Dengan lembut Lita membelai rambut Alex yang sedang memeluk erat tubuhnya. Jantungnya terus berdebar, fikirannya hanyut teringat hal-hal yang pernah terjadi diantara mereka.
Bukan sekali atau pertama kalinya tangan kekar itu memeluk tubuhnya, bahkan tubuh rampingya seolah sudah terbiasa bersentuhan dengan tubuh perfect lelaki tampan itu.
"Pak, kamu harus kedokter, badan kamu panas banget" ucap Lita rengan raut wajah sangat khawatir.
Alex mendongakkan kepalanya membuat dagunya menempel diperut Lita "aku gak bisa nyetir sekarang, badan ku lemas banget" ucap Alex pelan.
"Kalau gitu, aku telepon kak Angel untuk jemput kamu"
"Enggak perlu, kenapa enggak kamu aja yang anter aku?"
"Aku!? Aku lagi kerja, jam kerja ku selesai malam"
"Kalau gitu, aku gak mau kedokter" manja Alex sambil memendamkan wajahnya lagi keperut Lita dan mengeratkan pelukannya.
Lita mendengus merasa tindakan Alex sedikit kekanakan "kalau gitu aku harus izin kak Angel buat anter kamu"
"Disini aku bosnya, aku izinin kamu kok"
Lita menangkup wajah Alex dengan kedua tangannya "kamu ini..." ucap Lita sambil memandang wajah tampan yang kini dalam genggaman tangannya "... ah benar! anda bos juga disini, ok kalau gitu tolong tetap bayar saya, karena sudah berbaik hati mengantar anda" ledek Lita.
Lita segera melepas pelukan Alex, meraih ponselnya, segera menghubungi Angel.
Alex mendengus memandangi tubuh belakang Lita yang kini sedang bicara serius dengan Angel ditelepon.
"Iya kak, oke nanti aku kabarin lagi, oke bye" ucap Lita pada Angel di telepon. "Huft" hembus nafasnya dalam sambil menatap tajam ke arah Alex.
Alex tersenyum nyinyir "kan aku udah bilang, enggak perlu repot menghubungi kak Angel, akhirnya tetep kamu kan yang disuruh nganter"
"Ok! kalau gitu kita berangkat sekarang" ucap Lita terpaksa bersemangat.
"Aku lemas banget gak bisa jalan sendiri" manja Alex lagi berlagak lemah sambil merentangkan kedua tangannya seolah minta pelukan.
"Hmm... kalo gitu aku harus minta tolong jeng-"
"Enggak! enggak perlu! Cukup kamu aja" tolak Alex ketakutan membayangkan nama miss univers hampir disebut, enggak kebayang kalau sampai tubuhnya dipeluk lelaki kemayu itu "aku cuma mau kamu" ucapnya setengah berbisik sambil tersipu malu.
Lita mesem melihat respon Alex.
"Duh bos manja banget ya kalo lagi sakit" decak Lita geleng-geleng kepala sambil berjalan kesamping Alex, meraih tangan Alex dan membantunya berjalan.
"Kamu yang maksa aku buat kedokter, kamu harus tanggung jawab lah sampe akhir" sambung Alex menegaskan.
"Hemm.. iya iya" balas Lita terpaksa sambil berjalan keluar beriringan dengan si bos yang sedang sakit.
Cklak bruk!
suara pintu terbuka dan otomatis tertutup sendiri.
Semua mata langsung tertuju melihat Alex dan Lita yang keluar ruangan berduaan, tubuh Lita yang terlihat lebih kecil dari Alex kini malah terlihat seperti sedang ada dalam rangkulan Alex bukannya terlihat seperti sedang membantu Alex berjalan.
Setiap pasang mata saling lirik-melirik, mencari tahu jawaban namun enggan bertanya pada yang bersangkutan.
Lita menarik nafas sadar betul akan suasana yang membuat salah faham dimata karyawannya yang lain "kalian jangan salah faham dulu, ini pak Alex lagi sakit, saya cuma bantu dia jalan aja karena badannya lemas" jelas Lita kikuk.
"Ooo" serempak jawaban kikuk dari semua karyawan.
"Lita mau antar saya kedokter" jelas Alex menekankan kepada para karyawannya.
"Jeng Vera tolong handle toko dulu selama saya enggak ada.. Melani, Dian tolong saling bantu ya.. tadi saya sudah izin miss Angel" jelas Lita lagi.
"Oke kak Lita! Pak Alex saya siap banget loh bantuin pak Alex sampe ke mobil! sampe kerumah juga boleh " ucap Jeng Vera menawarkan bantuan dengan nada kemayu manja menggodanya.
"Ooh enggak! enggak perlu jeng, cukup Lita aja yang bantu saya" tolak Alex segera.
Tawa renyah Melani, Dian dan Lita pecah mendengar ucapan Jeng Vera.
"Jeng yang ada pak Alex makin sawan dirangkul sama loe" sambung Melani masih tertawa.
"Udah.. udah.. kasian tuh pak Alex udah pucet banget, langsung pergi aja kak buruan, Hati-hati dijalan ya kak, cepet sembuh ya pak" sambung Dian menghentikan kekisruhan yang dibuat Jeng Vera sambil mendorong pelan tubuh Lita, mengisyaratkan mereka untuk segera pergi.
"Oke, makasih ya semuanya, fighting" ucap Lita dan berlalu pergi meninggalkan toko.
***
(VOC LEO)
Jantungku berdebar kencang, rasanya terlalu aneh namun aku bersemangat, aku merasa bahagia, akhirnya aku punya anak. Hal yang paling aku nantikan selama ini.
Bukan istriku Lita yang sedang mengandung, melainkan wanita lain, yang bahkan belum sah menjadi istriku, tapi aku bahagia karena didalam rahimnya adalah darah dagingku.
Pasti akan lebih sempurna kebahagiaan ini jika Lita istri sah ku yang hamil.
"Ibu harus banyak makan makanan yang sehat, diminum ya nanti vitamin yang saya berikan, ingat jangan terlalu kelelahan, karena usia kandungan dibawah lima bulan masih rentan" ucap dokter menjelaskan.
"Iya dok" sambung Indah antusias, wajahnya dipenuhi senyum kebahagiaan.
Padahal ini bukan anak pertamanya, tapi dia bena-benar terlihat sangat bahagia.
"Bapak juga ya harus siaga selama istri sedang hamil" lanjut dokter sambil tangannya tak berhenti mencatat diselembar kertas.
"Iya dok" jawabku singkat, karena aku merasa sangat gugup sekaligus bersemangat hingga aku tak tahu harus mereapon dan berekspresi seperti apa.
Dokter terus berlanjut menjelaskan tentang kehamilan, menerangkan hal-hal yang belum pernah aku dengar sebelumnya, aku antusias mendengarkan.
Akhirnya waktu pemeriksaan selesai, aku dan Indah menuju apotik yang ada didalam rumah sakit untuk menebus vitamin yang dibutuhkan dalam masa kehamilan.
Tingkah Indah yang selalu manja dan tidak henti menempel disampingku membuatku merasa seolah dia benar-benar istriku, fikiranku terus bercabang, saat ini aku sedang memikirkan bagaimana cara menjelaskannya pada Lita.
Bagaimana reaksinya nanti, apa dia akan menerima Indah yang sedang mengandung anak yang sangat aku inginkan.
Kebahagiaan ku saat ini diselingi rasa sedih dan miris akan kenyataan.
"Sayang, aku mau ketoilet" manja Indah sambil menggelayut dilenganku.
"Yaudah ayo kita cari toiletnya" balasku.
Ternyata tidak jauh toilet dari sebelah ruang pendaftaran.
"Sayang itu toiletnya!" Seru Indah sambil menunjuk kearah toilet.
"Yaudah kamu masuk, aku tunggu disini"
"Iya sayang!" Ucap Indah segera masuk kedalam toilet.
Tidak lama Indah selesai menggunakan toilet.
"Makasih sayang udah sabar nunggu" ucap manja Indah sambil mengelus pipiku dan mencubitnya sedikit.
Kubalas dengan elusan lembut diujung kepalanya "ibu hamil ini lagi manja banget ya!"
"Bukan aku loh yang manja, tapi debaynya nih, hehe" tawanya manja sambil melingkarkan tangannya di lenganku.
Kami segera pergi meninggalkan Rumah sakit.
"Sayang nanti dijalan mampir dulu ya beli makanan, kayanya debaynya kepengen banget makan kue yang ada kejunya deh, nanti kita beli martabak keju ya! hmm.. kayaknya aku mau cheese cake juga deh, kira-kira ada ice cream rasa keju gak ya!" Celoteh Indah senang, sambil membayangkan makanan yang disebutkannya tadi, terlihat jelas dari raut wajahnya.
Sekali lagi tingkahnya membuatku gemas sampai tanganku tak bisa ditahan untuk mencubit hidung mungilnya "yakin itu semua request dari debaynya?! Bukan emang kamu yang mau?!" Balasku sambil tertawa pelan.
"Hehe, itu semua kesukaan aku juga sih" ucapnya lagi sambil senyum lebar.
***