Chereads / AKU TERGODA (21+) / Chapter 24 - Apartemen

Chapter 24 - Apartemen

(Lita Voc)

Kutatap lelaki yang sedang pulas tertidur duduk dijok sebelahku, yah benar dia adalah lelaki yang selalu bersikap menyebalkan, susah ditebak dan selalu semaunya, Alex.

Namun kini yang kulihat hanya wajah polos gantengnya yang tampak lelap dalam mimpi.

Ku hentikan mobil tepat didepan gedung apartemen yang Alex sebutkan tadi sebelum akhirnya dia tidur nyenyak. Alhasil saat ini aku sedang kebingungan harus masuk kearah mana, padahal dia bersikeras akan menunjukkan jalan padaku.

'Apa aku harus membangunkannya?'

Tapi setelah ku amati wajahnya lagi aku tidak tega mengganggu tidurnya.

"Ah baiklah lebih baik aku masuk parkiran dulu" batinku.

Kembali kulajukan mobil yang sedang kukendarai memasuki parkir apartemen yang baru pertama kali kusinggahi ini, meskipun apartemen ini tepat bersebelahan dengan kantor suamiku, baru pertama kali ini aku benar-benar berada didalam gedung ini.

"Hmm- apa ini sudah benar?!" Gerutuku sendirian sambil celingukan meneliti petunjuk tulisan yang mengarahkanku menuju parkir apartemen.

"ergh!" Erang Alex bangun dari tidurnya  langsung meregangkan tubuhnya dengan mengangkat kedua tangannya "apa kita sudah sampai?" Tanyanya sambil menatap kearah luar mobil dengan mata yang masih menyipit belum terbuka sempurna.

"?!...Hemm entahlah... aku bingung harus masuk sampai kemana lagi, tapi sepertinya ini sudah dilantai dua puluh tiga" jawabku masih melajukan mobil dengan pelan, setelah kulirik tulisan di tiang gedung bertuliskan lantai dua puluh tiga.

"Kenapa tidak bangunkan aku?

Aku biasa parkir dilantai dua puluh dua" ketus Alex sedikit kesal terlihat dari raut wajahnya, entahlah apa karena efek bangun tidur atau memang kenyataannya gaya bicaranya selalu sedingin itu dan wajahnya selalu sejutek itu.

"Siapa yang tadi bilang akan mengarahkan jalan? malah tidur pulas, bukan salahku kalau kelewatan" jawabku sebal setelah mendengar ucapannya yang ketus itu.

"balik turun lagi! Sekarang!" Tekannya memberi perintah.

"Iya" jawabku selepas mendengus kesal, kemudian memutar balik kearah sebelumnya. Wah sikap menyebalkannya kumat lagi kan.

'Bener-bener deh, ni orang maunya apa sih, bentar-bentar baik, bentar-bentar ketus, padahal tadi pas ditoko manja nya minta ampun, lupa apa siapa yang dipeluk-peluk tadi, cih' Dumel batinku.

"thanks" tiba-tiba nada suaranya terdengar lembut "maaf udah ngerepotin kamu"

Kulirik kearahnya, sekarang dia sedang memandangiku dengan serius sampai tangan kirinya menyanggah dagunya.

"...?" Aku diam, bingung harus jawab apa. Sampai akhirnya aku malah jadi terkekeh "sama sama bos Q"

"Kenapa ketawa?"

"Yah lucu aja, ternyata bos galak ini moody banget ya, baru beberapa detik tadi nada suaranya kesel karena kelewatan parkirannya, dan tiba-tiba sekarang halus lembut gitu bilang makasihnya, kenapa gak seterusnya aja kalo ngomong lembut dan enak gitu di dengernya" jelasku.

"Oh ya?! Padahal aku merasa biasa aja tuh" ucapnya langsung membuang muka.

"Parkir di 12f aja" sambungnya sambil menunjuk kearah yang dimaksud.

"Oke bos Q" balasku, sambil membelokkan mobil kearah yang dimaksud dan akhirnya selesai kuparkirkan mobilnya.

Kumatikan mesin mobil, dan segera kulepas safetybelt yang mengunci tubuhku.

"Lita!" Ucapnya menahanku yang hampir membuka pintu mobil.

"Hmm... ada apa bos Q?" jawabku sepontan langsung menghadap kearahnya.

"Bos Q, bos Q" gerutunya mengulang ucapan ku dengan muka juteknya.

Aku terkekeh lagi, meledeknya " oke oke! kalau gak mau dipanggil bos Q, ada apa pak Alex?"

"suami kamu orang yang seperti apa?" Pertanyaan yang tiba-tiba tentang Leo dengan wajah serius penuh selidik.

"Ee- mak-sud nya?" Tanyaku terbata bingung, yah terlalu aneh bagiku jika Alex ingin tahu tentang suamiku.

"Suami kamu orang baik atau orang yang brengsek? Itu maksudku" ucapnya menekankan.

"Hah, brengsek! Ya gak lah, dia orang baik, baaiiik banget"

"Oh ya?! Yakin?!" Ucapnya dengan nada sengak.

"yaa- yakinlah,  Suami saya itu orang baik- kok" jawabku canggung karena aneh. Bagaimana tidak orang yang bertanya padaku adalah lelaki yang pernah menciumku, bahkan hari ini sudah tak terhitung lagi dia memelukku, dan dia adalah lelaki yang pernah begitu angkuh ketika kukenalkan langsung kepada suamiku, tapi saat ini tiba-tiba dia bertanya tentang suamiku.

"Kenapa tiba-tiba nanya tentang suami saya?" Tanyaku balik penasaran.

Alih-alih menjawab langsung, Alex hanya menatapku dalam, matanya seolah mengunciku. Apa yang sedang dia fikirkan tentang aku saat memandangku, apa ada yang aneh diwajahku? Hah rasanya terlalu membuatku salah tingkah dipandang olehnya.

Aku merasa tidak nyaman, bola mataku enggan menatapnya balik "ka-kayaknya kita udah sampai deh, lebih baik pak Alex langsung masuk kedalam dan istirahat" ucapku kikuk mengalihkan perhatiannya sambil memaksakan senyum dibibirku.

"Antar aku sampai kedalam" balasnya segera membuka pintu.

" kamu masih pusing?" Tanyaku khawatir.

"Hmm" jawabnya singkat tanpa menoleh kearahku.

"Oke baiklah" aku segera keluar dari mobil, dan langsung menghampirinya yang juga sudah keluar mobil, kemudian memapahnya lagi.

Yah sebenarnya aku merasa sedikit aneh membantunya berjalan disampingku, bagaimana tidak, tubuhnya lebih tinggi dariku, berada disampingnya membuatku merasa seperti aku sedang dalam rangkulannya, bukankah terlihat jelas seperti aku yang sedang dibantunya berjalan.

Kami perlahan menyusuri lorong dan melewati pintu-pintu penghuni lain, sama seperti dimobil tadi, kali ini Alex memandangiku lagi, matanya tak lepas terus tertuju padaku seolah sedang menilaiku.

Aku benar-benar tidak nyaman, kurasa wajahku mulai memerah saking salah tingkah karena nya, sungguh aku berharap kami secepatnya sampai di kediaamannya. Sampai pada akhirnya tibalah ditempat tinggalnya tanpa ada obrolan sedikitpun.

Alex segera menekan digit kode pintunya, dan klek! seketika terbukalah pintu yang ada dihadapan kami.

"Saya antar sampai sini aja pak!" ucapku lantang sebelum melangkah masuk. Dan segera melepas tangannya yang sedetik tadi masih bertopang dibahuku, kemudian menjaga jarak sedikit darinya.

"Kenapa?"

"Saya harus segera balik ke toko, pak Alex bisa kan masuk kedalam sendiri?" ucapku beralasan, yah pada intinya mana mungkin aku ikut masuk kedalam, bukankah hanya akan ada kita ber dua nanti.

Lagi-lagi matanya menatapku dalam, tapi kali ini raut wajahnya seolah kesal. Ah apa aku salah bicara?

"Siapa bilang kamu boleh pergi gitu aja" tegasnya, seketika langsung menarik pergelangan tanganku.

Brak! tertutup sudah pintu apartemen, dan aku pun kini berada didalam bersama dengannya.

Aku benar-benar kaget, tangannya erat menggenggam pergelangan tanganku. Sambil berjalan gagah didepanku seolah menyeretku paksa masuk kedalam.

Bukankah tadi dia terlihat lemah? Bukan kah dia bilang kepalanya pusing? Bukan kah harusnya dia tidak sekuat ini menarikku kedalam?

Apa dia hanya pura-pura?

Segala pertanyaan melayang dibenakku tanpa sempatku memberontak bahkan suaraku seolah tertahan di tenggorokanku larut dalam kebingungan.

Sampai masuklah kami kedalam ruangan yang cukup luas.

Brak cklak!

Alex menutup pintu dan menguncinya. Yah tanpa aku bertanyapun pastinya ini adalah kamarnya, karena ada kasur didalamnya.

"Aku gak akan biarin kamu pergi" ucapnya sambil membelakangiku.

"?... kenapa?"

***

(Voc Alex)

Setelah aku yakin lelaki yang tadi ku lihat adalah suami Lita, rasanya darah ku langsung mendidih.

Bisa-bisanya wanita sebaik ini dapat pasangan berengsek seperti dia.

Semakin aku memandang wajah polosnya yang tidak tahu kelakuan suaminya dibelakangnya, membuatku ingin terus menggenggamnya dan memilikinya.

Takkan ku biarkan hatinya terluka.

"Saya antar sampai sini aja pak!" ucap Lita setelah aku membuka pintu apartemenku.

"Kenapa?"

"Saya harus segera balik ke toko, pak Alex bisa kan masuk kedalam sendiri?" Ucapnya, aku tahu itu hanya alasannya saja, untuk menghindari berdua denganku jika masuk kedalam.

Ah sial fikiran macam apa ini yang terlintas, hati ku benar-benar tidak rela membiarkannya pulang untuk bersama dengan suami berengseknya itu.

"Siapa bilang kamu boleh pergi gitu aja" ucapku langsung menarik tangannya masuk kedalam.

Tanpa berhenti dan menoleh kebelakang, terus saja aku menariknya berjalan masuk kedalam kamarku. Bahkan dia sedikitpun tidak menahan atau memberontak.

Segera ku tutup dan ku kunci pintu kamarku "Aku gak akan biarin kamu pergi" ucapku sambil membelakanginya.