam pertama pun dimulai. Kelas cukup sunyi sehingga Andara sangat fokus mengerjakan soalnya. Andara akan memberikan yang terbaik hari ini.

♡♡♡

Algar menatap lembar ujiannya dengan wajah melas. Beberapa saat yang lalu, guru baru saja membagikan hasil dari persiapan ujian kelulusan dan Algar mendapatkan hasil yang sangat-sangat buruk. Ya mau bagaimana lagi, lelaki itu lupa jika hari ini ada persiapan ujian kelulusan, alhasil lelaki itu bermain game semalaman. Saat Algar tiba di sekolah, Rio dan Revan memberitahunya mengenai persiapan ujian kelulusan dan Algar benar-benar menyesal datang ke sekolah.

Rio dan Revan menghampiri tempat duduk Algar dan menertawainya ketika melihat lembar hasil persiapan ujian kelulusan Algar.

"Sumpah, lo goblok banget, anjir." Algar hanya menganggap ejekan Rio sebagai angin lewat.

Revan dan Rio masih tertawa sementara Algar menghampiri tempat duduk Andara. Algar tersenyum kepada perempuan itu.

"Gimana hasilnya? Bagus?" Andara mengangguk kecil.

"Sempurna," jawabnya membuat Algar sedikit minder.

"Lo sendiri gimana?" Algar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yah, lo tahu lah---

"ALGAR DAPET 40, RA!!" teriak Revan tiba-tiba membuat Algar dan Andara terkejut bukan main. Andara menatap Algar kemudian menaikkan satu alisnya. Algar hanya membalasnya dengan cengiran yang polos.

"Serius lo dapet 40?" tanya Andara. Algar terdiam kemudian mengangguk kecil. Andara menepuk dahinya.

"Astaga, lo gak belajar?" Algar menggeleng sambil masih terus memperlihatkan cengiran polosnya.

"Ya ampun, Algar. Mulai hari ini setelah pulang sekolah lo harus belajar sama gue!" Algar langsung mengubah rautnya menjadi lesu sementara Rio dan Revan semakin tertawa terbahak-bahak. Mereka sangat suka melihat Algar tersiksa.

"Lo setuju, kan? Setuju lah, ya, gue gak terima penolakan soalnya," lanjut Andara. Sebuah langkah yang salah bagi Algar menanyakan hasil persiapan ujian kelulusannya Andra. Algar juga tidak menyangka jika teman-temannya akan membocorkan hasil milik dirinya.

Algar terpaksa mengangguk, meskipun Algar sangat tidak menginginkannya. Kalau dipikir-pikir dirinya dan Andara akan berduaan, kan? Yah, jadi itu sedikit menguntungkan Algar karena ia bisa berduaan dengan Andara.

"Gue tunggu pulang sekolah di perpustakaan." Algar mengangguk kecil kemudian berlalu meninggalkan Andara. Andara hanya terkekeh melihat wajah lesu Algar.

Tapi, yah, Andara melakukan hal ini juga untuk membantu Algar. Jika terus menerus mendapatkan hasil yang kurang baik seperti itu bisa-bisa Algar tidak lulus nantinya.

Andara menatap Algar dan teman-temannya yang melangkah meninggalkan kelas. Andara merapikan seluruh bukunya kemudian bergegas menuju perpustakaan. Jam kedua akan dimulai setelah istirahat berakhir, jadi Andara harus mempersiapkan dirinya untuk mata pelajaran ke-2.

♡♡♡

Bel pulang sekolah baru saja berbunyi beberapa menit yang lalu. Andara cukup puas karena hari ini ia mendapatkan hasil yang sangat baik. Baik itu pelajaran pertama maupun kedua.

Andara melangkahkan kakinya menuju perpustakaan. Sesuatu janjinya, Andara akan mengajari Algar beberapa materi agar hasil yang didapat lelaki itu tidak terlalu buruk.

Andara akan menunggu di perpustakaan, sementara lelaki itu akan menyelesaikan kewajibannya terlebih dahulu, yaitu piket.

Kira-kira materi apa yang harus Andara berikan pada Algar, ya? Andara masih belum tahu di mana letak kelemahan Algar dalam belajar.

Entah kenapa, Andara merasa sangat senang melakukan hal ini.

Setelah sampai di perpustakaan, Andara membuka bukunya, hitung-hitung menunggu Algar selesai piket.

Beberapa menit kemudian, seseorang menyentuh bahu Andara. Andara langsung menoleh dan mendapatkan Algar yang sudah berdiri di belakangnya.

"Yuk, mulai!" Algar mengangguk kemudian mendaratkan bokongnya di samping Andara.

Andara menggeser buku yang sedang ia baca agar Algar juga bisa membacanya, mereka berbagi buku.

"Lo harus inget yang penting-penting. Misalnya ini, ini, sama ini." Andara menunjuk beberapa kalimat panjang. Algar hanya mengangguk sambil sedikit-sedikit membaca.

Andara baru saja akan membuka mulutnya kembali, namun Andara sadar jika jarak mereka terlalu dekat dan itu membuatnya salah tingkah. Andara langsung sedikit mundur dan menjauh. Algar menaikkan satu alisnya bingung.

"Kenapa?" Andara kelagapan.

"Eh, engga, kok. Pokoknya lo harus inget yang gue tunjuk tadi. Nanti gue tanya," finalnya diangguki Algar. Andara masih ingin memberikan beberapa materi lagi pada Algar, namun mengingat kejadian tadi membuat pipinya sangat panas.

Andara melirik Algar yang sedang membaca dengan sangat tenang. Tampan, itu pikirnya. Andara menggelengkan kepalanya, ingat kalau saat ini mereka sedang belajar, bukan pacaran.

"Gue udah lumayan paham yang ini. Ada materi yang mau lo ajarin ke gue lagi?" Andara menatap Algar dan mengangguk kecil.

Andara membalik beberapa halaman. Perempuan itu menunjuk sebuah rumus yang sudah ia tandai. Andara bisa menebak jika Algar sama sekali tidak paham dengan rumus itu.

"Rumus apaan, nih? Pusing banget liatnya!" Tuh, kan, Andara bilang juga apa. Andara mengembuskan napasnya berat.

"Ini rumus kecepatan cahaya. Lo harus pahamin dulu, oke?" Algar menaikkan satu alisnya.

"Cahaya aja pake dihitung." Andara melotot ke arah Algar.

"Iya, iya, gue pahamin dulu." Andara mengubah rautnya menjadi tersenyum manis. Algar menggeleng kecil kemudian mulai memahami rumus yang belum pernah ia lihat sama sekali.

Algar melirik Andara sebentar dan mendapatkan Andara juga tengah menatapnya. Mereka beradu kontak mata untuk beberapa saat sebelum keduanya tersadar dan langsung memutuskan kontak mata mereka. Andara merasa salah tingkah, sementara Algar merasakan wajahnya yang sedikit memanas.

Sepertinya berduaan bersama Algar bukanlah pilihan yang tepat. Andara merasa canggung sekarang, sungguh. Tapi Andara sangat ingin berada di dekat Algar karena terasa sangat nyaman.

Andara sangat ingin seperti ini, bahkan Andara berharap jika hari ini tidak cepat berlalu. Mungkin saja kejadian ini tidak akan terulang, kan?

Andara juga tidak akan membiarkan kejadian-kejadian yang lalu terulang kembali. Andara tidak akan salah lagi dalam mengambil keputusan. Andara akan menjaga Algar dan Algar akan melindungi dirinya. Bahkan Algar sama sekali tidak membencinya walaupun Andara sudah membentaknya, bukankah Andara sangat beruntung?