Chereads / Be a Princess / Chapter 35 - Sosok dibalik topeng (1)

Chapter 35 - Sosok dibalik topeng (1)

Bruk...

Aku tersandung saat mencoba menghindar dan terjatuh begitu tubuh Aidan nyaris mengenaiku.

"Aduuhh"

Sebenarnya itu tidak sakit sama sekali karena karpet tebal yang menutupi lantai kamar cukup untuk meredam benturan.

"Kau baik-baik saja?"

Suara bisikan terdengar dari atas kepalaku. Aidan berada diatasku dengan bertumpu pada lengannya agar tidak menindihku. Dan tiba-tiba aku merasakan deja-vu. Ini posisi yang sama saat aku pertama kali bertemu dengannya.

Deg... Deg... Deg...

Duh, ada apa sih dengan jantung anak ini.

"Ya. Menyingkir dariku"

Begitu Aidan bergeser, aku buru-buru berdiri. Mengibaskan gaun tidurku dengan sembrono berharap suaranya mampu menutupi suara degupan jantungku yang masih bergema.

Gaun tidur.

Butuh beberapa saat sebelum aku berhasil memproses penampilanku sekarang. Ini adalah gaun terusan longgar dengan potongan dada yang rendah serta berbahan tipis yang nyaman untuk tidur di musim panas. Sejak aku tahu ada pengunjung dalam kamarku, aku akan selalu tidur dengan jubah kamar. Aku tidak tahu jika Aidan akan muncul malam ini, jadi selain syal yang sekarang jatuh di lantai, tidak ada yang menutupi bahu dan leherku yang terbuka.

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau ada disini?"

Dengan suara pelan, aku mencoba memarahinya.

Kemana matanya melihat? Kenapa dia membuang muka seperti itu?

Dengan canggung Aidan memungut syal dari lantai, membentangkannya dan menutupi bahuku sambil menatap ke arah lain.

"Kenapa kau ada disini? Kenapa kau datang saat aku menyuruhmu untuk tidak mendekat?"

"Kau melambai. Bukankah itu karena kau memanggilku"

"Aku menyuruhmu pergi. Apa kau tidak tahu jika seseorang bisa memergokimu?"

"Dia tidak sebanding"

"Dasar sombong. Kau pikir siapa dirimu?"

Dia mendengus seolah menahan tawa sebelum menjawabku, "Aku seorang master pedang. Apa kau ingin menguji aku?"

Kami terus berdebat sambil menjaga suara tetap rendah.

"Cukup. Sekarang katakan kenapa kau ada disini?"

"Bukankah kau sudah mengijinkanku mengunjungimu"

"Ku pikir kau sudah kehilangan minat padaku"

"Ah, anjing penjagamu merepotkan. Dia terus berjaga sepanjang malam"

Jadi Reese benar-benar berjaga di bawah kamarku? Jadi dia benar-benar curiga dengan seseorang yang mungkin memasuki kamarku? Bukankah seharusnya dia memperingatkan aku?

Kecuali jika Reese punya orang lain tempat dia melaporkan tugasnya disini.

"Aidan...?"

"... Hmmm?"

"Sepertinya kau tidak menyapaku dengan sopan malam ini?"

"..."

"Entah kau terlalu berani untuk mengabaikan aku atau kau sama seperti aku?"

Sangat lumrah untuk berbincara santai atau saling memanggil nama kecil jika kami berteman cukup dekat. Aku bahkan belum melihat wajah Aidan tanpa topengnya, jadi bagaimana mungkin dia bertingkah akrab padaku.

"Apa maksud anda Putri?"

"Lepaskan topengmu. Biarkan aku melihat wajahmu"

Dia mencengkeram topengnya dengan erat.

Aku memicingkan mata menatap gerakannya. Apakah kerahasiaan identitasnya harus benar-benar dijaga? Atau ada wajah lain dibalik topengnya? Apa kata-kata yang kuucapkan sebelumnya benar-benar tepat?

"Anda tidak bisa Putri"

"Apa kau tahu apa rumor yang diceritakan orang-orang tentang Derrick Calverion jika ia mewarisi gelar Duke?"

"..."

"Sebelum statusku diakui, Dia bertekad akan menghancurkan martabat keluarga Calverion hingga ke batas yang tidak mungkin bangkit lagi"

"..."

"Aku dan Dia berbagi darah yang sama. Aku juga tidak ragu untuk merusak reputasiku jika itu harus. Saat itu terjadi tidak ada cara bagi Yang mulia Kaisar selain menarik Dekrit pertunangan dengan keluarga kerajaan"

"..."

"Tidak tahu apakah Yang mulia Pangeran Edgar akan terluka atau tidak saat dekrit dibatalkan. Tapi pernah bertunangan dengan seorang wanita yang memiliki reputasi buruk bukankah akan menyeret Yang mulia juga?"

"Putri... Apakah anda sedang mengancam keluarga kerajaan?"

Suara Aidan terdengar dingin dan mengintimidasi.

"Tidak. Aku hanya wanita muda yang diserang oleh orang tidak di kenal di kamar tidurku sendiri"

"..."

Ini adalah pertaruhan.

Jika dia mengabaikanku, aku mungkin harus mewujudkan ancamanku. Reputasiku bisa hancur jika rumornya menyebar tidak terkendali. para bangsawan akan enggan memiliki hubungan denganku dan aku pasti akan kesulitan untuk terus mengembangkan serikat. Tapi setidaknya aku tidak akan memiliki hubungan apapun lagi dengan Pangeran Edgar dan aku bisa kembali diabaikan dari lingkungan sosial seperti sebelumnya yang juga berarti kebebasan bagi Putri seorang Duke untuk hidup bersantai. Yah, mungkin akan sedikit berbeda jika reputasiku rusak, tapi aku yakin dengan kasih sayang Derrick padaku.

Jika Aidan benar-benar melepaskan topengnya, aku takut tidak bereaksi dengan tepat. Jika itu hanya seseorang yang tidak aku kenal, akan mudah bagiku untuk berkilah karena curiga. Tetapi bagaimana jika dia seseorang yang aku kenal?

Apa tadi seharusnya aku berpura-pura tidak menyadari bagaimana Aidan berbicara dengan santai padaku dan tidak pernah sekalipun memanggilku dengan gelarku seperti biasanya?

Tentu saja penyesalan selalu datang terlambat. Tidak ada gunanya menyesalinya sekarang. Yang bisa kulakukan sekarang adalah berpura-pura bahwa aku cukup serius dengan kata-kataku.

Begitu aku mendekati tali untuk memanggil para pelayan. Aidan menggerakkan tangan kanannya ke balik jubah.

Apa dia sedang memegang pedangnya? Apa dia akan membunuhku di sini? Itu hanya berarti dia cukup percaya diri terhadap kekuatannya untuk mengabaikan pangkat seorang Duchess.

"Apa anda akan membunuhku?"

"Itu tergantung keputusan anda Putri"

Kami saling bertatapan dalam diam. Jika aku mencoba menarik tali ini, mana yang akan lebih dulu? tanganku mencapai tali atau pedangnya memotong tanganku.

Kehidupan mewah dan santai yang kuimpikan tidak akan berarti jika aku tidak memiliki tangan. Dan bagaimana jika dia meleset dan pedangnya malah mengenai bagian vital tubuhku. Bukannya menyelamatkan hidupku, bukankah aku malah mati lebih cepat?

Apa harga diriku yang menolak kalah sepadan dengan nyawaku?

"Baiklah, berhenti main-main"

Eh?

"Turunkan tanganmu Niesha"

Eh? Dia berbicara semakin akrab seperti itu.

Saat aku sibuk menebak-nebak, dia menurunkan pegangan pada pangkal pedangnya.

Apa dia menyerah? Aku berhasil menggertaknya? Apa ini taktik untuk menurunkan kewaspadaanku?

Sebelum aku selesai memutuskan, tangannya melambai dengan cepat kearahku. Sesuatu melewati jariku, menyambar jumbai tali lonceng dan membawanya ke atas tiang kanopi tempat tidurku. Jauh di luar jangkauanku.

Apa ini nyata?

Apa dia baru saja melemparkan pisau dan mengenai sasaran dengan tepat?Jangan lupakan pencahayaan kamarku yang suram.

"Berhenti tepuk tangan Niesha"

Aku terkejut menyadari nada ramah sudah kembali dalam suaranya. Tapi aku lebih terkejut melihat kedua tanganku bertepuk tangan. Bahkan kedua tangan ini bertindak sendiri.

"Apa kau sunguh-sungguh ingin melihat wajahku?"

"Ya"

"Kau mungkin akan menyesalinya"

"..."

Setelah memastikan aku tidak berubah pikiran, Aidan menarik pita pengikat topengnya.Rambutnya yang selama ini tersembunyi mulai mengalir keluar. Sangat kontras dengan seragam yang dia kenakan. Pakaian dan jubahnya sepenuhnya berwarna hitam berbanding terbalik dengan warna rambutnya yang pucat. Aku tidak mungkin melupakan wajah itu.

"Kau..."