Suara dentuman musik mengalun keras menyelimuti seluruh ruang club malam yang berada di daerah Jakarta Selatan, penuh sesak tumpukan orang yang sedang menari keasikan menikmati keahlian tangan DJ yang menyuguhkan karya seninya menyapa hati hati yang sedang mencari penghiburan malam.
Terlihat sosok Alex tengah asik menggoyang-goyangkan sedikit kepalanya menikmati bit musik sambil duduk di depan meja bar juga menikmati segelas minuman yang siap memabukkannya kapan saja.
"bro! ayo ketengah...jangan disini aja... lu bilang mao bawa cewek pulang malem ini!" teriak seorang lelaki bermata sipit kulit putih dan berambut pirang karena cat rambut merangkul Alex yang masih duduk dikursi bar, dia adalah Ronald sahabat Alex.
Ada alasan kuat Alex yang kini berada di club malam, Fikirannya yang terlalu penat belakangan ini, karena tekanan orang tuanya yang memaksa Alex untuk bekerja demi kelanjutan hidupnya, membuat Alex muak hingga berontak mencari penghiburan, alhasil diterimalah ajakan Ronald yang memang sudah jadi rutinitas malamnya ketempat berisik yang membuat kecanduan ini.
Fikirannya terus dipenuhi wajah wanita yang tadi siang ia temui, sosok yang harus mendapat maaf darinya untuk menghindari ancaman kakanya dari posisinya "bagaimana mungkin gue harus jadi bawahannya tu perempuan, jadi area manager aja tetep gak masuk akal buat gue yang harusnya menggantikan posisi si tua bangka it" batin Alex berkali kali dalam hati dan fikirannya.
Kekesalannya yang sudah mencapai ubun-ubun, membuatnya berharap bisa mendapat pelampiasan malam ini, entah minuman yang akan membuatnya teler atau wanita malam yang akan memuaskan hasratnya.
"santai bro, disini juga bakal dapet, tuh liat cewek didepan, dari tadi liatin gue mulu, sambil goyang erotis depan gue" tunjuk Alex dengan dagunya kearah wanita yang sedari tadi menggodanya dengan gerakan sensual.
"anjiir, body goal bro! fuck man! dadanya mantul betul minta disentuh tuh bro" teriak Ronald dengan mata membulat menikmati pemandangan tubuh sexy wanita yang ditunjuk Alex "gaspol jangan dikasih kendor bro! samperin cepet!" paksa Ronald sambil menepuk punggung Alex.
"bukan gue yang ngejar cewek, selow! dikit lagi juga dia kesini ngerayu gue" ucap Alex percaya diri, Yah memang bener sih, wanita mana yang bisa menolak ketampanan Alex, semua wanita yang melihatnya pasti bakal minta dipacarin langsung. Wajah dan tubuhnya setara model-model Top international. Mata coklatnya yang terkadang terlihat seperti abu-abu tersaji indah melengkapi kerupawanan wajahnya, semua itu tak luput karena kakek dan neneknya yang berdarah jerman.
Jefry Hermey (Papah Alex) adalah laki-laki paruh baya yang tampan karena memiliki darah campuran Indonesia-Jerman, meski usianya 55th tapi tubuh dan wajahnya mempesona layaknya usia 35th. Sarah Hermey (almarhum ibu Alex) sama-sama belasteran Jerman-Indonesia, tak dipungkiri wajah Alex pun menjadi setampan itu.
Wanita yang menjadi buruan Alex dan Ronald menyadari kalau dirinya menjadi bahan perbincangan pun mulai berjalan mendekati mereka berdua "hai! aku Nina!" wanita bertubuh sintal itu pun tanpa basa-basi langsung mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.
"waw waw to the point banget say!" sambung ronald terkejut dengan mata yang semakin membulat dan tertawa senang, langsung diraihnya tangan Nina yang sudah terulur tadi "Gue Ronald, and...ini temen gue, Alex" tepuk tangan Ronald yang satunya kepunggung Lelaki yang masih sok jual mahal dengan smirk puasnya karena ucapannya yang tadi benar.
"boleh gabung?" pinta Nina yang semakin percaya diri, karena kehadirannya disambut para lelaki rupawan ini. Jelas saja Nina sangat percaya diri, selain wajahnya yang manis tubuhnya yang mempesona adalah senjata terampuh untuk menggoda kaum Adam.
"sangat boleh cantik!" teriak Ronald lagi menimpali "nih temenin si Alex!dia lagi gelisah galau merana dari tadi, kali aja senyuman Nina cantik bisa bikin dia happy" goda Ronald sambil telunjuknya menyentuh dagu wanita yang sexy itu.
Alex yang masih sok jual mahal merasa muak dengan prilaku temannya yang selalu murahan didepan wanita "udah deh lu mending pergi dari sini!" sambung Alex sambil mendorong Ronald agar segera pergi meninggalkan mereka berdua.
"selow bro! gak usah lu suruh, gue juga mao pergi sendiri, noh gacoan gue udah nungguin dari tadi" teriak Ronald sedikit kesal karena didorong, tanpa fikir panjang Ronald langsung berlalu pergi, membaur lagi ditengah tumpukan orang yang sedang menari.
Nina tertawa karena merasa lucu dengan prilaku Ronald "teman kamu konyol ya!" ucap Nina masih tertawa sedikit mengawali pembicaraan, Nina tahu kalau Alex bukan lelaki yang yang akan mulai duluan, berbeda dengan Ronald yang lebih supel, Alex terlalu angkuh dan sombong tapi tampan itulah yang membuat Nina penasaran dengan Alex. Padahal biasanya kaum Adam lah yang akan menggoda dan mengepungnya karena tidak tahan melihat dadanya yang kencang dan montok, berbeda dengan Alex yang sedikitpun tidak bergerak dari kursinya untuk mendekatinya.
"jangan dengerin, dia orang gila!" ketus Alex
"tapi sepertinya bener deh ucapan temen kamu itu" timpal Nina sambil mendekatkan tubuhnya dan mendaratkan tangan lembutnya kepunggung Alex, berusaha menggoda Alex dengan sentuhan erotis tangannya yang merayap turun hingga ke bagian atas tangan Alex, dan mengelus lembut tangan Alex yang masih memegang gelas miras.
Alex sadar betul wanita bertubuh sintal ini sedang menggodanya dan sangat menginginkan dirinya. Langsung digenggamnya tangan wanita itu, dicium nya tangan yang memprovokasinya tadi " tanganmu nakal juga ya, sengaja memancing singa yang lagi kelaparan ini" ucap Alex dengan smirk angkuh namun menggoda.
"sepertinya singa ini benar benar kelaparan, langsung melahap tanganku begitu saja" goda Nina lagi dengan senyum manis tak kalah menggoda.
Langsung saja Alex tarik tangan Nina yang masih ada digenggamannya, tubuh Nina yang masih berdiri jatuh kepelukan Alex yang masih duduk dikursi bar, tanpa fikir panjang langsung diciumnya bibir wanita yang sudah menggodanya terang-terangan itu, ciumannya semakin bergairah diiringi musik yang memecah telinga.
Alex telah menemukan wanita yang bisa dijadikan pelampiasan perasaannya saat ini. Fikirannya yang dipenuhi konflik keluarga dan dipenuhi wajah wanita yang terus mengusiknya belum lama ini, membuatnya semakin bergairah melampiaskannya pada Nina.
Dilepasnya ciuman itu, buru-buru Alex langsung menarik tangan Nina berjalan keluar dari club malam, pergi meninggalkan Ronald yang masih asik menari disana tanpa pamit. Mobil Alex melaju cepat semakin jauh dari club menuju Apartemennya bersama Nina yang kini ada disampingnya.
" pelan-pelan aja sayang nyetirnya, aku takut" ucap Nina sedikit panik "mau kemana sih kita buru-buru gini?" ucapnya lagi sambil sesekali memandang wajah Alex dan sesekali memandang jalan didepan. Alex diam tak menggubris pertanyaan Nina, tetap fokus melajukan mobilnya dengan cepat.
" sumpah deh aku bener-bener takut nih, pelanin dikit mobilnya" panik Nina lagi, mencengkram bahu Alex berharap Alex mengurangi kecepatan laju mobilnya
"tenang sayang, ini udah pelan kok" balas Alex mengurangi sedikit kecepatan mobilnya, karena sedikit lagi hampir sampai masuk ke dalam parkir apartemennya.
"ini kita mau kemana deh?" tanya Nina lagi bingung karena masuk ke dalam gedung yang bahkan belum pernah ia masuki.
"ke tempat aku, melanjutkan hal yang kamu mulai tadi" jawab Alex dengan smirk nakalnya. Nina tersipu malu mendengar kata-kata Alex.
Tidak bisa dipungkiri, Nina begitu mengingini lelaki tampan yang sedari awal menjadi fokusnya ketika baru masuk club, dan betapa penuh kemenangannya saat lelaki yang digilainya itu mencumbunya didepan umum dan didepan para wanita lain yang terpesona dengan Alex juga.
Sesampainya diApartemen Alex langsung mendorong kasar Nina terlentang kekasurnya. Wanita yang sudah menggodanya yang membangkitkan hasratnya menjadikannya pelampiasan sempurna malam ini tanpa paksaan "wanita ini yang terlalu murahan jadi bukan salah gue" fikir Alex sambil menindih Nina.
Dilumatnya lagi bibir Nina, namun kali ini sedikit kasar dari pada diclub tadi "hei santai aja" keluh Nina melepas ciuman Alex, lagi-lagi lelaki tampan itu tidak menggubris kata-kata wanita yang kini dalam pelukannya. Dilumatnya lagi bibir yang sedari tadi melenguh itu agar diam mengikuti alur mainnya.
Tangan Alex langsung meremas dua gundukan montok yang sedari tadi memprovokasi imajinasi liarnya, karena dress yang dipakai Nina super slimfit ditubuh wanita bertubuh sintal itu hingga lekuk tubuhnya terpampang jelas dimata setiap orang yang melihatnya.
Nina yang awalnya agak risih dengan perlakuan laki-laki yang sudah sangat berhasrat itu, lambat laun menikmati alur kasar itu, tak peduli bagaimana cara Alex menjamah dirinya, wanita itu sudah senang bisa merasakan sentuhan lelaki yang telah membangkitkan gairahnya malam ini.
Alex dengan kasar menarik dress nina ke atas hingga lepas dari tubuh Nina, hingga menyisakan bra dan CD ditubuh wanita yang sudah pasrah itu. Bibir Alex langsung melumat buah dada yang hampir menyembul keluar dari cup nya, tangan Alex menggerayangi punggung Nina meraih kait bra dan melepasnya. Langsung di gigit puting yang mencuat ke arah bibirnya setelah Cup bra itu lepas, kini tangan Alex menuju selangkangan wanita yang sudah teramat pasrah itu karena permainan bibir dan tangannya.
Langsung dibukanya CD yang menjadi balutan terakhir pada wanita itu, Nina mendesah tidak karuan, nafasnya memburu keenakan karena merasakan gerakan jari tangan Alex yang sedang keluar masuk di dalam lubang miliknya.
Fikiran Alex terus dibayangi wajah Lita saat sedang merinding kegelian karena bisikan singkatnya membuat imajinasinya tentang istri orang itu semakin kasar dilampiaskannya ke Nina. Langsung saja Alex hantamkan batang miliknya yang sudah tegang karena bayang wajah Lita kelubang milik wanita lain yang kini ada dalam kendalinya.
Erangan Nina makin keras karena permainan Alex yang begitu kasar dan liar membuatnya ingin orgasme "owhh sayang ow aahhh aku mau keluar" desah Nina memburu.
"aahhh aaah aku juga mau keluar, litaaa ooohhh aaahh litaaa" desah Alex mencapai klimaksnya juga nafasnya menderu berat kenikmatan, tubuhnya langsung jatuh terlentang disamping Nina.
"namaku Ni Na, bukan Li ta" protes nina dengan nafas yang masih tersenggal karena orgasmenya "kenapa kamu sebut nama orang lain? siapa Lita itu?" lanjutnya lagi kesal masih terlentang disamping Alex.
Alex langsung bangkit berdiri turun dari kasurnya "bangun dan pakai bajumu" ketus Alex langsung jalan menuju kamar mandi, bahkan ia tidak menjawab pertanyaan wanita yang saat ini telah dijadikan pelampiasannya.
Nina semakin kesal mendengar ucapan Alex, segera bangun juga dari kasur berlari kehadapan Alex menahan langkah Alex menuju kamar mandi.
"hei! aku tanya siapa Lita? bukankan sikapmu ini sangat tidak menghargaiku?!" teriak Nina kesal.
"siapa kamu hah!" bentak Alex ngotot "udah pake baju kamu sana" ucapnya lagi merendahkan suaranya yang sempat tinggi ketika membentak tadi sambil mendorong Nina agar menyingkir "langsung pergi dari sini, dan tulis nomer rekeningmu dikertas, taro diatas meja" sambungnya lagi sebelum menutup pintu kamar mandi.
Nina terdiam mendengar ucapan Alex, kecewa akan perlakuan lelaki tampan yang sempat menjadi kebanggaan pencapaiannya "dasar cowok berengsek, kurang ajar, kamu fikir aku wanita bayaran hah?! semoga kamu akan lebih tersakiti oleh wanita itu, aku bersumpah kamu gak akan pernah bahagia bersama dia!" teriak Nina marah-marah didepan pintu kamar mandi Alex Brak! tak lupa juga wanita itu melayangkan tendangan ke pintu kayu yang sudah tertutup itu. Segera Nina mengenakan pakaiannya lagi dan pergi meninggalkan Alex tanpa mencatat nomer rekeningnya yang sempat dipinta Alex.
"shit!" gumam Alex melayangkan tinju kecil kedinding kamar mandinya "kenapa juga gue teriak namanya, udah gila gue" gerutu batinnya menunduk dibawah kucuran air shower yang mengguyur tubuh berotot nya, sambil meyingkap rambutnya yang ada dikeningnya keatas kepalanya dan menghempaskannya kedepan lagi.
Hatinya pun merasa bersalah pada Nina, tapi mau bagaimana lagi terlalu malas Alex menjelaskan tentang wanita yang menjadi perdebatan singkat itu, dan bukankah terlalu melelahkan menimpali wanita yang sedang mara-marah, percuma saja kata-katanya pun akan tetap salah nanti. Jadi sikap kasar dan ketusnya lah sebagai senjata pamungkas agar dia tidak terlihat lemah didepan wanita.