Malam semakin larut, suara jam dinding yang tergantung berhadapan didepanku semakin jelas menyanyikan suara detiknya, mengalun menemani malamku yang sendirian. Kutatapi data diri karyawan yang ada dilaptopku yang dikirim dari email ka Angel, lebih tepatnya biodata diri calon karyawan bawahanku.
"dasar anak brengsek! cuma bisa ngabisin uang orang tua, mulai sekarang papah gak akan kasih kamu uang kalau kamu tidak kerja!" yah masih terngiang kata kata papah yang murka padaku 7 hari yang lalu, karena ulahku yang suka berfoya-foya menghabiskan uang dan tidak pernah mau bekerja.
Bukan tanpa alasan aku sangat tidak ingin bekerja, kenapa juga aku harus susah payah bekerja kalau uang orang tuaku saja gak bakal habis 7 turunan. emang dasar tua bangka pelit argh! selama punya istri baru, pengeluaranku dibatasi.
Semakin dibatasi aku semakin ingin menghamburkannya, sampai kugunakan semua kartu kredit ku, alhasil si tua bangka itu murka karena banyak tagihan yang membabi buta harus dilunasi.
Alex, kaka sudah kirim email data manager setiap toko, kamu pilih toko mana yang mau kamu handle, tapi kaka belum kirim data kamu kesemua toko, kapan kamu siap mulai bekerja? kalau sudah siap kabari kaka lagi, supaya kaka bisa kirim data kamu ke mereka semua. tulis ka Angel di whatsapp.
Ah, aku merasa sangat dipaksa melakukan hal ini, bagaimana mungkin aku harus sibuk dan bekerja keras begini untuk menghasilkan uang sendiri, brengsek! batinku, lagi lagi semakin bertambah kebencianku pada ibu tiriku. Pasti dia yang pengaruhi papah untuk mencabut fasilitas kehidupan mewahku.
Ku geser perlahan jendela layar laptopku ku pandangi satu persatu wajah karyawan itu. tidak ada yang menarik, sial! batinku. Apaan nih semua rata rata ibu ibu dan bapak bapak, enggak ada anak muda apa! fikirku yang masih sambil malas melihat data diri mereka.
Sampai akhirnya geseran layar laptopku berhenti pada foto karyawan terakhir, setelah ku amati lumayan cantik juga wajahnya, rambut panjang, mata bulat, hidung mancung, dan bentuk bibir yang sempurna. Umurnya 27 tahun, ah lebih tua 2 tahun dariku. damn it! sudah menikah!.
Bruk!
Ku banting tubuhku kekasur, entah kenapa tersulut kekesalanku setelah melihat data diri wanita itu "baru ada yang menarik, tapi sudah bersuami?!" gerutuku kesal.
Kutatapi langit langit kamarku, kenapa aku kesal? kenal aja belom! fikirku, tapi wajahnya cukup mengusik membuat ku penasaran. Fikiran jahilku muncul, ah tidak ada salahnya ngecek langsung wajah aslinya, siapa tahu itu cuma efek filter kamera makanya difoto data diri itu terlihat cantik.
*****
Alarm ponselku berdering memecah sunyi kamar, Kuraih ponselku yang ada dimeja samping kasur, sambil malas dengan mata sedikit terpejam kumatikan alarm itu.
Ku usap mataku yang masih ngantuk, ah sulit sekali membuat mata ini terjaga. Astaga! aku hampir lupa dengan rencanaku hari ini, aku kan ingin melihat target mangsa baruku, istri orang. Membayangkannya saja langsung membuat mataku tegar sepenuhnya. Hah kenapa juga dia harus istri orang sial!. Bukan style ku merebut istri orang, tapi menjadikan dia batu loncatan untuk bikin muak karyawan terhadapku, memudahkanku untuk segera dipecat papah. Segera aku mandi dan bersiap.
Tepat pukul 1 siang akhirnya aku sampai di salah satu toko cabang yang ada di salah satu mall elite di pusat Jakarta. Ku pantau dari luar keadaan toko itu, tampak lumayan ramai, kemudian aku berjalan masuk layaknya customer lain.
"selamat datang ditoko kami! ada yang bisa saya bantu pak?" sapa ramah salah satu sales wanita yang sedang bertugas, ku amati wajahnya, tapi dia bukanlah wajah yang ingin ku lihat.
Kulewati sales yang tadi menyapaku tanpa kubalas sapaannya, aku sengaja bersikap arogan, sombong dan tidak bersahabat, memang ini tujuan ke dua ku datang ke toko ini. Membuat opini buruk tentang ku, agar mereka menolak keras kahadiranku sebagai manager area mereka. Dan langsung mengadu ke ka Angel.
Kulangkahkan kakiku pelan mengamati toko ini, ku cari sedikit kesalahan yang bisa kuluapkan nanti didepan managernya. Tapi sepertinya dari segi kebersihan toko ini lulus. yah kalau begitu mari kita coba lihat yang lainnya lagi fikirku, sambil terus mengamati dan mengamati.
"saya mau cari kado untuk wanita usia 20 an, kira-kira apa yang cocok?!" tanyaku dengan nada angkuh.
"sepertinya tas untuk digunakan sehari-hari cocok pak" balasnya "kebetulan kami baru launching model tas terbaru yang bisa digunakan untuk acara formal dan casual" sambungnya sambil mengarahkanku berjalan menuju tas yang dimaksud. Ah apa ini, pelayanannya juga tanpa celah, kurasa harus coba cara lain.
"sepertinya tasnya sudah terlalu banyak, ada pilihan lain selain tas?" tanyaku yang masih ketus dan angkuh tanpa senyum.
"ah kalau begitu, bagaimana dengan sepatu casualnya" sarannya lagi "kami juga baru launching model terbaru" sambungnya lagi, kali ini sales itu langsung membawa model sepatu yang dimaksud.
"ada model yang lain? itu jelek, pasti tidak cocok untuknya" ucapku ketus menguji sales itu agar muak dengan prilakuku.
"oh tentu saja pak, yang ini model best seller toko kami" sambungnya lagi sambil membawakan model sepatu yang lain.
"ah tapi saya tidak tahu ukuran kakinya, coba pilihan barang yang lain"
"bagaimana dengan dompet pak?!"
" no... itu terlalu murah"
"jam tangan juga cocok untuk kado pak, dihiasi 3 berlian didalamnya"
"dia tidak suka pakai jam tangan" ketus ku lagi, kali ini sales itu diam sambil berfikir dan menimbang-nimbang pilihannya lagi untuk membantuku mencari kado.
"kenapa kamu diam?! mana lagi barang yang kalian punya?" bentakku ku buat suaraku sekesal mungkin, sales itu dan sales yang lain kaget dan terdiam. Ya aku sengaja meninggikan suaraku, karena sekarang cuma ada aku dan 3 orang sales saja, tanpa ada customer lain.
"oh maaf pak, saya sedang berusaha memikirkan barang yang bisa membuat bapak tertarik" ucapnya gugup, raut wajahnya yang tadinya ramah, berubah datar mungkin karena takut atau terlalu muak dengan tingkahku, tapi ini kesempatanku menyudutkan.
"kamu pasti lagi mikir kalau saya menyebalkan dan tidak bisa beli barang disini kan?!" bentakku lagi sambil menunjuk wajahnya, konyol alasan yang tidak masuk akal untuk marah-marah, tapi relatif "mana manager kamu?! panggil kesini, karyawannya sudah tidak sopan" bentakku sekali lagi sambil berkacak pinggang.
"saya minta maaf pak, saya sama sekali tidak berfikir begitu" ucapnya makin gugup dan bergetar karena permintaan ku.
"selamat siang pak, ada yang bisa saya bantu?!" sapa ramah wanita yang baru keluar dari dalam, berjalan menghampiriku. wajah yang sangat ingin kulihat, orang yang berhasil membuatku penasaran sampai membuatku datang ketempat ini, kini tepat berdiri dihadapanku sambil tersenyum manis.
"L i t a, manager operational" ucapku mengeja namanya yang ada di name tag nya "jadi kamu managernya?" tantangku sambil pura-pura tidak tahu tentangnya.
"iya pak saya manager disini"
"kamu tahu saya siapa hah?"
"maaf pak, karena kami punya banyak customer, jadi mohon maaf kalau kami sedikit lupa dengan customer lain" jelasnya masih sopan dan tersenyum ramah, hmm ternyata setelah dilihat secara langsung lebih cantik dari fotonya. Kulitnya bersih kuning langsat, bentuk tubuhnya semampai. sayang istri orang sial! karena ingat dia milik orang, membuatku emosi lagi.
"kamu benar-benar tidak mengenal atasan kamu sendiri hah?!" bagaimana bisa karyawan yang lainnya juga tidak kenal saya! saya manager area kalian yang baru" sambungku dengan suara mengintimidasi, kulihat matanya membulat karena kaget, alis matanya mengernyit karena kebingungan.
"aah, maaf pak, saya benar-benar minta maaf, tapi belum ada pemberitahuan tentang bapak dari kantor pusat, jadi saya dan staff yang lain disini tidak mengenali bapak" belanya tidak mau kalah
"harusnya kamu cari tahu tentang orang yang akan menggantikan atasan kamu sebelumnya, sangat tidak sopan, tahu tidak saya ini siapa hah? saya ini Alex Hermey anak pemilik perusahaan ini, bisa-bisanya kamu tidak kenal anak bos kamu sendiri, terlepas saya customer atau manager area kamu sekarang" bentakku lagi, pamer dan sombong, kubuat sikapku seangkuh mungkin, alhasil wajahnya berubah datar tanpa senyum lagi.
"maaf bapak A l e x Hermey yang terhormat, bisa kita berdua bicara didalam, sepertinya agak kurang sopan anak pemilik brand ini marah-marah kepada karyawannya didepan umum, itu akan mencoreng citra para karyawan saya yang lain, dan sepertinya akan mencoreng nama baik bos saya" ucapnya tetap sopan, namun kali ini hanya dengan senyum tipis "silahkan pak masuk kedalam" sambungnya sambil mempersilahkan ku masuk dan dia mengikutiku di belakang.
Ketika didalam Lita langsung menuju meja kerjanya, membuka email yang ada dikomputernya, tubuhnya sedikit membungkuk sambil fokus mencari-cari sesuatu dari komputer itu, kupandangi wajah tirusnya dari samping, tangannya mengibas sedikit
rambutnya yang terurai yang sempat menutupi sebagian garis lehernya. Gerakan sederhana yang menawan.
"maaf bapak Alex, saya benar-benar belum dapat email data perkenalan atasan baru dari kantor pusat, saya minta maaf karena saya tidak mengenali wajah bapak" ucapnya yang kembali berdiri tegak didepanku.
Aku maju satu langkah mendekatinya "hei nona L i t a, bukankah sudah sewajarnya kamu kenal laki-laki setampan saya ini, terlebih saya anak bos kamu, harusnya wajah saya familiar untuk mu" bisikku ditelinganya sambil meniup pelan daun telinganya sontak dia kaget dan langsung mendorongku.
"hei, bapak sangat tidak sopan bersikap begitu" ucapnya kesal sambil memegang telinga kirinya yang terkena hembusan nafas dari bisikanku tadi. Kulihat bulu-bulu halus tangannya yang berdiri bagai tersengat listrik. oh astaga ternyata telinganya sesensitif itu, sampai nafasku saja membuatnya kegelian.
Ku sunggingkan senyum licik kemenanganku.
Matanya memicing memandangku penuh amarah, tapi bibirnya diam terkunci, giginya terkatup dan rahangnya mengeras karena menahan kesal.
"kenapa kesal begitu, saya tidak berbuat apa-apa kok, saya cuma bicara pelan agar lebih sopan" belaku cuek sambil duduk di bangku yang ada didepannya.
"jadi ada perlu apa bapak Alex datang kemari?" tanyanya berusaha sesopan mungkin menahan kesalnya, namun tetap melepas senyum tipis terpaksanya.
"saya sedang kunjungan ketoko yang mau saya handle" ucapku dengan nada sengak.
"oh bapak sangat repot-repot berkunjung sebelum masa jabatan bapak dimulai" sindirnya sedikit mengena.
"mau tau kenapa saya mau repot datang kesini?" ucapku bangkit dari bangku, kemudian memposisikan tubuhku semakin mendekat dengannya "karena saya udah gak sabar mau lihat wajah kamu" bisikku satu kali lagi kini ditelinga sebelah kanannya. Kali ini kagetnya tidak mendorong ku, dia memilih mundur menjauh dari ku sambil memegang telinga yang terkena hembus nafas karena bisikanku.
Aku sangat puas dengan pertunjukan gelinya, kesal tapi gugup, bingung harus marah atau tidak, karena aku anak bos besarnya owner dari perusahaan tempatnya bekerja.
"sepertinya saya sangat puas dengan toko ini, dan pelayanan para staff disini, jadi kepentingan saya sudah selesai, kalau begitu... saya pergi dulu" kataku dan langsung berjalan keluar meninggalkannya, tanpa peduli dengan keadaannya sekarang.
Pertunjukan yang menyenagkan, wajah kaget dan marahnya membuatku ingin terus menggodanya.