~Halo, semuanya. Saya Mahdania. Ini adalah cerita pertama Saya di Webnovel. Semoga kalian suka dengan ceritanya dan selamat membaca~
***
Seorang wanita tengah bersuka ria di salah satu klub malam yang berada di Ibukota Jakarta, bersama temannya dan beberapa pengunjung lainnya. Tubuhnya yang seksi berlenggak lenggok mengikuti suara dentuman musik yang begitu keras. Ditangannya tak lepas sebuah gelas berisikan wishkey yang sesekali dia sesap.
Dialah Clara Wibisono, seorang wanita berusia 24 tahun. Memiliki paras bak bidadari, tak ada mata pria yang lepas darinya, bahkan jika dia sudah menyunggingkan senyum manisnya. Tentu, pria mana saja akan jatuh hati saat melihatnya. Bagaimana tidak? Dia memiliki tubuh sempurna, kulitnya bagaikan kulit bayi yang baru lahir nan tanpa dosa, begitu halus dan bercahaya.
Namun, untuk mendapatkan semua itu, tentu tidak hanya berdiam diri menunggu datangnya keajaiban dari langit. Tentu perawatan kulitnya pun tak murah dan tak sembarangan. Ya, dia adalah wanita yang selektif untuk urusan kecantikannya. Dan untuk semua itu, biayanya pun tak sedikit. Sekali treatment saja, dia akan menghabiskan uang hingga ratusan juta.
Namun, tak ada rasa cemas, dia bisa dengan mudah mendapatkan uang. Beberapa credit card tertata rapi mengisi setiap ruang di dompetnya, dan dia tak perlu membayar setiap tagihannya. Baginya, tanpa kecantikan, maka tak akan mendapatkan uang, dan tanpa uang tak akan ada kecantikan. Begitulah, keduanya saling berkaitan.
*****
Clara menghabiskan tegukan terakhir wishkey miliknya dan pergi menuju bar. Dia memberikan credit card yang sebelumnya dia ambil dari dalam dompetnya kepada seorang bartender.
"Sedikit banget, Clar," ucap seseorang yang tiba-tiba saja menghampirinya.
Clara melihat orang tersebut dan tersenyum.
Dion, seorang pria tampan yang memiliki tubuh bak seorang atlet. Selain tinggi, gagah pula. Dion adalah Owner dari klub tersebut. Dion salah satu pria yang terpikat akan kecantikan Clara. Namun, sayangnya Clara tak tertarik pada Dion.
"Mau pulang," ucap Clara.
"Mau aku antar? Sepertinya, Kamu terlihat lelah," ucap Dion.
Clara menggelengkan kepalanya yang sebenarnya memang sudah terasa sedikit pusing. Sebetulnya, dia adalah peminum kelas berat. Tak ada kata mabuk dalam kamusnya, dia bahkan sanggup menghabiskan beberapa botol minuman dalam satu malam. Namun, malam ini dia sedikit lelah dan butuh tempat tidur nyamannya untuk merebahkan tubuhnya.
"I am okay," jawab Clara.
Dion mengangguk, memang tak mudah merebut hati Clara. Entah berapa kali dia mencoba mencari perhatian Clara, tetapi Clara tak pernah menganggapnya. Tak ada anggapan lebih selain hanya sebatas teman, meski Dion sendiri menginginkan lebih dari hanya sekedar teman.
Clara mengambil kembali credit card-nya dan bergegas keluar dari klub. Dia masuk ke dalam mobil Mercedez Benz S Class miliknya dan melajukan-nya menuju salah satu apartemen mewah yang berada tak jauh dari klub tersebut.
Sesampainya di apartemen, dia bergegas menuju unit apartemennya yang berada di class penthouse. Dia menekan password apartemennya dan melepaskan heels-nya. Ruangan apartemennya terlihat gelap, tatapi tidak dengan kamar pribadinya yang terlihat terang.
Clara menghela napas dan membuka pintu kamarnya. Terlihat seorang pria tampan, bertubuh tegap tengah duduk bersandar di tempat tidur miliknya dengan sebuah buku yang berada di tangan pria itu. Pria itu hanya menggunakan bathroobs.
"Hai," sapa Clara.
"Ini bahkan masih sore," ucap pria itu sambil melihat jam tangan Richard mille seri limited edition miliknya, yang bahkan seharga dengan mobil milik Clara.
"Aku sedikit lelah," ucap Clara dan masuk ke kamar mandi. Clara membersihkan tubuhnya dan setelah selesai, dia keluar dengan hanya menggunakan bathroobs.
"Masih lelah?" tanya pria itu saat melihat Clara mendekati meja riasnya.
Clara menggelengkan kepalanya.
"Kenapa? Apa kamu menginginkan-nya?" tanya Clara sambil menyunggingkan senyum menggodanya.
Pria itu tersenyum dan bangun dari duduknya. Dia menghampiri Clara dan mengecup kepala Clara sekilas.
"Kita bisa lakukan lain waktu, istirahatlah!" ucap Pria itu dan keluar dari kamar.
Clara masuk ke kamar mandi, membersihkan wajah dan tubuhnya. Setelah selesai, dia memilih berisitirahat dan tertidur. Tubuhnya terasa cukup lelah.
***
Keesokan harinya.
Clara terbangun kala merasakan hangatnya sinar matahari yang menembus kaca jendela apartemen-nya. Dia mengerjapkan matanya, mencoba mengumpulkan seluruh nyawanya yang masih terasa melayang. Kepalanya sudah tak terasa pusing.
Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan kamarnya, terlihat pria yang sama saat tadi malam keluar dari ruang ganti dengan menyeret sebuah koper yang cukup besar.
"Apa kamu akan pergi?" tanya Clara.
"Ya," jawab singkat pria itu.
Clara mendudukkan tubuhnya dengan bersandar di tempat tidur, dia membuka selimut yang dia kenakan dan hanya memakai kimono tidurnya.
"Berapa hari?" tanya Clara sambil berjalan menghampiri pria itu.
"Satu minggu," jawab pria itu sambil sibuk memakai dasi di lehernya.
"Apa kamu tidak menginginkan sesuatu?" tanya Clara sambil mengambil alih memegang dasi pria itu. Bukannya memakaikannya, Clara justru melepasnya dan tersenyum.
Pria itu tersenyum tipis. Dia mengerti maksud Clara.
"Pesawatku dua jam lagi terbang, masih ada barang-barang ku yang belum masuk ke koper. Bantu aku menyiapkannya!" ucap pria itu. Pria itu kembali memakai dasinya, sementara Clara mengerucutkan bibirnya dan membantu mengemas barang-barang ke koper.
"Kamu tahu, melakukan semua ini tidak gratis," ucap Clara saat memasukkan barang terakhir ke dalam koper.
Pria itu tersenyum tipis. Begitulah Clara, melakukan apapun harus mendapatkan imbalan. Apalagi jika bukan perhiasan, gaun mewah, atau barang-barang branded lainnya.
"Lakukan apa yang kamu mau," ucap pria itu.
Clara tersenyum lebar. Memang tak heran dengan pria di hadapannya itu. Pria itu akan memberikan apapun untuk Clara. Uang bukanlah masalah. Sementara Clara tak masalah harus ditinggalkan untuk urusan bisnis oleh pria itu, bahkan jika untuk waktu yang cukup lama. Clara hanya menginginkan uangnya.
Pria itu berjalan sambil menyeret kopernya menuju pintu kamar. Sebelum keluar, dia berbalik dan melihat Clara.
"Lakukan perawatan terbaik untuk tubuhmu," ucap pria itu.
Clara tersenyum dan memberikan tanda 'oke' dengan jarinya pada pria itu. Pria itu pun pergi.
Clara menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur, dia menatap langit-langit kamarnya dan tersenyum.
"Dasar pria! Hanya menginginkan tubuh wanita. Tak apa, aku menikmati uangnya," ucap Clara.
Clara tertawa, dia merasa sudah gila karena menikmati menjadi wanita simpanan. Jika dipikir-pikir, pria itu adalah pengusaha besar. Siapa yang tak mengenal pria itu?
Abraham Sasongko, berusia 30 tahun. Seorang pengusaha di bidang perhotelan yang namanya bahkan sudah masuk di media world sebagai pengusaha muda, sukses, dan berbakat. Selain itu, Abraham juga memiliki ladang batu bara di Kalimantan dan tengah bekerja sama dengan perusahaan milik negara yang tentunya memiliki nilai kontrak hingga ratusan Miliar per-tahunnya. Tentu uangnya tak akan habis bahkan jika Clara membeli sebuah Pulau pribadi dengan menggunakan uang Abraham.