Chereads / Clara (Wanita Simpanan) / Chapter 2 - CWS 2

Chapter 2 - CWS 2

Bram, begitulah nama panggilan yang biasa Clara sebut. Seharusnya Bram bisa menikah dengan wanita yang diinginkan, dan tentu memiliki keluarga yang bahagia. Usianya terbilang muda untuk seorang pengusaha sukses seperti dirinya, dan cukup matang untuk berkeluarga. Sudah dipastikan, banyak wanita yang menginginkan untuk bersanding dengannya. Namun, Bram justru memilih hidup dengan wanita simpanan.

Begitulah status Clara, seorang wanita simpanan. Bahkan hubungan keduanya tak diketahui oleh siapapun, termasuk orang-orang terdekat keduanya.

Jika biasanya wanita simpanan hanya untuk pria beristri, tetapi tidak dengan Clara. Dia bahkan menjadi wanita simpanan dari pria singel.

Clara pergi menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Dia berendam di bathup, menikmati sensasi hangat dan aroma harum rose dari sabun yang ia tuangkan sebelumnya.

'Relaks,' gumam Clara.

Cukup lama dia berendam, dia membilas tubuhnya dan bersiap. Hari ini, dia akan pergi mengunjungi butiknya.

Meski dia memiliki banyak uang dari Bram, tetapi dia pun memiliki sebuah butik. Dia adalah seorang designer cukup ternama di kalangan atas. Dia pun pernah mengambil sekolah design. Saat siang hari dia akan berada di butiknya, dan saat malam hari, dia akan bersenang-bersenang untuk mengobati lelahnya.

Serakahkah dia? Tentu tidak. Baginya, uang segalanya. Uangnya dari butik tak akan mampu mencukupi kebutuhannya yang serba mewah. Dia tak ingin kekurangan uang, dia bahkan tak ingin kehilangan sumber keuangannya.

Tak ada manusia yang tak menginginkan hidup serba mudah,  yang jika menginginkan sesuatu maka akan selalu didapatkan, dan uang lah penentunya. Jika ingin bahagia, maka perbanyak lah uang. Bahkan uang dan status sosialmu lah yang membuat keberadaan mu diakui oleh dunia.

***

Sesampainya di butik.

Clara memasuki butik miliknya yang bernamakan 'Clara's Boutique.' Terlihat beberapa pengunjung yang datang ke sana. Perhatiannya mengarah pada salah satu pengunjung pria yang berpakaian rapi menggunakan stelan jas dan sepatu pantofel yang terlihat mengkilap.

Clara menghampiri salah satu pegawainya.

"Pelanggan baru?" tanya Clara pada pegawainya.

"Sepertinya, begitu, Bu. Dia sudah sejak tadi ada di sini, sepertinya ada yang sedang dia cari," ucap pegawai.

Clara mengangguk dan meminta pegawainya untuk membawa tasnya ke dalam ruangannya. Clara menghampiri pengunjung pria itu.

"Permisi, ada yang bisa Saya bantu? Anda mencari sesuatu?" tanya Clara.

Pria itu melihat Clara dari ujung kaki hingga ujung kepalanya, membuat Clara merasa bingung sendiri.

"Anda siapa?" tanya pria itu.

Clara mengerutkan dahinya, apa iya pria itu tak mengenalnya? Clara Wibisino, namanya cukup dikenal di kalangan atas bahkan hingga artis.

"Ah, ya. Saya ingat, Anda Clara, bukan?" tanya pria itu.

"Ya, ada yang bisa Saya bantu?" tanya Clara sekali lagi.

"Banyak, dan kita tunggu sebentar lagi," ucap pria itu.

Clara mengerutkan dahinya, dia benar-benar bingung dengan pria di hadapannya itu.

Tak lama, datang seorang wanita cantik, bertubuh sintal dan berpenampilan seksi menghampiri pria itu. Clara menghela napas kala melihat wanita itu mencium bibir pria itu.

"Kami akan menikah," ucap pria itu.

"Lalu? Apa yang bisa Saya bantu?" tanya Clara.

"Hei, Anda tidak punya sopan santun? Pengunjung adalah raja, dan Anda tidak membawa kami ke ruangan Anda? Apa benar, bicara seperti ini pada pengunjung? Berdiri seperti ini," ucap wanita itu.

Clara membulatkan matanya, dia merasa tersindir dengan ucapan wanita itu.

"Baiklah, silahkan ke ruangan Saya," ucap Clara dan bergegas menuju ruangannya yang diikuti oleh sepasang pengunjung itu.

"Ini ruangan Anda?" tanya wanita itu.

"Ya, silahkan duduk, dan apa kira-kira yang bisa Saya bantu?" ucap Clara.

"Sempit sekali, pengap," ucap wanita itu.

Clara membulatkan matanya, yang benar saja, ruangan kerjanya dibilang sempit, ruangannya bahkan mampu menampung sepuluh orang wanita seperti pengunjung itu.

"Mohon maaf, jika ruangan ini membuat Anda tak nyaman, tetapi Saya hanya punya satu ruangan kerja," ucap Clara.

"Yang benar saja, katanya designer terkenal, masa memiliki tempat yang sangat tidak layak," ucap wanita itu.

Clara menghela napas dan tersenyum, dalam hatinya dia sungguh kesal. Entah apa maksud wanita itu, Clara bahkan sudah mencoba bersikap ramah padanya.

"Baiklah, kita jadi bicara atau tidak?" tanya Clara.

"Tentu saja jadi, singkat saja. Saya tidak punya banyak waktu," ucap wanita itu.

Clara menghela napas dan tersenyum, wanita itu benar-benar menyebalkan. Bahkan wanita itu yang sudah membuang-buang waktu dengan mengoceh tak jelas sejak tadi.

Plak!

Wanita itu melemparkan sebuah majalah fashion ke meja Clara. Lagi-lagi Clara menghela napas, wanita itu benar-benar tidak sopan, pikirnya.

"Saya, dan kekasih Saya akan menikah. Saya ingin gaun pernikahan yang ada di majalah itu," ucap wanita itu.

Clara melihat majalah itu, di mana di sana terdapat sebuah gambar gaun hasil design-nya yang pernah ia ikut sertakan dalam acara fashion show bersama designer-designer ternama lainnya.

"Kebetulan, gaun itu masih ada, dan tersimpan rapi. Anda bisa mencobanya terlebih dahulu," ucap Clara.

Wanita itu tersenyum lebar, terlihat raut bahagia di wajahnya karena akan mencoba gaun pernikahan impiannya.

Clara mengambil gaun tersebut dan memberikannya pada wanita itu.

"Mari, kita ke kamar ganti," ucap Clara.

Wanita itu mengikuti Clara menuju kamar ganti, dan langsung mencoba gaun tersebut.

Clara menahan tawanya saat melihat wanita itu kesulitan memakai gaun tersebut, gaun itu memang dibuat khusus untuk bentuk tubuh yang sesuai dengan para model, sedangkan wanita itu bertubuh sintal dan tak terlalu tinggi.

"Apa-apaan ini? Kenapa gaunnya kecil sekali?" ucap wanita itu dengan nada kesal.

"Bukan gaunnya yang kecil, gaun itu memang dibuat untuk yang memiliki bentuk tubuh proforsional," ucap Clara.

"Maksud anda, Saya gemuk? Anda menghina Saya?" ucap wanita itu.

"Tidak, tidak. Saya hanya mengatakan yang sebenarnya," ucap Clara.

"Dasar, tidak tahu sopan santun. Kamu tidak kenal Saya, ha? Saya Liora Sasongko, kalau Anda tidak tahu Saya, Anda bisa cari tahu nama Saya di internet," kesal Liora.

"Saya sudah bersabar sejak tadi, tapi Anda justru yang tidak tahu sopan santun," kesal Clara.

"Wah, wah, lihatlah. Ternyata seperti ini seorang designer yang terkenal memperlakukan pelanggannya. Saya tidak akan memakai jasa Anda, designer murahan," ucap wanita itu dan pergi meninggalkan Clara.

Clara mengepalkan tangannya, dadanya bergemuruh. Dia tak terima dengan ucapan wanita itu.

Clara berbalik dan akan meneriakkan umpatan pada wanita itu, tetapi aksinya terhenti saat ponselnya berdering dan terdapat nama Viona di sana.

Clara menjawab telepon dari Viona, sahabatnya dari masih duduk di bangku SMA.

'Ya, Vi,' ucap Clara.

'Kamu di mana, Babe?' tanya Viona.

'Di butik, kenapa?' tanya balik Clara.

'Aku merekomendasikan design mu pada teman ku, apa dia sudah sampai di sana?' tanya Viona.

Clara mengerutkan dahinya.

'Apa mereka sepasang kekasih?' tanya Clara.

'Ya, mereka akan menikah dan sedang mencari gaun pernikahan,' ucap Viona.