Chereads / Be a Princess / Chapter 51 - Kerabat sang putri

Chapter 51 - Kerabat sang putri

"Kenapa aku tidak diijinkan masuk. Aku adalah pendamping dan satu-satunya saudari sang putri."

Ksatria yang menjaga gerbang sedikit merengut menghadapi Belle. Ini adalah aturan dasar bagi siapapun yang masuk ke kediaman pribadi keluarga kerajaan. Tidak peduli statusnya seperti apa, mereka harus mematuhinya. Meskipun Duchess Calverion adalah anggota dewan komite istana yang diakui, dia tetaplah bangsawan yang belum melakukan debutnya. Dia tidak berhak membawa pendamping apapun tanpa ijin. Apalagi undangan sang ratu hanya ditujukan bagi Duchess Calverion.

"Nona, saya sarankan anda untuk lebih tenang. Hanya sang bangsawan muda yang diijinkan menemui sang ratu."

Ksatria itu masih berusaha menjelaskan pada Belle.

"Aku adalah pendamping Lady Calverion, siapa yang akan melayaninya jika aku tidak ada."

"Nona, apakah anda baru di ibukota? Apakah anda tidak melihat Yang mulia ratu telah mengirimkan pelayan pribadinya untuk menjemput sang Duchess"

Wajah Belle memucat begitu mendengar sindiran ksatria itu. Menjadi bangsawan baru di ibukota pasti sesuatu yang memalukan baginya.

"Nona muda, anda berasal dari keluarga mana? Apa yang anda pelajari dalam kelas etiket anda? Apakah anda mencoba merendahkan para pelayan yang melayani keluarga kerajaan?"

Countess Orth, kepala pelayan istana ratu Alissa melangkah maju dengan wajah sengit dan menghadapi Belle. Meskipun mereka adalah disebut pelayan ataupun hanya ksatria pengawal di gerbang istana, masing-masing dari mereka berasal dari keluarga bangsawan yang mungkin saja diantaranya bahkan memiliki wilayah kekuasaan sendiri. Aku menatap Belle dan benar-benar tidak mengerti bagaimana kulit wajahnya yang putih masih bisa lebih putih lagi begitu mendengar Countess Orth memarahinya.

"Ma... maafkan saya Nyonya."

Belle menunduk meminta maaf dan tidak lagi memaksa mengikutiku.

Countess Orth melemparkan pandangan bengis terakhir sebelum memintaku melanjutkan perjalanan menuju istana ratu.

"Salam pada Bulan kerajaan. Niesha Yurie Calverion datang menghadap. Kemuliaan bagi kekaisaran Balstar"

"Tidak perlu se-formal itu. Ayo duduklah."

Aku menelan tawaku dengan susah payah begitu mendengar kata-katanya. Seharusnya dia menghentikan salamku sebelum aku berlutut tadi.

"Aku tidak tahu jika ternyata butuh waktu lama untuk bisa bertemu anda secara pribadi seperti ini, Duchess."

Aku bisa merasakan sindiran halus dalam kata-katanya.

"Maafkan kekasaran saya Yang mulia. Bagaimana mungkin seorang wanita muda seperti saya berani mengunjungi anda tanpa diminta."

Adalah sopan bagi seorang wanita bangsawan yang sudah menerima gelarnya untuk mengunjungi dan menyapa sang ratu di istananya. Itu juga bisa dianggap untuk membangun pondasi kekuatan dan pengaruhnya dengan bantuan sang Ratu. Countess Phelps juga sudah memperingatkan aku dengan hati-hati mengenai masalah ini. Tapi aku memilih mengabaikannya dengan dukungan penuh Derrick dan juga karena keluarga Calverion berdiri disisi yang berlawanan dengan Duke Illios yang adalah ayah kandung sang ratu.

"Countess Phelps pasti sudah mulai kehilangan kemampuannya."

Ratu Alissa mendesah seolah benar-benar menyayangkannya.

"Aku berharap anda menjadi lebih santai dan sering mengunjungiku Duchess. Istana begitu sunyi. Aku jarang berada diluar dan menikmati ibukota jadi aku ingin mendengar cerita menarik dari burung kecil yang terbang bebas."

Aku berani menjamin nada bicara maupun tatapan yang digunakan Ratu Alissa penuh intimidasi dan hinaan. Hanya saja aku merasa kata-kata yang dia gunakan benar-benar menyedihkan. Memang apa bagusnya menikmati status sebagai wanita dengan status tertinggi dalam kekaisaran tetapi sebenarnya langkah yang bisa diambil hanya dalam lingkungan istana. Kekuatannya hanya mampu menekan para bangsawan lemah yang memasuki istana. Dan tentu saja keluarga Calverion bukanlah salah satunya.

"Saya memiliki banyak kelemahan yang perlu diperbaiki, Yang mulia. Jika anda bisa sabar dengan itu, saya akan dengan senang hati menjadi burung kecil yang berkicau bagi anda."

Mengalah tidak berarti kalah. Aku bisa mengambil satu langkah mundur untuk bisa maju dua langkah.

"Aku akan menantikannya Duchess Calverion."

Aku beruntung memiliki Nyonya Phelps dan Agatha dibelakangku. Meski secara teknis aku jarang melangkahkan kaki keluar Mansion, aku tidak pernah kekurangan gosip yang beredar di ibukota berkat mereka berdua. Siapa sangka gosip receh dan memalukan para bangsawan adalah berita yang ingin didengar oleh sang ratu. Dalam hati aku berjanji akan mendengarkan bahkan gosip memalukan para bangsawan sesemangat saat aku belajar.

"Ibunda ratu, maafkan aku terlambat."

Sebuah suara berat menyela pembicaraan kami.

Aku tidak heran melihat sosok pemuda yang mengganggu pembicaraan kami begitu saja. Aku justru lebih heran dengan sosok yang mengikuti dibelakangnya.

"Salam pada bulan kekaisaran. Belle Belvitti datang menghadap."

"Siapa wanita muda ini?"

"Dia adalah sepupu jauh Lady Calverion. Aku melihatnya berdiri gelisah di depan gerbang istana Ibunda. Jadi aku hanya bisa membawanya bersamaku untuk memastikan saudarinya baik-baik saja."

"Salam Pangeran Freddie. Lady Belle adalah kerabat Duke Calverion. Terima kasih sudah menjaganya untukku."

"Aku tidak tahu jika Duke Calverion muda memiliki kerabat yang menarik. Apakah anda datang bersamanya Putri?"

"Benar Yang mulia."

"Ah, anda pasti berada dalam kesulitan. Ksatria kerajaan biasanya dingin dan tanpa kompromi. Anda pasti mengalami kesulitan melihat kerabat anda harus masuk sendirian ke tempat yang asing."

"Mengetahui saudariku akan menemui wanita yang paling luar biasa di kekaisaran, saya tidak bisa memiliki kekhawatiran apapun selain rasa iri Yang mulia."

"Iri?"

"Benar, Yang mulia. Bisa melihat dan mendengar kebijakan dari Yang mulia ratu adalah kemewahan yang tidak akan pernah bisa ditukar dengan kekayaan apapun."

Ratu Alissa tertawa mendengar pujian Belle. Mau tidak mau aku ingin mengacungkan jempol padanya. Dia benar-benar dididik dengan baik untuk menjadi penyanjung yang hebat.

"Anda memiliki mulut yang manis Lady Belvitti. Aku akan senang memiliki wanita seperti anda disisiku."

"Terima kasih atas pujian anda Yang mulia."

Sekali lagi Belle menekuk kakinya pada pujian sang Ratu.

"Karena Pangeran pertama sudah ada disini, bagaimana jika kita pindah. Cuacanya sangat indah hari ini, jadi aku menyarankan untuk menikmati makan siang di taman istana."

"Itu ide yang bagus Ibunda. Anda juga bisa membanggakan tanaman anda yang baru."

Ratu Alissa tertawa dan memimpin kami menuju taman istananya.

Secara alami aku harus berjalan dibelakang sang ratu bersama Pangeran pertama. Dengan cepat Belle berjalan mendekatiku dan ikut berjalan disisiku.

Bertentangan dengan perasaan tidak menyenangkan yang biasanya aku rasakan, Pangeran Freddie saat ini menjadi sosok yang menyenangkan. Dengan lembut dia akan menjelaskan tentang berbagai tanaman-tanaman yang kami lewati ataupun sekedar menjawab pertanyaan ingin tahu yang dilontarkan Belle. Sesekali ratu akan menimpalinya ataupun sekedar tertawa. Untuk sesaat aku merasa berjalan dengan sekelompok orang biasa yang sedang berjalan bersama untuk bersantai.

Tentu saja keakraban itu tidak bertahan lama. Kami segera tiba ke tempat jamuan makan siang disiapkan. Itu meja bundar besar yang dipelitur dengan warna emas yang mewah. Setelah membantu sang Ratu untuk duduk, Pangeran Freddie berbalik untuk membimbingku duduk dikursiku sebelum dia juga duduk.

Para pelayan yang sudah bersiap, segera melangkah keluar dengan teratur dan mulai menyajikan beraneka makanan mewah dan terlihat lezat. Bukankah itu wajar bagi keluarga kerajaan?

Satu-satunya yang tidak wajar adalah Belle yang berdiri canggung dibelakangku.

Meski sudah mengenalinya sebagai kerabatku dan bahkan bertukar cerita dengan ramah dan penuh tawa sebelumnya, baik Pangeran Fredie maupun Ratu Alissa tidak mengeluarkan perintah apapun untuk mengundang Belle Belvitti bergabung makan siang bersama kami.