Chereads / AKU TERGODA (21+) / Chapter 28 - Mual Dipagi Hari

Chapter 28 - Mual Dipagi Hari

Setelah rapih mandi dan memakai baju pijama berwarna coklat muda Lita langsung ikut rebah diatas kasur mendekat kesamping suaminya yang sedang sibuk didepan layar laptop.

"Mas..." ucap Lita sambil mengaitkan tangannya ketangan Leo.

"Ada apa sayang?" balas Leo masih sibuk manatap layar yang menjejerkan hasil kerjanya.

"Kamu udah cariin Indah kontrakan?" Tanya Lita.

Leo menghentikan jemarinya yang sebelumnya sibuk menekan tombol-tombol keyboard "loh kan kamu yang minta mereka tinggal bareng kita" ucap Leo sambil menatap wajah istrinya.

Lita mengukir senyum kikuk "iya sih, tapi... gegara tadi lihat kamu dan dia keluar kamar bareng, perasaan aku jadi rada enggak enak, aku jadi mikir yang enggak-enggak deh dari tadi" ucapnya diakhiri dengan tekukan bibirnya yang menandakan gusar.

Leo menelan salivanya setelah mendengar ucapan istrinya, sudah diduga pasti Lita akan membahas tentang hal ini, dan dia tidak bisa berkelit jika dugaan istrinya adalah benar "yaudah nanti aku bilang ke mereka, kalau aku sudah dapet kontrakannya, aku belum sempet nyari karena kemarin kamu kekeh nyuruh mereka tinggal disini" terangnya berusaha setenang mungkin seolah tidak terjadi apa-apa.

"Tapi mas, Indah belum cerita tentang sebab dia yang dipukul dan diusir suaminya, aku jadi pengen kepo, sebenarnya ada permasalahan apa sih mas dikeluarga mereka?" Tanya Lita sambil memandang penuh selidik pada suaminya berharap mendapat penjelasan.

Jantung Leo sontak berdebar cepat, salivanya los lagi tertelan kasar ditenggorokannya. Pandangan matanya gusar seolah mencari alasan namun tak dapat "emm aku juga kurang yakin, aku enggak tahu sayang, aku belum nanya-nanya lagi ke dia" kilahnya enggan menatap wajah Lita, mata Leo seolah sibuk mengoreksi apa yang telah iya kerjakan dilaptopnya.

Lita mengernyitkan kedua alisnya merasa heran dengan jawaban suaminya "masa kamu enggak tahu mas? tapi kenapa hari itu kamu tiba-tiba banget nolongin Indah, terus kenapa Indah minta tolongnya kekamu? Bukan ke Adit atau siapa gitu teman yang lainnya?!" Berondong pertanyaan diucapkan Lita berharap mendapat jawaban yang ia inginkan sekaligus mengurangi rasa penasarannya.

Leo gelagapan menjawab tubian pertanyaan dari istrinya yang kian curiga "ya... aku kan... Leadernya dia sayang, ditambah Adit dan yang lain kan belum pada nikah masih tinggal sama orang tua, makanya Indah cuma kefikiran minta tolong ke aku, gitu" jelas Leo gugup berharap istrinya puas dengan jawabannya.

Lita diam, mencerna penjelasan suaminya, berharap gundahnya terobati dengan segala yang baru didengarnya, berharap fikiran buruknya segera musnah.

"Oo gitu..." mulut Lita sempurna maju mengikuti huruf vocal U diakhir kalimatnya, sambil berfikir untuk menanyakan pertanyaan lain karena masih terasa ada yang mengganjal dilubuk hatinya.

Leo melirik ke arah Lita, berharap tidak ada pertanyaan susulan dari Lita, sampai akhirnya "Mmuach" Leo mengecup gemas bibir istrinya.

"Ish apa sih mas... lagi serius malah nyosor" omel Lita refleks menepuk punggung suaminya.

"Abis bibir kamu gemesin gitu" ucap Leo sambil terkekeh "udah ah dari pada kepoin orang, mending kita bobo yuk" sambung Leo berusaha lepas dari situasi yang hampir membuatnya frustasi sendiri.

Segera Leo meletakkan Laptop ke atas meja samping kasur "whoaam aku ngantuk banget sayang, mau peluk kamu" Leo segera memeluk Lita setelah menguap dan meregangkan tubuhnya sebentar.

"Akh !" Pekik Lita ketika tubuhnya sukses tertindih Leo "ish mas aku masih punya banyak pertanyaan loh!" Kesalnya.

"Hmm aku ngantuk banget sayang, aku mau bobo, besok aja kita lanjut ngebahasnya, oke?!" kilah Leo sengaja bermanja dipelukan istrinya sambil melesakkan wajahnya di dada Lita dengan mata yang sengaja dipejam.

Leo berharap sikapnya seperti ini membuat Lita enggan untuk melanjutkan pembahasan yang sangat ingin dia hindari.

***

Indah gusar sendirian didalam kamar, sambil sesekali memandang anak dan ibunya yang sudah terlelap tidur.

Mulutnya tak henti menggigit ujung jempol tangannya sendiri sambil duduk bersandar dikepala kasur.

Indah sedang berfikir bagaimana tentang nasibnya kedepan, bagaimanapun juga bukankah Leo sudah berjanji akan bertanggung jawab sepenuhnya atas dirinya.

Lambat laun hubungan mereka pasti akan terbongkar juga bukan, tapi dibanding kaget karena hampir ke gep oleh Lita, Indah lebih kesal mendapati sikap Leo yang sangat takut didepan wanita yang dijadikannya rival sekarang.

Indah memendam kesalnya, dia cemburu karena Leo masih sangat mencintai istrinya terbukti dari sikap Leo tadi. Padahal saat ini dia yang sedang hamil anaknya.

Dia merasa muak jika harus sembunyi-sembunyi terus seperti ini, toh perutnya pun pasti akan membuncit dan anaknya pun akan lahir juga.

***

Selasa pagi, Indah bangun dengan gontai turun dari ranjang, tidurnya tidak pulas. Wajahnya terlihat kuyu.

"Hmph, uek" Indah segera menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Morning sickness itu yang selalu dibilang para dokter tentang mual dipagi hari saat sedang hamil.

Indah buru-buru lari keluar kamar menuju kamar mandi dibelakang yang berada dekat dapur.

Kamar mandi dirumah Lita ada dua, yang satu kamar mandi pribadi yang berada didalam kamar utama dan yang satunya lagi kamar mandi belakang.

"Huek... huek" tak henti Indah berusaha menghilangkan mualnya dan berusaha memuntahkan apa yang seharusnya dimuntahkan.

"Indah kamu kenapa?" Lita yang baru masuk ke dapur mencoba menghampiri Indah dikamar mandi yang pintunya tidak ditutup "kamu sakit Ndah?" Tanya Lita khawatir karena memang belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Indah yang masih belum tuntas dengan mualnya, masih belum bisa menjawab pertanyaan Lita "ini akh hueek... hmph hueek"

"Oke tunggu aku ambilin minyak angin dulu ya ndah" ucap Lita seraya berlari menuju kamarnya.

"Ada apa sayang? Kamu lagi nyari apa?" Tanya Leo yang baru keluar dari kamar mandi sambil menatap Lita yang sedang sibuk bongkar laci meja.

"Minyak angin sama obat mas, Indah muntah-muntah dibelakang" jawab Lita yang sudah menemukan apa yang dicari "yaudah aku kasih ini dulu ke Indah ya" sambungnya segera lari meninggalkan Leo yang kini sedang tertegun setelah mendengar ucapan Lita.

"Ini Ndah pake minyak anginnya biar ngilangin mualnya Ndah" ucap Lita dengan langkah cepat mendekati Indah yang sudah duduk dimeja makan.

"Terimakasih ya mba" balas Indah sambil membersihkan mulutnya yang basah dengan tisu.

Indah membuka tutup minyak angin yang sudah diletakkan Lita diatas meja dekatnya dan "hmmph ueeek" bukannya menghilangkan mualnya, Indah malah semakin mual ketika aroma minyak angin menguar keluar, otomatis Indah segera meletakkan botol minyak anginnya sejauh-jauhnya sambil tangan yang satunya mengapit lubang hidungnya.

"Eh loh kenapa Ndah kok malah kamu enggak pake?" Tanya Lita heran melihat respon Indah.

"Bikin Pusing mbak baunya" jawab Indah sambil menahan nafas mengerutkan hidungnya dan menghempaskan tangannya seolah menyibak aroma minyak angin yang masih tertinggal di udara.

Alis Lita mengernyit melihat gelagat Indah "kamu lagi hamil Ndah?" Tanya Lita memastikan.

Indah kaget dengan pertanyaan Lita sampai membuatnya gelagapan "Ee..e...aku kurang tau juga mba" jawab Indah bohong, yah karena hanya Lita yang belum tahu apa-apa dirumah ini.

"Kamu telat datang bulan gak Ndah? Masa kamu enggak tahu sih kalo kamu lagi hamil atau enggak, padahal kamu udah pernah pengalaman hamil Ndah" ucapan polos Lita tanpa sadar menohok untuk Indah.

"Em... aku cuma belum yakin aja mba, tapi memang sudah lama aku telat datang bulan" kilah Indah dengan jantung yang berdebar hebat dan tangan dingin.

"Coba kamu cek dulu Ndah, suami kamu harus tahu loh kalau kamu hamil gini, dia harusnya seneng kalau akan datang buah hati baru didalam rumah tangga kalian" tohokan kedua dari Lita.

Indah menelan salivanya kasar, matanya bergetar memandang Lita yang kini sedang serius bicara sambil menatap dirinya.

"Mau aku bantu untuk bicara ke suami kamu Ndah? Mungkin masalah dalam rumah tangga kalian bisa diselesaikan, tidak mungkin kan suamimu masih tega mengusir istri yang sedang hamil" ucap Lita penuh simpati sambil menggenggam kedua tangan dingin Indah yang sedari tadi terpaut grogi diatas meja makan.