Chereads / Clara (Wanita Simpanan) / Chapter 4 - CWS 4 (Warning! Harap bijak memilih bacaan!)

Chapter 4 - CWS 4 (Warning! Harap bijak memilih bacaan!)

Clara melajukan mobilnya kembali ke apartemen. Hari ini benar-benar hari yang menyebalkan baginya. Dia meremas stir dengan kuat mengingat wajah Reino. Dia benar-benar kesal pada pria itu.

Clara memarkirkan mobilnya begitu sampai di basemant apartemen. Dia pun bergegas menuju unit apartemennya.

Dia bergegas menuju mini bar dan membuka sebotol red wine kemudian menuangkannya ke dalam gelas. Dengan sekali tenggak dia menghabiskan red wine di gelas tersebut.

"Brengsek!" umpat Clara.

Setelah 2 tahun terakhir ini dia tak melihat Reino, malam ini dia justru kembali bertemu dengan Reino.

Clara tersenyum getir dan kembali meminum red wine. Tanpa sadar dia meneteskan air matanya mengingat masa lalunya yang begitu kelam. Dia merelakan tubuhnya untuk Reino yang saat itu dia cintai, tetapi Reino justru mengkhianatinya dan tidur dengan wanita lain.

Ha-ha-ha ...

"Kenapa Aku menangisi pria sialan itu lagi? Sudah cukup selama ini dia menghancurkan ku. Aku sudah memulai hidup baruku," ucap Clara.

"Hidup baru? Hidup baru apa? Apa kehidupan seperti ini? Ini bahkan lebih buruk dari masa laluku," ucap Clara.

Clara sadar betul apa yang dia lakukan saat ini adalah sebuah kesalahan, tetapi dia pun tak ingin melepaskan semuanya begitu saja. Dia hancur, hidupnya hancur karena masa lalunya, bukankah sudah kepalang basah?

"Setidaknya, Aku tak memberikan tubuhku dengan cuma-cuma, Aku menikmati segala fasilitas kemewahan yang diberikan," ucap Clara.

Clara mengusap air matanya saat mendengar dering ponselnya. Dia mengerutkan dahinya saat melihat sebuah video call masuk dari Bram. Tak seperti biasanya Bram menghubunginya saat melakukan perjalanan bisnis.

Clara mengambil cermin kecil yang ada di tasnya dan merapikan riasannya. Dia tak ingin Bram bertanya macam-macam karena curiga ia sempat menangis. Selesai memperbaiki riasannya, Clara menjawab video call dari Bram.

'Kenapa? Kamu merindukan ku?' tanya Clara yang tanpa berbasa basi.

Bram tersenyum. Bram terlihat tengah berendam di dalam bathup. Sepertinya ia sudah sampai di London.

"Kamu sudah sampai?" tanya Clara.

"Ya, aku sedang menyegarkan tubuhku," ucap Bram.

"Lalu, kenapa menghubungiku? Tak seperti biasanya," ucap Clara.

"Temani aku berendam," ucap Bram.

Clara mengerutkan dahinya, bagaimana caranya menemani Bram berendam?

"Pergilah ke kamar mandi, dan temani aku berendam. Aku bosan sendirian," ucap Bram.

Clara menghela napas dan mengikuti perintah Bram. Dia pergi menuju kamar dan masuk ke kamar mandi. Dia meletakkan ponselnya di washtafel dan menyenderkan-nya di dinding. Dia pun melepaskan seluruh pakaiannya sehingga kini tubuhnya tak terbalut sehelai benangpun.

Dia mengisi bathup dengan air hangat dan masuk ke dalam bathup.

"Sampai kapan Aku harus menemanimu?" tanya Clara.

"Sampai Aku mencapai kepuasan," ucap Bram.

"Apa? Jangan bilang Aku harus menemanimu untuk--" ucapan Clara terhenti kala Bram memotong ucapannya.

"Kamu membangunkannya saat Aku melihat tubuh polos mu," ucap Bram sambil mengarahkan ponselnya pada bagian bawah tubuhnya yang masih terendam air. Namun masih terlihat sebuah bayangan.

'Astaga, yang benar saja,' batin Clara.

Clara menghela napas panjang kala mendengar permintaan gila dari Bram. Yang benar saja dia harus memenuhi permintaan Bram yang memintanya untuk memuaskan hasrat Bram.

"Apa kita akan bercinta melalui video call?" tanya Clara.

"Ya," jawab Bram.

Begitulah Bram, dia akan bicara seperlunya saja pada Clara.

"Di sini sudah malam, Aku bisa masuk angin karena kedinginan," ucap Clara.

"Ini balasan untuk tas yang Kamu pesan," ucap Bram.

Clara membulatkan matanya, ternyata Bram sudah mendapatkan pesan dari Bank.

Clara keluar dari bathup dan mengambil handuk.

"Mau kemana?" tanya Bram.

"Aku tak ingin bermain di dalam bathup. Aku akan pindah ke kamar," ucap Clara dan memakai handuknya.

"Apa aku menyuruhmu pindah ke kamar? Aku ingin melihat ekspresi mu saat mencapai klimaks di dalam bathup," ucap Bram.

'Ya ampun, dia benar-benar menyebalkan,' gumam Clara.

"Aku mendengarnya," ucap Bram sambil menatap Clara dengan tajam.

Clara pun tersenyum tipis dan membuka handuknya. Dia masuk kembali ke dalam bathup.

"Aku harus apa?" tanya Clara bingung. Dia bahkan tak pernah melakukan hal gila semacam itu sebelumnya.

"Sentuhlah bagian tubuh paling sensitif mu, bayangkan tanganku yang menyentuhmu," ucap Bram.

Clara memejamkan matanya, dia mengikuti perintah Bram dan membayangkan tangan Bram yang menyentuh bagian tubuhnya yang paling sensitif. Clara menyentuh dada sebelah kanannya, di sanalah bagian tubuh Clara yang paling sensitif.

"Keluarkan saja suaramu, jangan di tahan!" pinta Bram.

Clara memejamkan matanya, membayangkan wajah tampan Bram sambil tangannya tak henti menyentuh bagian-bagian sensitif tubuhnya. Hangatnya air yang ada di bathup pun membuat gairah Clara semakin meningkat. Bahkan tanpa Bram mengatakan apapun lagi, Clara justru menjadi asyik berfantasi liar membayangkan kini tengah bercinta dengan Bram.

Tak butuh waktu lama, Clara mencapai puncak kenikmatannya. Dia mengatur napasnya dan membuka matanya melihat Bram yang terus melihatnya dari layar ponsel.

"Aku sudah sampai," ucap Clara.

Bram hanya diam dan terus memperhatikan ekspresi Clara. Dia tak pernah tertarik untuk berfantasi bercinta dengan Clara melalui video call.

"Apa perasaanmu lebih baik?" tanya Bram. Clara pun mengangguk dan tersenyum.

"Kalau begitu, sekarang bilas tubuhmu dan istirahatlah!" ucap Bram.

Clara mengerutkan dahinya, ini bahkan baru beberapa menit saja.

"Apa Kamu sudah puas?" tanya Clara.

"Ya," jawab Bram.

"Benarkah? Secepat itu?" tanya Clara tak percaya. Bagaimana bisa Bram mencapai puncak kenikmatannya dalam waktu sesingkat itu? Clara bahkan tahu betul bagaimana Bram memiliki stamina yang kuat.

"Aku hanya ingin menikmati ekspresi mu saat mencapai puncakmu," ucap Bram.

Clara membulatkan matanya.

"Kamu mengerjaiku?" tanya Clara terkejut.

"Anggap saja begitu," ucap Bram dengan eskpresi datarnya.

Clara mendengus kesal dan mematikan video call tersebut.

'Apa-apaan? Santai sekali dia, seolah tak bersalah sudah mengerjai ku,' gumam Clara.

Clara menyimpan ponselnya dan membilas tubuhnya. Setelah selesai, dia pun keluar menggunakan handuknya dan memakai piyamanya.

Clara menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur. Dia sungguh lelah, bahkan rasa lelahnya melebihi rasa lelah saat bercinta nyata dengan Bram. Kali ini tak hanya fisiknya yang lelah, tetapi pikirannya pun tengah tak baik-baik saja.

Clara melihat jam yang ada di atas lemari nakas. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tak lama dia pun terlelap.

*****

Di sisi lain.

Bram sudah selesai membilas tubuhnya dan memakai pakaiannya. Perbedaan waktu tujuh jam antara Indonesia-London, membuat waktu di London masih menunjukkan pukul empat sore, dan malam nanti dia akan makan malam bersama client-nya untuk membahas suatu pekerjaan.

Bram duduk di sofa dan menyalakan televisi. Dia teringat kembali pada Clara saat pertama kali Clara menjawab video call darinya. Ekspresi Clara terlihat kusut saat itu. Dia tersenyum saat tiba-tiba teringat ekspresi Clara yang terlihat jauh lebih baik setelah mencapai puncak kenikmatannya. Seperti ada sebuah beban yang Clara lepaskan bersamaan dengan puncak kenikmatan yang Clara dapatkan.

Lagi-lagi Bram tersenyum.

Klimaks, salah satu cara wanita melepaskan penatnya, gumam Bram.

Meski Clara tak mengatakan apapun pada Bram, tetapi Bram dapat melihat ada sesuatu yang tak benar saat melihat eskpresi Clara di video call tadi.