Chereads / AKU TERGODA (21+) / Chapter 23 - Scandal Di Rumah Sakit

Chapter 23 - Scandal Di Rumah Sakit

Di saat-saat yang sama ketika Indah dan Leo berjalan mencari toilet setelah selesai menebus vitamin.

(Voc Alex)

Bukan pura-pura, atau sengaja mengambil kesempatan, saat ini seluruh tubuhku sungguh rasanya nyeri, suhu tubuhku juga panas. Tapi aku bersyukur karena ada Lita disisiku hari ini, disaat kondisiku sedang drop dia dengan tulus membantuku.

Yah pastinya ini akibat aku hujan-hujanan kemarin malam, awalnya aku terlalu malas untuk masuk kerja hari ini, karena memang aku benar-benar sakit, namun bagaimana lagi kalau si Kakak ku yang bar-bar itu gak percaya banget kalau adiknya sungguhan sakit.

"Mana KTP kamu?!" Ucap Lita sambil bediri dihadapanku, sekarang kami berdua sedang berada di ruang tunggu pendaftaran Rumah Sakit.

"KTP?" Tanyaku polos dan bingung.

"Iya KTP! aku harus isi formulir pendaftaran, dari pada aku nanya-nanya terus nanti mending langsung lihat KTP kamu" jelasnya yang masih berdiri dihadapanku sambil menengadahkan tangan.

"Ah iya, oke.. tunggu" balasku menurut kemudian segera mengambil KTP ku didalam dompet "ini.. " langsung ku berikan pada Lita apa yang tadi dia minta.

Setelah menerima KTP ku, Tanpa berkata apapun dia segera menuju petugas pendaftaran.

Sedikit aneh, namun aku merasa ini sangat menyenangkan, sudah terlalu lama aku tidak merasa diperhatikan seperti ini, sosoknya saat ini sedikit mengobati luka ku yang tak terlihat.

Sambil menunggu Lita yang sedang mengisi formulir pendaftaran untukku, mataku tak henti memperhatikan orang-orang yang sedang lalu lalang 'ah jadi begini suasana Rumah Sakit' batinku.

Sekilas teringat kenangan masa lalu, ketika pertama kali dan terakhir aku menginjakkan kaki dirumah sakit karena Mamah, hari terakhirnya beliau yang terus berusaha menutupi penyakitnya dari kami semua, sampai akhir ajal menjemputnya.

'Shit!' jantungku terasa sakit jika mengingat semua itu 'aku tak mau ingat itu semua'

Ku alihkan langsung pandanganku kesisi lain, berharap bisa melupakan apa yang baru saja terlintas di benakku.

Satu hal yang membuatku sangat terkejut kali ini, entahlah apakah sosok yang ku lihat ini benar-benar orang itu?!

Aku masih merasa penasaran dengan apa yang kulihat ini, tapi hal yang membingungkan jika memang dia orang yang sama, lantas siapa yang ada disampingnya?!

Mataku terus fokus mengamatinya dari atas kepala hingga kaki 'benar dia suami Lita' yakin batinku, ku lirik ke arah Lita yang masih berbicara dengan petugas pendaftaran, dan bergantian ku lirik ke arah suaminya yang sedang berdiri didepan pintu toilet yang terlihat begitu intens dengan wanita disampingnya.

'Aku harus bagaimana?! Bagaimana kalau Lita melihat mereka berdua? Yah lebih baik kalau dia melihatnya kan?! Yah lebih baik dia tahu kelakuan suaminya' semakin difikirkan malah membuatku semakin frustasi sendiri.

'aah shit... pasti dia akan kecewa dan terluka, no no no bukan ditempat umum gini juga, gimana kalau malah jadi heboh dan ribut antar perempuan?!' Batin ku, sambil menatap bergantian kearah mereka.

Dan yang lebih parahnya sekarang suami Lita malah berjalan mengarah kesini, dan Lita pun sudah selesai melakukan pendaftaran.

Tanpa fikir panjang lagi langsung saja aku berdiri dan memeluk Lita yang baru mau berjalan mendekatiku.

"Hei! apa-paan sih?" ucapnya kaget sambil memukul pundakku.

"Tunggu sebentar, kepalaku pusing jadi biarkan aku bertopang padamu" ucapku beralasan, tidak ada cara lain agar dia tidak terluka saat ini.

"Kalau pusing harusnya kamu tetap duduk, kenapa malah berdiri, Hmm?!" Omelnya.

"Aku penasaran kenapa kamu daftar lama banget" ucapku masih beralasan. Yah setidaknya ini cara satu-satunya agar dia tidak melihat suaminya, karena tubuhku cukup tinggi untuk menutupi tubuhnya dan menghalangi pandangan Lita.

"Hei, ini tempat umum, mending sekarang kamu duduk lagi kalau memang pusing banget"

"Augh!" Rintihku seraya menyentuh ujung kepalaku selepas melepas pelukanku padanya.

Ku tatap wajah polosnya yang penuh kekhawatiran padaku, sampai kedua alisnya berkerut cemas seolah merasakan sakit yang kurasa.

"Sakit banget?! Ayo duduk lagi!" serunya dengan alis bertaut saking khawatir.

Melihat reaksinya, membuatku memeluknya kembali "entahlah aku yang harus kamu cemaskan, atau kamu yang harus aku cemaskan, aaah jadi bikin aku kepikiran kan?!" Gerutuku sambil memeluknya lebih erat lagi.

"Apa maksudnya sih?! Kan aku bilang duduk lagi, malah meluk lagi, malu tau banyak orang" protesnya.

"Aaw aw sakiit!" Teriakku merintih karena tiba-tiba cubitan Lita mendarat dipinggangku.

"Duduk!" Perintahnya tegas setelah berhasil lepas dari pelukan ku sambil menunjuk kearah bangku.

Aku yang masih menahan sakit akibat cubitan pedasnya, menurut langsung duduk dibangku, disusul Lita yang duduk disampingku sambil menunggu nama ku dipanggil.

***

Angel yang masih terlihat sibuk meeting dengan para klien nya tengah serius menjelaskan tentang project perusahaan yang akan berjalan kedepannya.

Tak bisa dipungkiri terselip kekhawatiran diwajahnya saat sedang menjelaskan, karena kabar dari Lita tadi sore tentang adiknya yang sering membuat onar itu ternyata sakit jantungnya gelisah sejak tadi.

Angel terpaksa menyuruh Lita yang mendampingi adiknya kerumah sakit karena jadwal nya padat hari ini.

Terselip juga rasa bersalahnya pada adik semata wayangnya itu, padahal tadi pagi Alex sudah bilang tidak mau masuk kerja, seandainya saja dia tidak memaksanya untuk tetap masuk kerja.

'Salah sendiri alasannya malas kerja.. coba kalau dia bilang sedang sakit, pasti aku tidak akan mengomel memaksanya masuk kerja' batin Angel diselingi hembus nafas gelisah.

'Tapi percuma saja di apartemen pun pasti Alex sendirian, yah lebih baik ada Lita disampingnya' batinnya lagi berusaha mengurangi rasa resah gelisahnya dan rasa bersalahnya. Sambil tak henti-hentinya menatap jam tangan yang terpasang rapih di pergelangan tangannya.

***

Lita mengemudikan mobil Alex untuk mengantar Alex pulang. Jalan raya masih macet dipenuhi kendaraan orang-orang yang mungkin juga baru pulang kerja.

Alex tertidur nyenyak disamping Lita, Lita mesem sesaat setelah melirik ke arah Alex.

Bagaimana tidak, padahal lelaki disampingnya adalah sosok lelaki yang arogan ketika pertama kali bertemu, kemudian tiba-tiba menjadi sosok lelaki yang selalu bersikap semaunya seolah playboy.

Namun sekarang, sosoknya tidak jauh beda dengan anak lelaki polos tanpa dosa yang sedang tertidur nyenyak.